Ia mendongakkan kepalanya. Melihat langit yang mulai mendung.
"Ah, sepertinya akan hujan" batinnya. Ia melirik jam tangannya.
Tunggu apa? Jam 10?
Oh ya. Hyebin lupa. Jam tangannya rusak. Tiba-tiba ia terkekeh sendiri karena tingkah bodohnya itu. Hyebin masih saja memakai jam tangan putih itu padahal sudah rusak. Tidak, tidak. Baterainya habis. Bukan rusak.
Kemudian ia menyalakan ponselnya. Melihat sudah jam berapa ini.
"Oh ternyata sudah jam 6 sore. Aku terlalu lama disini sampai lupa waktu" gumamnya.
Dia tahu sudah sore, tapi tetap saja dia tak beranjak dari duduknya. Ia terus saja duduk di tempat duduk pemakaman yang sudah disediakan.
Matanya terus menatap orang yang keluar masuk di pemakaman itu. Namun tiba-tiba dahi Hyebin berkerut. Melihat seseorang yang nampak familiar untuknya. Membawa satu buket bunga tulip merah muda. Masuk ke dalam pemakaman.
Hyebin berdiri. Mengikuti orang itu. Ia hanya ingin memastikan, apakah itu benar. Apakah orang itu memang benar-benar seseorang yang ia tebak.
Kakinya melangkah dengan pelan dari belakang. Agar gerangan itu tak menyadari kalau ada yang mengikutinya. Orang itu terus saja berjalan dengan langkah yang semakin lama semakin lambat. Semakin mendekati tempat tujuannya.
Dan langkah Hyebin terhenti. Karena orang itu pun berhenti berjalan.
Pemuda bersurai cokelat itu menaruh buket bunga yang ia bawa di sebelah sebuah foto yang dibingkai dengan indahnya.
"Annyeong. Aku tak lupa hari ini hari dimana kau meninggal" ia mengambil napas sejenak.
Lelaki itu membasahi bibir bawahnya. "Saat itu.. aku tidak percaya kau pergi. Sungguh. Aku sangat frustasi. Sampai aku berpikir untuk menyusulmu"
Ia kembali mengambil napas. "Kenapa? Karena aku tak punya siapa-siapa lagi, yang benar-benar mengerti diriku. Hanya kau, dan teman-temanku. Tapi terkadang teman-temanku.. Tak bisa mengerti diriku sebaik dirimu. Kau tahu kalau hatiku sedang dalam kondisi yang buruk. Dan kau akan menghiburku. Mengajakku makan fish cake, kesukaanmu. Atau.. bulgogi kesukaanku.. Kau juga tahu kalau hatiku sedang dalam kondisi yang bagus. Kau tetap akan menghiburku. Kau selalu berhasil membuatku tersenyum senang. Tapi kau meninggalkanku begitu cepat. Seolah aku memang tak berhak untuk bahagia. Seolah semua orang yang aku sayangi akan berakhir seperti orang tuaku.. Meninggal. Awalnya aku tak bisa menerima kalau kau sudah meninggal, karena.. kecelakaan itu"
Pemuda itu menghela napas. "Tapi perlahan aku harus bisa menerima kenyataan. Kalau kau itu benar-benar sudah pergi. Benar-benar pergi"
Ia terkekeh pelan. Namun kekehan itu terdengar miris. Miris sekali. "Kau tahu? Semenjak hari dimana aku sadar kalau kau benar-benar meninggal, aku sering kesini. Setiap sebelum pergi ke sekolah. Ataupun pulang sekolah. Aku selalu merasa rindu padamu entah itu siang atau malam. Aku selalu berpikir bahwa aku takkan menemukan orang lain lagi sepertimu"
"Tapi Ryuka.. Sebenarnya ada orang yang benar-benar sepertimu. Dia benar-benar ada. Aku pun sudah jatuh cinta padanya, tapi-"
Hyebin yang sedari tadi meyimak curahan hati pemuda di depannya mengkerutkan dahi. Kenapa dia berhenti? Apa dia menangis?
Perlahan pemuda itu berbalik ke belakang. "Hyebin?"
Hyebin refleks membulatkan bola matanya. "Tae.. Taehyung..."
Taehyung menghela napas. Kemudian ia dengan cepat berjalan melewati Hyebin yang masih bergeming di tempatnya. Namun seperdetik kemudian, Hyebin berbalik. Mengejar Taehyung yang sudah berdiri di lobby pemakaman itu.
"Tae.. Taehyung" panggil Hyebin terengah-engah dari belakang Taehyung.
Namun Taehyung tak menoleh sedikitpun. Ia hanya fokus melihat ke depan.
"Taehyung.. Kau benar-benar membenciku, sekarang? Kumohon.. Aku masih menyukaimu. Jangan lakukan ini padaku. Ini sungguh menyakitkan, Tae-"
"Kalau begitu jangan menyukai aku lagi. Aku sudah melupakan perasaanku padamu. Lagipula kau kan sudah berpacaran dengan Jungkook. Kau seharusnya menyukainya" ujar Taehyung tanpa melihat ke arah Hyebin sedikitpun.
Hyebin mengatur napasnya. Ia benar-benar kesal. Kenapa Taehyung seegois ini?? Kenapa Taehyung tak bisa mengerti dirinya? Ah, Hyebin lupa kalau dia belum menjadi pacar Taehyung.
"Jungkook hilang ingatan.. Dan aku berpacaran dengannya itu hanya pura-pura, Tae-"
"Kau bisa saja menyukainya dari waktu ke waktu. Aku sudah bilang itu padamu"
"Tidak akan, Taehyung!"
"Intinya cintailah Jungkook."
"ITU HANYA PURA-PURA!" teriak Hyebin setelah berusaha menahan emosinya. Ia refleks menutup mulutnya karena ini di pemakaman. Seharusnya ia tak berisik.
"Taehyung, kumohon bersikaplah seperti biasa. Seperti saat pertama kita bertemu. Seperti kita adalah teman" ujar Hyebin dengan suara yang pelan nan lirih. Matanya terus menatap punggung Taehyung. Menunggu pemuda itu berbalik menghadapnya.
"Tae-"
"Sohee sudah menjemputku dengan sopirnya. Jangan berbicara padaku lagi" ujar Taehyung sembari berlari kecil ke arah mobil mewah berwarna putih. Tangannya berada di atas kepalanya karena hujan mulai turun membasahi bumi. Lalu ia menutup pintu mobil begitu ia sudah berada di dalamnya. Dan mobil itupun melaju dengan kecepatan sedang.
Sementara Hyebin hanya menatap kosong mobil yang sudah melaju itu. Tiba-tiba badannya terasa lemas. Pandangannya kabur. Entah karena air mata yang akan keluar atau karena ia merasa pusing. Ia terus mengambil napas karena napasnya terasa pendek. Kakinya tiba-tiba terasa lemas. Perlahan, semuanya benar-benar buram. Kemudian beralih menjadi hitam.
Dan semuanya menghilang dari pandangan gadis itu.
Ia pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory In The Rain
Teen Fiction[BE DELAYED] "Ini hanya sementara, Taehyung!" "Aniyo, tetap saja. Jangan" "Hanya setahun!" "Itu bukan waktu yang lama, Hyebin!" "Aku tahu!" "Lalu?" "Biarkan aku menjadi pacar Jungkook. Untuk setahun ini, saja" "Sementara kau sedang mencintaiku?" -- ...