Sudah satu minggu lamanya Salsa dirawat. Hari ini hari dimana Salsa pulang. Perempuan cantik itu kini sudah berganti pakaian dengan gaun miliknya dan sudah duduk di kursi roda. Rambutnya digulung dengan jedai miliknya.
Hanya Ferdi yang menjemputnya. Sebenarnya Erika dan Intan ingin ikut mengantar salsa pulang tapi dilarang oleh salsa karena sebentar lagi ada ulangan dan mereka harus belajar.
Ferdi membawa Salsa keluar dari kamar rawat inapnya. Hingga sampai di lobi rumah sakit, Ferdi pamit sebentar untuk berbicara kepada dokter tentang jadwal kemoterapi Salsa.
Diam diam Salsa malu. Malu karna dilihat orang orang yang melewatinya, tapi Salsa bodo amat. Memangnya kenapa?
Dia menggerakkan kursi rodanya dengan tangannya kedepan. Ingin menunggu kakaknya di parkiran saja. Tapi, sesuatu membatalkan niatnya. Seseorang mengintipnya dari bilik tembok dan itu diketahui oleh Salsa. Salsa tau dia siapa. Dan Salsa rindu.
Pura pura tidak tahu adalah jalan ninja Salsa hingga Ferdi menemui Salsa kembali. Membawanya pulang sambil mengajak Salsa bergurau di dalam mobil tapi tak satupun Salsa respon.
Dia mungkin, memikirkan hal yang tadi.
***
Malam ini sepi selalu begitu dimalam malam sebelumnya. Salsa duduk berdiam diri sambil memandang langit tanpa hadirnya bintang di balkon rumahnya. Berkali kali Salsa menggumam mamanya. Papanya. Dia rindu. Sudah sangat lama dia tidak mengunjungi peristirahatan terakhir orang tuanya itu. Ingin sekali menyusul mereka berdua tapi Salsa sadar. Masih ada yang sayang padanya dan dia harus membuat orang yang sayang padanya benci. Kesal. Lelah dengan Salsa. Ya! Salsa harus melakukan itu.
Entah dari kapan Salsa menulis dibuku tulisnya yang kosong. Dia menulis tanpa henti tak tau menulis apa. Masih dirahasiakan. Hingga akhirnya suara ketukan pintu membuatnya terhimpit himpit menyembunyukan bukunya.
"Dek, lagi apa?"
"Gak ada" Salsa melihat kakaknya membawa nampan berisi satu piring makanan dan satu gelas susu putih. Kesukaan Salsa. Tapi, maaf kak Salsa harus buat kakak benci sama Salsa. Dengan begitu kakak gak bakal sakit ngelihat Salsa pergi nantinya. Batin Salsa.
"Makan dulu ya terus minum obatnya. Kakak suapin"
Salsa menggeleng keras. Kakaknya sudah dekat dengannya dan duduk didepannya. Maaf kak. Batin Salsa sekali lagi.
Pyar.
Ferdi terkaget. Ada apa dengan adiknya ini? Kenapa malah membuang makanan yang sudah Ferdi siapkan? Salsa tidak pernah begitu sebelum sebelumnya.
"Salsa gamau makan"
"Dek. Kalo kamu gak makan kamu gak bakal cepet bisa sembuh"
"Sembuh apa? Salsa gak bakal bisa sembuh kak. Udah, kakak pergi aja. Salsa ngantuk" membalikkan kursi rodanya ketempar tidur. Berniat berdiri menaiki kasur sendiri tapi hasilnya nihil. Dia tidak bisa.
"Sini kakak bantuin" berusaha menggapai Salsa. Namun, apa yang dilakukan Salsa saat ini diluar nalar logika.
Dia, memghempaskan tangan Ferdi kasar. Seperti tak mau disentuh. Ada apa?
"Gak usah! Udah sana kakak pergi aja. Salsa bisa sendiri. Salsa bisa tinggal sendiri tanpa kalian!"
"Dek kamu kenapa sih"
"Apanya yang kenapa? Kakak gak liat aku kenapa? Aku cacat!" masalahnya begini, dulu sewaktu Salsa masih dirawat di rumah sakit dia tidak pernah mempermasalahkan hal ini. Dia selalu bilang, "Ini semua aku yang memilih, aku yang memilih seperti ini. Ini takdir aku".
KAMU SEDANG MEMBACA
SALSA
Novela JuvenilBagaimana rasanya melihat orang yang kita sayang lebih menomor satukan sahabatnya? Perempuan lagi. Sakit ngga sih? Yapasti sakit lah, bukan fisik tapi hayati. Jika kalian diposisi Salsa saat ini, apa yang kalian lalukan? Bertahan? Meninggalkan? Atau...