13

56 27 2
                                    


"Hyebin-ah, kau tidak lelah?" tanya Mirae yang sedang duduk di kursi tunggu depan kamar inap Jungkook.

Hyebin menoleh. Gadis berseragam itu menggeleng. "Aniyo.. aku tidak akan lelah sampai Jungkook sadar"

Mirae menghela napas. "Tapi ini sudah lebih dari 2 minggu.. Setiap sebelum dan sesudah sekolah kau pasti kesini. Kalau hari libur apalagi. Kau akan menginap disini semalaman."

"Aku juga tak tahan dengan ibu Jungkook yang terus menuduhmu" sambung Mirae sembari menatap sahabatnya itu.

Hyebin kembali menoleh menatap Mirae. Senyuman tipis tampak di wajahnya. "Memang salahku, Mirae"

Mirae menghela napas kasar. "Aniyo! Itu salah Jungkook.."

Lagi-lagi gadis bermata besar itu menghela napas. "Kenapa ia tak menyingkir saat menyelamatkanmu?? Dia pikir dia itu superman atau bagaimana sih?"

Hyebin menunduk. Masih dengan senyuman tipis di wajahnya. "Dia memang superman yang mengorbankan nyawanya demi menyelamatkanku"

Mirae menoleh menatap Hyebin yang sedang menunduk. Sudah sekitar sebulan mereka bersahabat dan saling mengenal.

"Jangan menangis Hyebin-ah.." ujar Mirae mengusap punggung Hyebin pelan guna menenangkan sahabatnya itu.

Badan Hyebin bergetar hebat. Sangat hebat. Terlalu jelas untuk terlihat.

Pikirannya terus kembali saat beberapa minggu yang lalu dimana saat sudah 2 minggu, dan Jungkook belum juga sadar.

Hyebin tak mengerti. Katanya 1 atau 2 minggu kedepan Jungkook akan sadar.

Tapi apa?

Lihatlah. Sudah sebulan Jungkook tak sadar-sadar.

Hyebin memang terlihat biasa diluar. Bahkan gadis itu tersenyum dengan ramahnya.

Tapi di dalam ia sangat frustasi. Ia bingung.

Jungkook tak sadar-sadar.

Ibunya terus menerus menuduh Hyebin.

Ia lelah. Ia bingung. Ia frustasi.

"Hyebin-ah. Ibu Jungkook memanggilmu masuk" ujar Mirae pelan.

Hyebin segera menghapus air matanya. Mendongak. Senyumannya kembali mengembang.

Sejak 2 minggu Jungkook tak sadar, ibu Jungkook melarang Hyebin memasuki kamar inap Jungkook.

Namun kali ini berbeda. Wanita itu malah menyuruhnya masuk.

Begitu berada dalam ruangan berbau obat itu, Hyebin menatap wanita paruh baya itu.

Ibu Jungkook sedang menatapnya tajam. Namun Hyebin tetap mempertahankan senyumannya.

"Bagaimana kau bisa tersenyum saat kau melukai orang lain?" tanya wanita itu pelan, namun menusuk.

Senyum Hyebin perlahan pudar. "Mian, aku hanya ing-"

"Sudah jangan banyak bicara" potong wanita itu cepat.

"Aku dengar kau sering kesini bahkan menginap" sambungnya sembari kembali menatap Hyebin yang berdiri di depan pintu.

Hyebin mengangguk pelan. "Ne, itu benar"

"Jangan lakukan itu lagi" ujar wanita itu.

Hyebin terdiam. Bagaimana ia bisa melakukan itu sementara ia merasa sangat sangat bersalah?

"Arraseo? Aku tidak ingin kau sok menjadi gadis malang yang tidak diterima kehadirannya"

"Oh ya, beruntung suamiku tak ada disini. Jika ada, mungkin aku sudah dimarahi olehnya. Tapi aku bicara seperti ini untuk kebaikan anakku"

Memory In The Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang