Hyebin dan Taehyung berjalan bersamaan di gang itu. Keadaannya sangat hening. Benar-benar hening. Tak ada percakapan sama sekali. Keduanya merasa canggung.
Hyebin menoleh ke arah Taehyung yang sedang fokus berjalan. Menatap jalanan yang agak basah karena hujan. "Taehyung" panggil Hyebin pelan.
Pemuda itu menoleh. "Hm?"
"Kau.. memang.. sejak dulu.. me, menyukai.."
"Sohee?" tebak Taehyung cepat.
Mata Hyebin membulat sempurna. Bagaimana Taehyung bisa tahu?
"Kim Sohee? Kau bertanya apa sejak dulu aku menyukainya?" tanya Taehyung.
Hyebin mengulum bibirnya. Lalu mengangguk pelan.
Taehyung terkekeh. Pandangannya kembali menatap jalanan. "Yah... Aku sebenarnya tidak menyukai Sohee.. Hanya saja.. Aku.. Kesal waktu itu. Jadi aku memilih untuk memacari Sohee sebagai.. pelampiasan?". Nadanya seperti bertanya pada dirinya sendiri saat di kata terkahir kalimat itu.
Hyebin terkekeh pelan. "Sudah kuduga. Seharusnya kau tidak boleh seperti itu.. Bagaimana jika Sohee tersakiti jika dia tahu kalau kau memacarinya hanya sebagai pelampiasan karena aku harus menjadi pacar Jungkook"
Taehyung ikut terkekeh. "Lagi pula besok mungkin aku akan memutusinya"
Mata Hyebin kembali membulat. Tangannya refleks memukul pundak Taehyung.
"Aww!!" ringis pemuda itu sembari memegangi pundaknya. "Sakit, tahu"
Hyebin kembali terkekeh. "Jangan seperti itu! Bagaimana jika Sohee memang mencintaimu??"
Taehyung menggeleng pelan. "Aniyo.. Kami tidak pernah saling mencintai.. Ah, aku tidak tahu perasaan Sohee padaku bagaimana. Tapi aku tak pernah menyukainya. Aku hanya pernah mencintai satu gadis. Dan itu Ryuka"
Hyebin mengangguk-angguk. "Kau sepertinya sangat mencintai Ryuka, ya"
"Kau benar" ujar Taehyung.
Hyebin kembali menoleh ke arah Taehyung. "Apa kau pernah jatuh cinta lagi, setelah kehilangan Ryuka?" tanya Hyebin pelan. Ia benar-benar mengutuk mulutnya yang tiba-tiba bertanya seperti itu. Memalukan. Pertanyaannya seolah menginginkan Taehyung untuk menjawab bahwa ia jatuh cinta pada Hyebin. Benar-benar memalukan.
Taehyung terkekeh pelan. "Heumm.. Aku tidak tahu. Tapi sepertinya iya"
Mata Hyebin membulat. "Jinjja? Siapa??"
Taehyung menatap Hyebin sejenak. Lalu matanya kembali menatap jalanan. "Dia... orang yang kelihatan baik. Dan ternyata memang baik. Lalu dia lebih suka mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. Dia selalu mendahulukan kebahagiaan orang lain. Dan jika dia bersalah, rasa salah itu akan selalu ada dalam hatinya.. Dia sangat penyayang, penyabar, dan sangat menggemaskan. Aku tidak tahu pasti, tapi sepertinya dia itu akan selalu menyembunyikan rasa sakitnya. Memendamnya. Sendirian. Dia tidak ingin orang lain tahu bahwa ia benar-benar sedih, sakit, kacau, kecewa, marah. Dia akan selalu menunjukkan senyumnya walaupun hatinya terasa sakit"
"Dan jangan lupakan satu hal juga kalau dia sangat cantik. Apalagi saat tersenyum. Atau, terkejut. Itu akan terlihat menggemaskan. Tapi sebenarnya... Aku pun tak tahu kalau aku jatuh cinta dengannya. Aku bingung apakah aku hanya menganguminya. Atau benar-benar jatuh padanya. Jatuh cinta-". Taehyung menggantungkan kata-katanya. Ia menoleh menatap pada Hyebin yang sedang menatap jalanan yang becek itu. Pemuda itu merasa Hyebin tahu siapa orangnya. Karena Taehyung yakin ia sudah mendeskripsikan orang itu dengan sangat detail.
"Padanya" sambung Taehyung masih dengan matanya yang menatap Hyebin sendu.
Hyebin refleks menatap Taehyung. Keduanya kini menatap. Masih dengan berjalan. Namun semakin lama kaki mereka semakin lambat untuk berjalan. Dan keduanya berhenti secara bersamaan. Padahal mereka belum sampai di rumah Hyebin.
Kini keduanya sedang berhadapan. Menatap satu sama lain.
Taehyung terus menatap Hyebin sendu. "Kau... apa kau benar-benar sudah mencintai Jungkook?"
Hyebin menatap Taehyung tanpa berkedip. Sebelum menjawab pertanyaan Taehyung, Hyebin memeriksa sesuatu dulu.
Jantungnya.
Jantung itu tak lagi berdebar kencang.
Atau memang sejak awal, Hyebin tak mencintai Taehyung, tapi Jungkook?
~~
Hyebin memasuki rumahnya yang masih gelap. Lampunya belum ada yang menyalakan. Lalu sebelum ia menyalakan lampu, gadis itu membuka sepatu dahulu. Kemudian menyimpannya di rak. Pikirannya berputar-putar disana. Pada pernyataan itu. Apa aku memang tak mencintai Taehyung, dari awal?
Hyebin memejamkan matanya sejenak. Lalu kembali membukanya lagi. Ia bingung. Hatinya seolah masih mempunyai rasa pada Taehyung. Tapi bukankah dirinya sedang belajar mencintai Jungkook? Bahkan dirinya sudah bilang bahwa ia juga mencintai Jungkook. Dan Hyebin merasa, saat ia berkata bahwa ia juga mencintai Jungkook, itu terasa sangat tulus dan keluar begitu saja dari mulut Hyebin tanpa paksaan dan keraguan.
Ah, sudahlah. Sebaiknya ia lupakan saja Taehyung. Itu benar-benar membuat kepalanya terasa pening.
Kini tangannya meraba-raba dinding rumahnya. Mencari-cari dimana saklar itu. Dan.. Dapat! Akhirnya Hyebin sudah memegang saklar lampu itu. Sekarang ia tinggal menekannya.
Cklek!
Suara lampu dinyalakan terdengar menggema di ruangan itu.
Dan mata Hyebin sukses membulat.
Sekarang di depannya ada 13 orang yang sedang tersenyum senang melihat kehadiran Hyebin. Semua orang itu menepuk-nepukkan tangannya. Dan mata Hyebin terus terfokus pada seseorang yang memegang kue berukuran besar berwarna cokelat. Angka lilin 1 dan 7 tertancap disana. Dengan senyuman yang lebar pemuda itu terus berjalan menuju Hyebin.
Kini semua orang itu menyanyikan lagu ulang tahun.
Saengil chukkae hamnida
Saengil chukkae hamnida
Saranghaneun uri Hyebin
Saengil chukkae hamnida!!!
Seorang pemuda bertubuh kekar sudah ada di hadapannya. "Tiuplah lilinnya"
Jeon Jungkook.
Kim Taehyung.
Mereka berdua mengatakan satu hal yang sama. Tiuplah lilinnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory In The Rain
Teen Fiction[BE DELAYED] "Ini hanya sementara, Taehyung!" "Aniyo, tetap saja. Jangan" "Hanya setahun!" "Itu bukan waktu yang lama, Hyebin!" "Aku tahu!" "Lalu?" "Biarkan aku menjadi pacar Jungkook. Untuk setahun ini, saja" "Sementara kau sedang mencintaiku?" -- ...