27

36 4 0
                                    


Hyebin melangkahkan kakinya dengan sangat pelan. Ia masih mengantuk. Kemarin Jungkook mengantarnya pulang, lalu pemuda itu malah berbincang-bincang dengannya hingga lupa waktu. Baru sadar sudah jam 12 malam, Jungkook buru-buru pamit. Takut dimarahi ibunya, katanya.

Gadis itu terkekeh pelan mengingat obrolan tak pentingnya dengan Jungkook semalam, sehingga menimbulkan gemaan di lorong sekolah yang masih sepi itu. Ya, hari ini Hyebin datang lebih pagi dari kemarin. Ia tak ingin terlambat lagi.

Lalu saat kakinya sampai pada tempat tujuannya, ia langsung melihat sekitar. Ada seseorang yang akhir-akhir ini jadi datang pagi sekali. Pemuda ber-hoodie hitam sedang tertidur di pojokan sana. Menutupi wajahnya dengan tutup kepala hoodie itu. Tangannya disilangkan, kakinya ditaruh diatas meja. Hyebin terkekeh pelan. Menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian ia kembali melangkahkan kakinya menuju Jungkook.

Hyebin menaruh tas-nya di kursi sebelah bangku Jungkook. Pemuda itu masih tertidur. Tidak sadar kalau gadis kesayangannya sudah datang.

Gadis itu duduk di kursinya. Terus menghadap ke Jungkook. Menatap pemuda itu walau wajahnya tertutup hoodie. Tanpa disadari senyuman kecil tampak di wajah Hyebin. Entah kenapa, akhir-akhir ini yang hanya bisa membuat Hyebin benar-benar tersenyum tulus hanya Jungkook. Jeon Jungkook. Si beo playboy itu.

Tangan Hyebin dengan pelan membuka tutup kepala hoodie hitam itu. Ia ingin melihat Jungkook yang sedang tertidur. Dan...

Tawa Hyebin pecah melihat Jungkook. Mulutnya terbuka saat ia sedang tidur. Namun walaupun Hyebin tertawa begitu renyahnya pemuda itu tak terbangun juga.

Hyebin menghentikan tawanya. Mengenyrit. Aneh sekali. Jungkook kalau tertidur sepertinya tak akan mendengar apapun. Sekalipun bom menjatuhi sekolahnya, sepertinya pemuda itu tak akan bangun.

"Ya sudah aku jalan-jalan saja" gumam Hyebin. Ia paling malas kalau harus diam di kelas. Apalagi kalau sepi.

Saat hendak berdiri, Hyebin terdiam melihat ke kursi seberangnya. Tas merah sudah ditaruh dengan rapi di atas kursinya. Tas Mirae. Bangku Mirae. Ternyata ada yang datang lebih duluan darinya. Ya, seperti biasa Mirae selalu datang pagi. Itu bukan masalah bagi Hyebin. Namun yang membuatnya terdiam itu.. Pesan dari Mirae yang Hyebin sendiri tak percaya kalau sahabatnya yang mengirimkan itu padanya. Aneh, sungguh aneh kalau Mirae berkata seperti itu.

Baiklah. Sudah Hyebin putuskan sejak kemarin malam. Ia akan menemui Mirae hari ini dan menanyakan kenapa sahabatnya itu. Apa maksud Mirae mengirimi pesan seperti itu?

~~

Hyebin terus menatap ponselnya yang berisi pesan yang Mirae kirimkan padanya kemarin malam. 

Mirae ter-sarang : Jauhi Jungkook. Kumohon.

Gadis itu menghela napas. Kakinya diayun-ayunkan sehingga membuat genangan air sehabis kemarin hujan terciprat kesana-kemari. Menengok ke kanan dan ke kiri. Menunggu sahabatnya datang. Menunggu Mirae datang. Ya, walau Hyebin tak meminta Mirae untuk bertemu dengannya, tapi Hyebin yakin kalau bukan ke rooftop, Mirae akan ada di kelas. 

Ia menunduk. Ini sudah setengah jam ia menunggu Mirae. Setengah jam lagi bel akan berbunyi. Hyebin harus cepat-cepat ke kelas. Selain itu, langit mulai mendung. Menunjukkan kalau sebentar lagi akan hujan.

Dalam lubuk hatinya, Hyebin terus berdoa semoga Mirae datang ke rooftop. Ia benar-benar ingin tahu mengapa Mirae mengiriminya pesan seperti itu. Kenapa ia meminta dirinya menjauhi Jungkook? Kenapa? Untuk apa? Kenapa Mirae tiba-tiba seolah tidak suka dengan hubungan pura-puranya dengan Jungkook. Ya, walau sekarang Hyebin mulai menganggap hubungannya dengan Jungkook itu tidak pura-pura. Sejak kejadian di pemakaman, saat Taehyung berkata seperti itu, yang membuat hati Hyebin terasa sangat sesak, gadis itu memutuskan untuk melupakan Taehyung dan mulai menyimpan Jungkook dalam hatinya.

Hyebin tahu tak akan mudah untuk melupakan Taehyung, cinta pertamanya. Namun Hyebin akan berusaha. Ia tidak mau terus-menerus tersakiti selama setahun ini. Satu tahun ini, Hyebin akan menikmati hubungannya dengan Jungkook. Siapa tahu dengan begitu, semua rasa sakit, rasa perih, rasa sesak itu akan hilang saat Hyebin bersama dengan Jungkook. Karena seperti yang sudah dibilang tadi, Hyebin merasa akhir-akhir ini Jungkook-lah yang selalu berhasil membuatnya tersenyum tulus, tertawa dengan sangat puas, bersenang-senang dengannya. Seolah Jungkook membuat Hyebin lupa rasa sakit yang Taehyung tinggalkan di dalam hati Hyebin.

Lalu suara pintu rooftop terbuka membuat Hyebin tersadar kalau ada seseorang yang sedang masuk. Gadis itu langsung tersenyum.Semoga itu Mirae.

Hyebin berdiri dari duduknya. Melihat siapakah yang datang. Perlahan senyuman itu pudar. Bukan hanya Mirae yang datang. Namun Sohyun dan Younha juga datang. Hyebin yang tadinya akan menghampiri Mirae, mengurungkan niatnya karena ada dua gadis itu. Suara perbincangan mereka begitu terdengar jelas. Hyebin pun bisa mendengarnya.

"Mirae, kau sudah menyuruh Hyebin menjauhi Jungkook?"

"Sudah. Wae?"

"Apa lancar?"

"Molla. Dia hanya membacanya"

"Eoh, intinya kau harus membuat Hyebin menjauh dari Jungkook"

"Arraseo"

Lalu percakapan mereka selesai sampai disitu. Mereka semua sepertinya sudah keluar  rooftop. Hyebin yang mendengar semuanya hanya terdiam. Ia tidak percaya. Mirae benar-benar melakukan itu. Menyuruhnya untuk menjauhi Jungkook. Namun Hyebin tetap tidak percaya dan tidak ingin percaya. Ia yakin sahabatnya itu orang yang baik. Sohyun dan Younha itu gadis-gadis jahat, kan? Mungkin saja Mirae disuruh oleh mereka agar persahabatannya dengan Mirae hancur. Dan Hyebin tak akan terpengaruh oleh itu.

Tiba-tiba ada seseorang yang duduk di sebelahnya.  Hyebin sontak menoleh. 

"So.. Sohyun? Younha? So.. Sohee?" gumam Hyebin begitu mendapati Sohee duduk di sebelah kanannya, kemudian Sohyun di sebelah Sohee, dan di sebelah kirinya ada Younha.

"So.. Sohee? Kau berbaikan dengan mereka?" tanya Hyebin pelan. Sementara Sohee dengan senyumannya mengangguk-angguk.

"Awalnya aku tidak mau berbaikan dengan mereka. Tapi setelah beberapa hari, aku mulai menerima mereka. Karena sikap mereka tak separah dulu. Mereka sudah berubah" jawab Sohee menjelaskan.

Hyebin tersenyum tipis. "Baguslah kalau begitu. Aku ke kelas dulu"

Hyebin yang tadinya akan berdiri ditahan oleh Sohee. "Tunggu. Kami ingin menghabiskan waktu bersamamu disini. Seperti kau menghabiskan waktu dengan Mirae. Aku sangat ingin menjadi Mirae, sahabatmu yang paling dekat denganmu itu"

Hyebin mengulum bibirnya. "Apa.. bisa lain kali?"

Sohee menghela napas kecewa. Mulai melonggarkan genggamannya pada pergelangan tangan Hyebin.

Sementara Hyebin yang merasa bersalah akhirnya mengalah. "Arraseo. Ayo kita menghabiskan waktu bersama disini"

Sohee kembali mendongak. Ia tersenyum senang. "Gomawoo"

Hyebin mengangguk-angguk lalu kembali duduk di tengah-tengah mereka.

"Ehm, Hyebin-ah.. Aku ingin minta maaf" ujar Sohyun sembari menatap Mirae dengan tatapan bersalah.

Hyebin yang terkejut saat Sohyun memanggilnya seperti itu hanya bisa mengangguk pelan atas penyataan yang Sohyun tujukan padanya. Perminta maafan karena kejadian dimana Sohyun dan kawanannya menceburkan dirinya ke kolam. "Gwaenchana.. Lagipula Sohee menolongku saat itu" mata Hyebin beralih pada Sohee yang sedang menatapnya.

"Aku juga, Hyebin-ah.. Mianhae.. Aku disadarkan oleh Sohee saat kami juga meminta maaf padanya" ujar Younha.

Hyebin mengangguk-angguk. "Arraseo. Aku senang, kalian benar-benar berubah. Dan semoga kalian menjadi gadis yang baik sekarang"

Sohyun dan Younha tertawa lepas. "Memang sudah, Hyebin" ujar Younha.

Hyebin tersenyum tipis. Dalam benaknya ia berpikir. Mungkin ia harus bersosialisasi. Mulai berteman dengan banyak orang. Sungguh, ini memberi kebahagiaan tersendiri selain bersama dengan Jungkook.


Memory In The Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang