Hyebin berjalan dengan hati-hati karena banyaknya genangan air. Gadis itu sempat tertidur sebentar di bus. Untungnya ia terbangun ketika bus berhenti.
Disinilah dia sekarang. Di depan gerbang sekolahnya.
"Ternyata belum ditutup" gumam Hyebin. Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam sekolah itu.
~~
Suara gerimis masih terdengar. Sangat sepi dan sunyi disana. Langit pun sudah mulai gelap. Ini sudah pukul 9 malam. Tadi Hyebin bertemu security, dan ditawarkan untuk diantar olehnya. Namun Hyebin menolak. Tak hanya bertemu security, gadis itu juga bertemu Mirae dan berbincang-bincang sebentar dengan temannya itu.
Perlahan-lahan suara gerimis itu semakin membesar, yang artinya hujan telah turun. Hyebin menghentikan langkahnya sebelum memasuki kelasnya. Ia merasa takut kalau sudah hujan deras begini. Apalagi pencahayaan disini kurang.
Namun, agar bisa pulang dengan cepat, Hyebin memberanikan diri. Ia lanjut berjalan mendekati kelasnya.
Hyebin merasa aneh karena hanya kelasnya yang lampunya menyala. Sementara kelas-kelas lain lampunya mati.
Tak peduli dengan itu, Hyebin melanjutkan langkahnya hingga sampai di ambang pintu kelasnya.
Hyebin mengkerutkan dahinya bingung. Gadis itu menatap orang yang sedang tertidur di atas meja. Menggunakan tas hitamnya sebagai pengganjal.
"Jungkook?" panggil Hyebin yang memggaung ruangan kelasnya.
Perlahan mata Jungkook terbuka. Menatap Hyebin yang sedang menatapnya juga dengan pandangan bingung dengan seragamnya yang agak basah. Kemudian pemuda itu duduk, dan berdiri bangkit dari duduknya. Membawa tasnya di sebelah pundak dan mengambil sesuatu di bawah meja itu.
Berjalan pelan mendekati Hyebin. Kemudian melempar tas putih itu ke Hyebin.
"Aku tahu itu milikmu" ujar Jungkook tanpa menatap Hyebin.
Namun Hyebin menatap Jungkook bingung. Sikapnya menjadi dingin seperti pertama kali mereka bertemu. Saat Jungkook menyuruh Hyebin untuk memperkenalkan diri.
"Kau tidak berterima kasih?" tanya Jungkook pelan namun menusuk.
"Go.. gomawoo. Tapi.. kenapa kau masih disini, malam-malam?"
Jungkook mulai menatap Hyebin. Namun tatapannya tak sehangat biasanya. Tatapan Jungkook menunjukkan kekesalan dan amarah yang amat besar.
Pemuda itu berjalan pelan mendekati Hyebin. Selangkah demi selangkah. Hyebin otomatis mundur. Menghindari Jungkook. Hingga akhirnya gadis itu menabrak tembok. Yang artinya ia tak bisa lagi mundur dan menghindari Jungkook.
"Ja.. jangan mendekat lagi" ujar Hyebin yang pipinya sudah memerah. Tidak, tidak hanya pipinya yang memerah. Wajahnya sudah memerah hingga ke telinga. Apalagi Jungkook yang mulai mencondongkan badannya. Menghapus jarak diantara mereka.
Wajah mereka semakin dekat dan dekat. Bahkan napas mereka terdengar satu sama lain.
Jungkook terus mendekatkan wajahnya pada wajah Hyebin. Hingga hidung mereka hampir bersentuhan.
"Yyak! Menjauhlah! Kau keterlaluan!" pekik Hyebin. Gadis itu sebenarnya sangat marah hingga ingin menghajar pemuda itu, namun ia juga bingung mengapa Jungkook menjadi seperti ini.
Tiba-tiba Jungkook terkekeh meremehkan. "Kau bilang aku keterlaluan?" tanya Jungkook pelan namun sangat terdengar jelas. Tiba-tiba kedua tangan Jungkook ditempelkan di antara Hyebin. Seolah mengurung Hyebin.
Hyebin mengulum bibirnya. Lihatkan? Jungkook aneh sekali. Ada apa dengannya.
"Jawab!" bentak Jungkook. Hyebin tersentak kaget dengab bentakan Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory In The Rain
Teen Fiction[BE DELAYED] "Ini hanya sementara, Taehyung!" "Aniyo, tetap saja. Jangan" "Hanya setahun!" "Itu bukan waktu yang lama, Hyebin!" "Aku tahu!" "Lalu?" "Biarkan aku menjadi pacar Jungkook. Untuk setahun ini, saja" "Sementara kau sedang mencintaiku?" -- ...