"Annyeong, eomma" sapa Sohee begitu mereka masuk ke kamar inap Jungkook. Ibu Jungkook menoleh kemudian tersenyum pada Sohee. Sementara Hyebin tetap tersenyum walau dalam hatinya ia bertanya-tanya mengapa Sohee memanggil Ibu Jungkook seperti itu.
"Aigoo, tidak usah repot-repot. Ayo, duduk" ujar wanita itu sembari menerima kue yang diberikan oleh Sohee.
Sohee pun duduk pada sofa berwarna cokelat muda itu begitu pula Hyebin.
"Bagaimana keadaan Jungkook, eomma?" tanya Sohee.
Wanita paruh baya itu tersenyum. "Syukurlah, dia selesai menjalani operasinya. Dia juga akan sadar 1 minggu atau 2 minggu kedepan"
Sohee mengangguk-angguk dengan senyum yang masih terpampang di wajahnya. "Appa dimana?" tanyanya lagi.
"Dia sedang membeli makan siang untukku" jawabnya.
Sohee lagi-lagi mengangguk. "Eomma, maaf ya, aku tidak bisa lama-lama. Ada les matematika 25 menit lagi"
Ibu Jungkook mengangguk. "Gwaenchanayo.. Pergilah les. Agar kau pintar dan Jungkook semakin menyukaimu"
Hyebin terkejut mendengar itu. Mata gadis berambut hitam itu sadar akan Sohee yang senyumnya menjadi senyum canggung.
"Kalian masih berhubungan baik, kan?" tanya wanita itu.
Sohee dengan cepat mengangguk. "Iya, kami masih berhubungan baik. Akhir-akhir ini Jungkook juga semakin romantis"
Wanita itu tersenyum senang. "Ya sudah kalau begitu. Pergilah les"
Sohee mengangguk. Lalu memberi kode pada Hyebin untuk ikut pergi dengannya.
"Ahjumma, saya pamit dulu ya" ujar Hyebin.
Senyum pada wajah wanita itu perlahan memudar. Kemudian mengalihkan pandangannya. Dan perlahan mengangguk.
Mereka berdua pun keluar.
~~
"Sohee, kau berpacaran dengan Jungkook?" tanya Hyebin.
Sohee menoleh. Kemudian pandangannya kembali pada jalan. Ia menggeleng pelan. "Itu dulu. Setahun yang lalu kami putus"
"Lalu? Tadi kan kau bilang-"
"Aku dan Jungkook dijodohkan. Oleh karena itu kenapa aku memanggil ibu Jungkook seperti itu. Tapi aku dan Jungkook sangat tidak nyaman dengan hubungan kami. Aku terlalu egois, sementara Jungkook tak pernah peduli. Dulu aku menyukai Jungkook. Tapi perlahan, rasa sukaku hilang karena lelaki itu tak pernah menganggap hubungan kami. Jadi aku memilih untuk putus saja" jelas Sohee tanpa Hyebin minta.
Hyebin kembali menatap jalan. Kemudian mengangguk-angguk. "Dasar beo playboy" gumamnya.
"Mwo? Apanya yang beo?" tanya Sohee.
Hyebin tersenyum kikuk. Ia menggeleng. "Aniyo.."
Sohee mengangguk-angguk. "Kukira apa"
"Eoh, itu Mirae" ucap Sohee menunjuk ke arah gadis dengan rambut sepunggung yang dibiarkan diurai dengan kaos putih polos beserta rok pendek peach-nya. Hyebin menyipitkan matanya. Benar, itu Mirae. Gadis itu baru sadar kalau sebenarnya Mirae feminim.
Sementara Mirae terus berjalan mendekati mereka. Namun matanya tiba-tiba menunjukkan sorot takut. Hyebin jelas bingung akan hal itu. Yang tadinya Mirae tersenyum ke arahnya, tiba-tiba menunjukkan wajah ketakutan begitu melihat Sohee.
Mirae dan Sohee. Keduanya saling bertatapan. Seolah berbicara lewat mata.
"Mirae?" panggil Hyebin. Mirae menoleh menatap Hyebin. Sadar dari lamunannya. Senyuman dari gadis itu kembali mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory In The Rain
Teen Fiction[BE DELAYED] "Ini hanya sementara, Taehyung!" "Aniyo, tetap saja. Jangan" "Hanya setahun!" "Itu bukan waktu yang lama, Hyebin!" "Aku tahu!" "Lalu?" "Biarkan aku menjadi pacar Jungkook. Untuk setahun ini, saja" "Sementara kau sedang mencintaiku?" -- ...