”Cinta karena harta pasti binasa“
᯾
᯾
᯾
᯾Senin. Satu kata beribu makna membuat para anak sekolah malas sekolah. Malas karena panas, malas karena lelah berdiri, malas kalau ada pemeriksaan dadakan apalagi buat para murid laki laki.
Salsa, Erika, dan Intan. Mereka bertiga bersiap siap menuju ke lapangan. Terkecuali Intan yang sedikit sibuk dengan dasinya karena tak tertata rapi. Dia menggerutu sendiri membuat Erika geram. Oh...jangan sekarang tom and jerry.
"Sini aku bantuin"
"Nah dari tadi kek sa!" Pekik Intan.
Mereka bertiga berlari mencari barisan yang masih kosong. Untung saja upacara belum dimulai. Tapi, mereka kini berbaris di barisan paling belakang. Salsa tidak suka baris di belakang. Karena bisa jadi anggota PMR baris dibelakag mereka walau sedikit jauh. Termasuk juga...Nando.
Yah, sebenarnya Nando bisa saja menjadi salah satu anggota osis, mungkin ia bisa juga menjadi ketua osis. Tapi, dia tak mau karena pikirnya menjadi osis pasti bakalan sibuk. Dan juga dia memang menjadi PMR sedari SMP.
Erika menyenggol tangan Salsa yang disebelahnya
"Sa, dibelakang ada Nando tuh" Bisik Erika."Diem rik"
"Gue barusan nglirik dia ternyata dia dibelakang lo pas Sa!" Heboh Intan.
Erika sedikit menjiwit tangan Intan, "aw..aw.." rintih Intan.
"Jangan kenceng kenceng!"
Upacara sudah dimulai dari tadi. Kini kepala sekolah memimpin amanat yang sangat panjang.
Duh...jangan sekarang dong. Batin Salsa karena ia merasa sangat pusing. Wajahnya pucat, keringat dingin ia rasakan bercucuran. Tak sedikit terlihat karena ia menunduk.
Lama ia menahan pusing itu hingga akhirnya ia merasakan sedikit susah bernapas. Matanya yang tadinya dapat melihat jelas disekitarnya sekarang menjadi buram dan benerapa detik berikutnya menjadi hitam. Ia tak bisa melihat apa apa.
Dahinya berkerut, sedikit mendengarkan suara yang menusuk ditelinganya. Ia mencoba membuka matanya perlahan lahan. Mengumpulkan penglihatannya dan mengontrol pusing dikepala.
"Sa lo udah bangun? Gimana masih pusing?"
"Emh...iya sedikit" Ucapnya lemas.
"Ini tadi gue buatin sup di dapur kantor, ada brokoli, ayam, sama kacang panjang. Gue juga buatin lo susu dimakan ya biar darah lo sedikit naik lagi"
"Eh...eumm makasih Ndo, maaf jadi ngerepotin"
"Udah gapapa sa, udah tugaa gue"
Salsa memakan sedikit demi sedikit sup buatan Nando. Sebenarnya ia tak mau makan, tapi karena ia menghargai perbuatan Nando, jadilah ia makan.
"Lo gak minum obat tambah darah lo ya"
Salsa menggeleng lemah,
"Emang aku kenapa?" Tanyanya setelah menelan sisa makanan di mulutnya.
"Darah lo rendah lagi. Kenapa lo gak minum obatnya?"
Lagi lagi Salsa hanya menggeleng saja.
"Gue kan udah bilang kalo lo habis dapet, minum obat lo. Itu kan buat tambah darah lo aja" Protes Nando.
"Kenapa masih peduli? Kan kamu bukan siapa siapaku lagi. Jadi bebas dong apa yang ingin aku lakuin. Itu bukan hak kamu" Ucapnya dengan nada sedikit tertekan.
"Ya,yah...gue tau sa, tapi kita kan masih bisa jadi teman. Apa salahnya?" Ucapnya mencari pembelaan.
"Teman? Satu kata yang mempunyai istilah nyata, baik didepan, buruk dibelakang? Berarti kamu seperti itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SALSA
Roman pour AdolescentsBagaimana rasanya melihat orang yang kita sayang lebih menomor satukan sahabatnya? Perempuan lagi. Sakit ngga sih? Yapasti sakit lah, bukan fisik tapi hayati. Jika kalian diposisi Salsa saat ini, apa yang kalian lalukan? Bertahan? Meninggalkan? Atau...