16

44 26 1
                                    

Gadis berpiyama putih itu membuka matanya perlahan. Melihat lampu di atap dindingnya yang masih menyala. Kemudian ia berbalik ke arah kanan. Mencari-cari ponselnya. Begitu sudah menemukan barang yang ia cari, Hyebin segera melihat sudah jam berapa saat ini.

Seketika, matanya membulat. "AIGOO! INI SUDAH JAM 6 LEBIH 45 MENIT!" pekiknya.

Tentu saja. Itu sudah terlambat. Karena jarak dari sekolah menuju rumahnya cukup jauh. Belum lagi harus menunggu bus yang lewat.

Hyebin segera beranjak dari kasur, mengambil handuk dan seragamnya, lalu masuk ke kamar mandi. 

Setelah mandi dan berpakaian, ia langsung membawa tas-nya kemudian berjalan dengan cepat menuju ke bawah.

Baru juga akan membuka kenop pintu, ada yang memanggilnya.

"Han Hyebin!" panggil orang itu. Hyebin mengerutkan dahinya. Ia berbalik.

"Appa?" panggil Hyebin sembari berkerut dahi. Ia bingung. Ayahnya sudah pulang dari Amerika. Padahal katanya akan disana selama 1 bulan. Dan ini masih 2 minggu sejak ia pergi.

"Kau.. sudah pulang?" tanya Hyebin pelan. 

Ayah Hyebin memang tak berpenghasilan banyak, namun saat ini karier-nya senang naik. Banyak orang membaca bukunya hingga di Amerika. Jadi ayah Hyebin pergi ke Amerika untuk mengadakan seminar seputar menjadi penulis.

Ayah Hyebin menatap putrinya tajam. "Tentu saja ayah pulang!" teriaknya yang membuat Hyebin tersentak. Kenapa banyak sekali yang meneriakinya? Mulai dari Jungkook, Taehyung, dan sekarang ayahnya.

"KAU SUDAH MEMBUAT ANAK ORANG KECELAKAAN! APPA TAHU ITU!" lanjutnya. Masih dengan nada yang tinggi.

Hyebin hanya bisa mengulum bibirnya sembari menunduk. Ia tak ingin menghabiskan air matanya pagi ini.

"UNTUNG SAJA ORANG TUANYA MAU MEMBAYAR BIAYA OPERASINYA!"

"KALAU TIDAK, APPA TAK MAU MENANGGUNGNYA!"

Hyebin mendongak. Menatap ayahnya yang sedang duduk di ruang makan. Gadis itu mengatur napasnya. Menutup matanya perlahan, kemudian membukanya lagi.

"Tapi Jungkook sudah sadar app-"

"AKU TIDAK PEDULI DIA SUDAH SADAR ATAU BELUM! AKU HANYA KECEWA!"

"KENAPA KAU TIDAK MEMBERITAHUKU SEBELUMNYA?!!"

"2 HARI YANG LALU AKU BEGITU MALU SAAT ORANG TUA JUNGKOOK MENELEPONKU! BAHWA PUTRIKU YANG MENYEBABKAN JUNGKOOK KECELAKAAN! SEMENTARA KAU TAK MEMBERITAHUKU SAMA SEKALI!"

"KAU TAHU?! AKU SEPERTI ORANG BODOH YANG TIDAK TAHU APA-APA TENTANG ANAKKU SENDIRI!"

"KENAPA KAU TIDAK MEMBERITAHUKU SEBELUM-"

"ITU KARENA AKU TIDAK INGIN MEREPOTKAN APPA!" teriak Hyebin pada akhirnya. Awalnya ia tak berani berteriak seperti itu pada appa-nya. Tapi ia sudah tak tahan.

"AKU TAHU AKU BERSALAH!" lanjut Hyebin dengan air mata yang menetes. Gadis itu merutuki dirinya sendiri. Ia berjanji pada dirinya sendiri takkan menangis. Tapi ia malah melakukan itu.

"RASA BERSALAH ITU TAKKAN PERNAH HILANG, APPA!" 

"KAU TIDAK TAHU RASANYA!" 

Hyebin menyeka air matanya yang terus berjatuhan.

"TAPI AKU AKAN MEMPERBAIKINYA, KAU TAHU?! AKU AKAN MEMBAYAR RASA BERSALAH ITU!"

Gadis yang rambutnya diikat kuda itu menggigit bibir bawahnya.

"AKU AKAN BERPURA-PURA MENJADI PACAR JUNGKOOK AGAR IA INGAT KEMBALI! AKU MEMILIKI URUSAN SENDIRI, DAN AKU AKAN MENYELESAIKANNYA SENDIRI, APPA!"

"AKU MINTA MAAF JIKA MEMBUATMU MALU, KECEWA, ATAU APAPUN ITU!"

Memory In The Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang