Hyebin berjalan dengan semangat menyusuri sekolahnya itu. Tinggal beberapa langkah lagi, gadis itu akan mencapai kelasnya. Rambut hitamnya dibiarkan terurai, karena ia ingat kalau nanti rambutnya akan dicepol oleh Jungkook. Ia senang sekali.
Kemudian kakinya melangkah masuk ke kelas. Senyuman lebar ia kembangkan begitu melihat Jungkook yang sedang menulis sesuatu di bukunya.
Ia mempercepat langkahnya begitu sebentar lagi akan sampai ke tempat dimana ia duduk. Bangku di sebelah Jungkook.
"Annyeong, Jungkook-ah!" sapa Hyebin dengan senyuman lebarnya sembari menyimpan tas putih itu diatas kursi. Kemudian ia duduk di kursinya. Gadis itu menoleh. Menatap Jungkook yang sedang fokus menulis sesuatu.
"Jungkook" panggil Hyebin masih dengan senyumannya. Namun tak ada jawaban. Pemuda itu sangat fokus dengan kegiatannya.
"Jungkook-ah" panggil Hyebin lagi. Kini senyumannya memudar.
"Kook"
"Kook-ah"
"Beo"
"Beo playboy"
"Beo playboy jelek"
"Beo playboy jelek yang cerewet"
"Be-" baru juga akan mengata-ngatai lagi, Hyebin menghentikan aktivitasnya karena Jungkook sedang menatapnya saat ini.
"Sebentar ya, BinBin... Aku sedang mengerjakan sesuatu" ujar Jungkook pelan sembari mengacak rambut di puncak kepala Hyebin.
Sementara gadis itu mendengus sebal begitu Jungkook kembali menulis. "Kau ini mengerjakan apa sih?? PR?? Bukannya PR ditiadakan semenjak kita mulai ujian 2 hari yang lalu? Kau ini kan sudah bilang akan mencepol rambutku" ujar Hyebin sembari mengerucutkan bibirnya. Jungkook menoleh.
Ia mengangguk-angguk. "Tentu saja BinBin, tapi tidak sekarang. Aku ingin mencepolnya di rooftop"
Hyebin hanya berdehem mendengar perkataan Jungkook.
"Oh ya. Kau mau tahu, apa yang aku kerjakan?" tanya Jungkook.
Hyebin dengan cepat mengangguk. Tanpa menoleh ke arah Jungkook.
"Aku sedang menulis lagu. Aku terispirasi untuk menulis lagu dari seseorang" ujar Jungkook sembari menatap keluar jendela kelasnya. Melihat hujan yang terus turun. Butiran-butirannya menempel pada kaca jendela itu.
Hyebin menoleh. "Kau mau jadi penyanyi?"
Jungkook menggidikkan bahunya. "Molla. Aku hanya menyukainya. Menulis lagu, menyanyikannya, lalu membuat koreografinya"
Hyebin mengangguk-angguk sembari membentuk bibirnya menjadi huruf 'o'. "Kau pasti akan menjadi seorang idol"
Jungkook terkekeh pelan. "Jinjja?? Wajahku ini tidak setampan idol-idol loh"
Hyebin memutar bola matanya malas. "Bilang saja kalau kau ingin dipuji. Tidak usah merendah untuk meroket, dasar beo"
Jungkook kembali terkekeh. "Eh, tapi serius lho.. Aku tidak setampan mereka yang di panggung"
"Shut up"
Lagi-lagi Jungkook terkekeh. "Kau ini. Tidak peka. Puji aku kalau aku tampan"
Hyebin menghelas napas panjang. "Arraseo, arraseo. Aku lelah mendengar ocehanmu". Mata Hyebin mulai menatap Jungkook dalam. "Kau sangat tampan" ujarnya pelan.
"Mwo? Aku tidak mendengarnya" tanya Jungkook sembari menutupi lubang telinganya.
Hyebin tiba-tiba terkekeh. Padahal tadi ia sedang kesal pada Jungkook. "Kau menutup telingamu, pabo"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory In The Rain
Ficțiune adolescenți[BE DELAYED] "Ini hanya sementara, Taehyung!" "Aniyo, tetap saja. Jangan" "Hanya setahun!" "Itu bukan waktu yang lama, Hyebin!" "Aku tahu!" "Lalu?" "Biarkan aku menjadi pacar Jungkook. Untuk setahun ini, saja" "Sementara kau sedang mencintaiku?" -- ...