"Kook" panggil Hyebin pelan. Aneh. Aneh rasanya. Memanggil Jungkook seperti itu. Seolah mereka memang benar-benar dekat. Sangat dekat. Bukan sebuah sandiwara.
"Ne?" tanya Jungkook menanggapi panggilan Hyebin. Matanya terus fokus pada rambut Hyebiin yang sedang ia cepol. Ia sangat berhati-hati agar rambut hitam gadis itu tidak tertarik.
Hyebin terus menatap ke depan. Ia ingin mengadah menatap langit yang sudah mulai mendung, tapi takut Jungkook terganggu saat ia sedang mencepol rambutnya. "Kenapa kau bisa sangat lihai mengikat-.. Ah maksudku mencepol rambut? Padahal kau kan laki-laki"
Jungkook terkekeh pelan. Ia merapikan rambut Hyebin dahulu sebelum menjawab pertanyaan gadisnya. Menyisir poni Hyebin yang agak berantakan. Oh ya. Jungkook selalu membawa sisir kemana pun dia berada. Karena ia merasa rambutnya tak pernah rapi.
Pemuda itu pun duduk di sebelah Hyebin yang sedari tadi gadis itu menatap Jungkook.
"Aku bisa pandai mencepol karena aku memiliki kakak perempuan.." Jungkook tersenyum tipis lalu ia menunduk. "Ia sama sepertimu. Tak bisa mencepol rambut. Tapi ia lebih buruk darimu.. Dia bahkan tak bisa mengikat rambut sendiri"
Jungkook menatap sepatu sekolahnya. "Itu semua karena orang tuaku tak pernah punya waktu untuk kami.. Lalu aku berinisiatif untuk mencari tahu bagaimana caranya mengikat rambut"
"Dan pada akhirnya, aku memilih untuk mencepol rambut kakakku.. Karena aku berpikir mencepol akan terlihat lebih rapi daripada ikatan rambut lainnya"
Jungkook menoleh. Kembali menatap Hyebin. "Ya... Hanya karena itu aku jadi pandai mencepol rambut perempuan"
Hyebin mengangguk-angguk. "Aku jadi ingin bertemu kakakmu itu.." gumam Hyebin.
"Jungkook" panggil Hyebin.
Jungkook berdehem. "Wae?"
"Apa aku boleh bertemu kakakmu??" tanya Hyebin dengan mata berbinar-binar. Ia benar-benar ingin menemui kakak Jungkook. Entah kenapa. Seolah Hyebin ingin tahu lebih tentang Jungkook dari kakaknya. Hyebin sedang berusaha agar dirinya semakin jatuh. Jatuh cinta pada Jungkook. Dengan cara mengetahui Jungkook lebih dalam.
"Kook?" panggil Hyebin lagi.
Jungkook kembali menoleh. "Emm, sepertinya la.. lain kali saja, arraseo??"
Hyebin menghela napas kecewa. "Waeyo? Apa dia sangat sibuk?"
Jungkook menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Molla.. Aku juga tidak tahu". Jungkook menghela napas. "Mungkin dia sudah ke Indonesia"
Hyebin membulatkan matanya. "MWO??!!! JINJJA?!!"
Jungkook sempat terkejut karena teriakan Hyebin. Beberapa detik kemudian, pemuda itu hanya menggidik pelan. Lalu menatap langit.
"Memang kenapa?" tanya Jungkook pelan.
Hyebin tersenyum tipis. Lalu ikut menatap langit seperti Jungkook. "Aku ingin-". Jari telunjuk Hyebin menunjuk ke langit. "Melihat bintang,". Kemudian tangannya menunjuk ke semua arah. "Melihat gunung-gunung yang mengelilingi negara itu,". Kini kakinya diayun-ayunkan. "Bermain air dan pasir di pantai,". Tangannya berhenti menunjuk. Kini ia tersenyum tipis sembari menoleh menatap Jungkook yang juga sedang menatapnya. "Tinggal beberapa hari disana bersama orang-orang yang kusayangi"
Jungkook ikut tersenyum. "Kau ingin sekali ya, ke Indonesia?"
Hyebin mengangguk-angguk layaknya anak kecil. "Disana terlihat sangat indah.. Aku ingiiiinnnn sekali kesana. Menginap di setiap pulau dan kota yang ada disana". Hyebin menggigit bibir bawahnya. "Kau juga pasti mau kan, kesana? Disana sepertinya akan sangat seru"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory In The Rain
Teen Fiction[BE DELAYED] "Ini hanya sementara, Taehyung!" "Aniyo, tetap saja. Jangan" "Hanya setahun!" "Itu bukan waktu yang lama, Hyebin!" "Aku tahu!" "Lalu?" "Biarkan aku menjadi pacar Jungkook. Untuk setahun ini, saja" "Sementara kau sedang mencintaiku?" -- ...