"Jungkook! Kau ini benar-benar!" teriak Hyebin begitu mereka berdua sampai di rooftop.
Sementara Jungkook menatap aneh Hyebin. "Apa hah? Apa? Ini salahmu, tau! Kalau saja kau tidak terlambat, kita bisa melihat itu!"
Hyebin mengerutkan dahinya. "Itu, apa?"
Jungkook menghela napas. "Itu, sesuatu"
"Ya sesuatu apa, Jungkook.."
"Pokoknya sesuatu! Kau juga pasti suka"
"Dasar beo tidak jelas"
"Kau yang tidak jelas, BinBin"
"Jangan memanggilku seperti itu!"
"Jangan memanggilku beo, kalau begitu!"
"Ah, sudahlah" gadis itu menyilangkan kedua tangannya. Ia menatap sekitar. Rooftop-nya masih sama. Rooftop, tempat yang paling ia sukai. Kemudian ia menunduk. Menatap ada sesuatu yang becek di bawah sana.
"Aku baru sadar kalau tadi hujan" gumam Hyebin.
"Oleh karena itu aku meneleponmu untuk segera ke sekolah, bodoh" ujar Jungkook sembari berjalan ke pagar pembatas rooftop.
Hyebin menyipitkan matanya. "Bodoh, bodoh. Dia yang bodoh!" gumamnya.
"Aku bisa mendengarmu!" teriak Jungkook dari sana.
Hyebin memiringkan kepalanya. Aneh. Padahal jarak antara dirinya dan Jungkook cukup jauh. Ah, dasar Jungkook ini.
Kaki mulus Hyebin berjalan pelan menghampiri Jungkook. Kemudian tibalah Hyebin di belakang Jungkook yang sedang menatap langit sembari menyelipkan jari-jarinya pada pagar pembatas itu.
"Kau tidak ingin ke kelas, sekarang?" bisik Hyebin tepat di sebelah telinga Jungkook. Pemuda itu dengan cepat tersentak. Matanya membulat. Sudah bulat, dibulatkan lagi. Hyebin terkekeh pelan melihat kekasih pura-puranya itu.
"Kau gila?! Itu geli, tahu!" pekik Jungkook. Namun Hyebin tak mempedulikan kata-kata Jungkook. Gadis itu masih saja tertawa. Entahlah. Walau sederhana, tapi Hyebin merasa terhibur dengan tingkah Jungkook.
"Hyebin!" panggil Jungkook. Sang pemilik nama pun perlahan menghentikan tawanya.
"Wae?" tanya Hyebin.
"Aniyo. Tidak ada apa-apa" ujar Jungkook sembari menggeleng. Menatap Hyebin yang juga menatapnya.
"Wae? Wae? Ayo katakan saja!" ucap Hyebin sembari tersenyum senang. Seolah senyuman itu membuat Hyebin melupakan semua yang ia tangisi tadi malam. Senyuman itu muncul begitu saja tanpa sepengetahuan Hyebin. Benar-benar secara otomatis. Hanya karena melihat tingkah Jungkook, yang kalau dilihat orang lain hanya tingkah yang biasa saja bagi mereka.
Jungkook ikut tersenyum. Kakinya perlahan melangkah. Menghapus jarak antara dirinya dan Hyebin. Seketika, senyuman Hyebin pudar. Gadis itu takut. Tidak, bukan takut. Hanya saja, ia gugup. Hatinya berdetak kencang. Entah kenapa.
Pemuda bersurai hitam itu merendahkan tubuhnya menjadi setara dengan tinggi Hyebin. Jungkook tersenyum tepat di hadapan wajah Hyebin. Tangannya secara tiba-tiba mengacak-acak rambut Hyebin yang sudah rapi terikat kuda itu.
"Kau menggemaskan" ucap Jungkook pelan masih dengan posisi itu.
Hyebin membulatkan matanya. "M.. mwo?"
Jungkook kembali berdiri dengan tegak. Matanya beralih ke arah lain. Ia menggeleng. "Maaf, tidak ada siaran ulang"
Hyebin menghela napas. "Arraseo, gwaenchana. Aku tidak mempedulikan itu" ujarnya sembari berjalan membelakangi Jungkook menuju pintu rooftop.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory In The Rain
Teen Fiction[BE DELAYED] "Ini hanya sementara, Taehyung!" "Aniyo, tetap saja. Jangan" "Hanya setahun!" "Itu bukan waktu yang lama, Hyebin!" "Aku tahu!" "Lalu?" "Biarkan aku menjadi pacar Jungkook. Untuk setahun ini, saja" "Sementara kau sedang mencintaiku?" -- ...