09

60 29 0
                                    

Gadis  itu masih duduk dengan tubuh yang bergetar serta wajahnya yang ditutupi kedua tangannya. Menunggu seseorang untuk menenangkannya.

Seperdetik berikutnya, seorang dokter keluar dari ruangan itu berjalan ke arah Hyebin.

"Permisi, apa anda adik pasien yang tertabrak? Jeon Jungkook." tanya dokter berkacamata itu. Hyebin mendongak kemudian ia berdiri. Mulai menghapus air matanya.

Perlahan ia mengangguk. "Ne, saya adiknya"

"Kakak anda harus segera dioperasi" jelas dokter itu. Hyebin mematung. Entah apa yang akan dijawab olehnya.

"Bagaimana? Dia sudah ada pada kondisi kritis. Banyak terjadi pendarahan di daerah kepalanya hingga ke otak. Tapi untungnya kakak anda masih bisa bernapas. Namun, jika terlambat dioperasi mungkin.. Dia tidak bisa diselamatkan"

Hyebin menunduk. Ia tak tahu harus melakukan apa. Jika Jungkook dioperasi, akan membutuhkan biaya, bukan? Sayangnya Hyebin bukan dari keluarga yang kaya raya. Gadis itu takut merepotkan ayahnya. Tapi ini salahnya. Dia harus apa?

"Permisi, Hyebin-ssi?" panggil dokter itu menyadarkan Hyebin.

Hyebin mengangguk-angguk. "N.. Ne. Operasilah dia"

Dokter itu tersenyum. "Arraseo. Pembayarannya bisa dilakukan sekarang juga"

Hyebin menatap dokter yang sedang menatapnya juga. "Bo.. boleh saya hubungi orang tua saya dulu?" tanyanya. Dokter itu mengangguk. 

"Kalau begitu, saya bawa Jungkook ke ruang operasi dulu" ujar dokter itu sembari membungkuk. Hyebin pun membungkuk. Kemudian setelah dokter itu kembali masuk ke dalam ruang UGD, Hyebin kembali menutup wajahnya frustasi.

Gadis itu kembali terduduk. Kemudian suara pintu yang dibuka dengan sebuah ranjang yang diatasnya terdapat seorang pemuda menggunakan alat bantu bernapas mulai menarik perhatian Hyebin.

"Jungkook" gumam gadis itu menatap Jungkook dibawa pergi oleh para perawat itu.

Hyebin menghela napas. Kepalanya sudah pusing. Matanya sudah berat. Pakaiannya pun masih basah. Namun Hyebin tak peduli akan kondisinya saat ini. Ia memikirkan bagaimana cara membayar biaya operasi Jungkook.

Tiba-tiba seseorang duduk di sebelahnya tanpa Hyebin sadari.

"Hye" panggil pemuda itu pelan. Hyebin menoleh. Kembali meneteskan air matanya.

"Taehyung.." ujar Hyebin lirih. Taehyung mendekat pada Hyebin. Memeluk gadis itu erat penuh kasih sayang.

"Hajima. Jangan menangis. Ada aku"

Namun Hyebin tak mendengarkan Taehyung. Gadis itu tetap saja menangis.

"Kau tidak lelah, hm? Ini sudah jam 12 malam. Kau tidak mau pulang, hm? Aku akan menjaga Jungkook" tawar Taehyung.

Hyebin melepas pelukannya dengan Taehyung. Perlahan ia menggeleng. "Aku ingin bertemu orang tuanya dulu. Aku juga harus membayar biaya operasi Jungkook, Taehyung-ah. Bagaimana ini? Appa pasti akan marah padaku"

Ya, asal kalian tahu. Hyebin sudah tidak memiliki ibu. Ayahnya bekerja sebagai penulis. Penghasilannya hanya cukup untuk makan dan biaya sekolah Hyebin. Tidak lebih. Oleh karena itu Hyebin sangat frustasi jika harus membayar biaya operasi.

"Kau. Kau tidak perlu membayar biayanya, Hye" ujar Taehyung menghapus air mata Hyebin sembari menatap gadis itu yang sedang menatapnya.

"Waeyo? Aku yang salah" . Tangis Hyebin kembali pecah. Sudah Taehyung duga. Firasatnya tidak salah.

"Aku sudah menghubungi orang tua Jungkook. Dan ternyata orang tua Jungkook itulah yang tadi tak sengaja menabrak putranya. Mereka sedang di kantor polisi. Mungkin setengah jam lagi mereka akan kesini" jelas Taehyung mengelus pelan punggung Hyebin guna menenangkannya. Air mata yang tadinya jatuh terus-menerus perlahan berhenti.

Memory In The Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang