21

31 4 0
                                    


Sepasang kekasih itu membulatkan kedua matanya secara bersamaan. Kaget melihat kedua orang paruh baya sedang memegang senter masing-masing.

"Hyebin-ah? Kau sudah pulang? Darimana saja?" tanya ayah Hyebin bertubi-tubi. Namun Hyebin masih tidak bisa fokus. Padahal kata ayahnya, beliau akan pergi ke Amerika tadi sore. Tapi nyatanya sekarang masih di rumah. Hyebin benar-benar takut dimarahi ayahnya karena pulang malam-malam begini. Apalagi dengan seorang namja.

"Eomma? Apa yang eomma lakukan disini??" tanya Jungkook menatap ibu terkasihnya yang sedang tersenyum canggung pada anak lelakinya itu.

"Eomma kesini karena khawatir padamu, Kook. Ini sudah malam dan kau belum pulang juga. Eomma pikir kau ke rumah Hyebin karena kau pacarnya." jawab ibu Jungkook dengan senyum di wajahnya.

"Aish, eomma... Jungkook bukan anak kecil lagi.. Jungkook bisa pulang sendiri" ujar Jungkook sembari mengerucutkan bibirnya yang membuat ibunya itu terkekeh pelan.

"Namanya juga orang tua.. pasti akan selalu khawatir jika anaknya belum pulang. Sama seperti saya" ucap ayah Hyebin sembari menatap Jungkook. Jungkook membungkuk begitu menatap ayah Hyebin.

"Annyeonghaseyo, Jeon Jungkook inmida" ucap Jungkook sembari menyunggingkan senyum manisnya.

"Kalau begitu, ayo kita makan ramyun" ajak ayah Hyebin. "Silahkan duduk, Jungkook-ssi"

Jungkook mengangguk, namun belum juga berjalan, Hyebin sudah mencegahnya.

"Ah, tapi appa.. Jungkook tadi ingin pulang katanya.." ujar Hyebin sembari menatap ayahnya yang sedang bersiap untuk memasak ramyun.

Jungkook menoleh. Lalu menginjak pelan kaki Hyebin sembari memelototi gadis itu.

"Yyak, yyak! Itu sakit!" pekik Hyebin sembari mendorong pelan Jungkook.

"Jungkook..." tegur ibunya. Mata Jungkook kembali menatap ibunya. Ia menggeleng-geleng.

"Hyebin memang seperti itu, eomma! Aku tidak melakukan apa-apa!" ucap Jungkook mebela dirinya sendiri layaknya anak kecil. 

Hyebin menoleh menatap Jungkook sebal. Dasar anak ini. Kembali membuatnya kesal.

Ayah Hyebin tiba-tiba terekekeh. "Kalau begitu, kalian berdua duduk saja dulu.. Aku akan membuatkan ramyun untuk kalian"

Jungkook mengangguk sembari tersenyum pada ayah Hyebin. "Gomawoo, ahjussi. Kebetulan aku sedang lapar"

Ayah Hyebin membalas senyuman Jungkook. "Kebetulan Hyebin juga sedang lapar.. Iya kan, Hyebin?"

Mata pria paruh baya itu menatap putrinya.

Hyebin menghela napas. Kalau dengan ayahnya, ia harus mengalah. Gadis itu pun mengangguk pelan. "Ne, appa.." jawabnya lemas.

Ayahnya terkekeh. Kemudian ia berjalan menuju dapur.

Hyebin pun segera melepaskan sepatunya. Begitu juga Jungkook. Setelah itu, keduanya berjalan menuju meja makan milik rumah ini. Duduk pada kursi berwarna putih itu. Jungkook melihat ke sekitar. Hampir semua barang berwarna putih. Wallpaper temboknya, meja makan, sofa, rak buku, pintu, tangga, jam dinding, pokoknya semua serba putih. 

Jungkook yang duduk di sebelah Hyebin, memanggil kekasihnya itu. "Hyebin-ah"

Hyebin menoleh. "Ne?"

"Kau suka warna putih?" tanya Jungkook.

Hyebin mengangguk pelan. "Iya, aku menyukainya"

"Waeyo?" tanya Jungkook.

"Ya, aku hanya menyukainya" 

"Waee?"

"Molla, aku hanya menyukainya, Jungkook.." jawab Hyebin mulai jengkel dengan Jungkook. Namun ia harus menahan amarahnya karena ibu Jungkook ada di hadapan mereka. Sedang duduk sembari memainkan ponselnya. Hyebin yakin, walau wanita paruh baya itu fokus pada ponselnya, ia masih mendengarkan perbincangannya dengan Jungkook.

"Wae? Wae? Wae?"

Dan si Jungkook beo playboy itu masih saja menanyai hal yang tidak penting. Hyebin ingin sekali melempar Jungkook keluar rumahnya, namun tetap saja ia harus bersikap sabar demi tak dilihat buruk oleh ibunya.

"Hyebin.. wae? Kenapa kau su-"

Syukurlah. Sebelum Jungkook bertanya lagi, ayahnya sudah datang dengan membawa nampan berisi 4 mangkuk ramyun. Hyebin jadi benar-benar lapar karena menyium wanginya.

"Jungkook, makan ramyun dulu ya. Jangan bertanya-tanya terus pada Hyebin. Kau sungguh membuat telinga eomma dan telinganya sakit" ujar ibu Jungkook sembari mengambil 1 mangkuk ramyun untuk dirinya.

Jungkook tersenyum menunjukkan giginya. "Mianhae, eomma"

"Selamat makan!" ujar Hyebin begitu mereka sudah mendapat ramyun masing-masing. Kemudian keempat orang itu menyeruput dengan lahap ramyunnya.

Lalu saat Hyebin sedang fokus memakan ramyunnya, tangan kiri gadis itu serasa ada yang menggenggam. Hyebin menoleh pada Jungkook. Ya, siapa lagi kalau bukan pemuda itu. Hyebin yang melihat posisi Jungkook jadi ikut tidak nyaman. Kenapa? Karena pemuda itu makan dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya menggenggam tangan Hyebin. Itu terlihat sangat tidak menyamankan.

Namun Hyebin tak peduli. Ia lapar. Lagipula, Jungkook juga tetap fokus memakan ramyunnya sementara tangannya menggenggam tangan Hyebin. Tentu saja Hyebin membalas genggaman tangan itu. Bagaimana pun juga, ia harus menjalani sandiwara ini sebagai pacar Jungkook. Dan Hyebin merasa ia menikmatinya. Menikmati sandiwara ini. Sungguh, ini terasa menyenangkan. Walau hatinya belum pulih seperti semula karena Taehyung, Jungkook seolah membuatnya melupakan masalahnya dengan Taehyung.

Hyebin tersenyum tipis mengingatnya. Bagaimana Jungkook bersikap manis padanya. Walau agak menyebalkan. Tapi Hyebin tetap senang. Gadis itu agak terkejut saat Jungkook mengusap pelan punggung tangannya.

Hyebin kembali tersenyum dalam diam. Tak ada yang mengetahui gadis itu sedang tersenyum malu.

Tunggu apa?

Tidak,tidak. Jangan sampai Hyebin benar-benar jatuh cinta pada Jungkook. Ini semua hanyalah berpura-pura. Namun Hyebin sempat berpikir, jika sudah setahun dan Jungkook benar-benar mengingat semuanya, apakah hubungan sebagai sepasang kekasih selama setahun itu akan benar-benar menjadi sebuah sandiwara? Meninggalkan sebuah kenangan yang hanya sandiwara? Selama setahun?

Astaga, setahun itu tidak lama. Apa Hyebin akan bisa dengan cepat melupakan hubungan berpura-puranya dengan Jungkook dan kembali pada Taehyung?

Entahlah. Hyebin pun tak tahu. Tapi ia harap, Jungkook akan ingat secepatnya. Hyebin tak ingin terlanjur mencintai Jungkook. 

Memory In The Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang