43. Berubah?

2.8K 134 25
                                    

       Budayakan vote komen!

    Nungguin yah?¿

 
      Selamat membaca!


"Saat waktu terus berjalan tanpa sadar setiap orang itu akan berubah setelah apa yang terjadi dan setelah adanya perencanaan."

_Sebuah kalimat mewakili semuanya. 

                   -BAGASYARA-

 

       Bel sekolah berbunyi membuat seluruh siswa-siswi SMA Nusa Bangsa itu berhamburan keluar dari kelas dan segera menuju lapangan tempat upacara yang dilakukan setiap Seninnya. Setiap barisan kelas memadati lapangan itu dari kelas paling rendah sampai tingkat tinggi. Disamping kanan barisan kelas yang memanjang itu tempat para Guru Sma itu berbaris. Sedangkan, di sisi kiri barisan kelas terdapat beberapa murid, baik itu yang terlambat maupun yang atributnya tidak lengkap. Di barisan kiri itu, Syara menangkap jelas dua orang yang berdampingan seraya menatap lurus kedepan. Bagas dan Farik! Bagas nampak dari sana tak memakai dasi dan Farik dengan atribut lengkap, mungkin saja telat. Tumben!

         Syara seketika menunduk saat mata tajam cowok di barisan kiri yang tak memakai dasi bertemu dengan matanya yang terus memperhatikan barisan kiri itu. Syara semakin menunduk, ia tak sanggup walau hanya menatap mata cowok itu. Rasa sesak perlahan muncul di dalam sana serta rasa pusing terasa dikepalanya. Syara menarik napas dalam lalu perlahan mengangkat kepalanya dan menatap kedepan memandang kepala sekolah yang tengah memberikan informasi yang tak ada habisnya membuat beberapa murid terlebih siswi yang sudah menggerutu kesal dengan banyak alasan. Baik itu dari kulitnya, terik matahari, make up nya yang akan luntur dan lain sebagainya. Namun, Syara tak memperdulikan semua itu.

     Terik matahari semakin menambah kekesalan para murid SMA itu saat pembina upacara belum juga menghentikan acara nasihatnya yang sangat-sangat panjang. Syara menatap kosong kedepan seraya sesekali berdehem pelan guna menetralisir rasa sakit didadanya. Syara perlahan menarik napas dalam lalu membuangnya secara kasar. Rasa nyeri di kepala nya ikut muncul kian helaan napasnya ia keluarkan.

     Seketika tubuh cewek itu ambruk, membuat beberapa siswi memekik. Sebelum matanya benar-benar tertutup, Syara melirik sekilas barisan tempat siswa yang dihukum. Samar-samar, dia melihat cowok itu hanya diam menatapnya dari jauh hingga ia hampir menutup sepenuhnya matanya terdengar langkah kaki cepat mengarah kesini. Setelahnya, semuannya menjadi gelap.

        Dibarisan murid telat dan tak berseragam lengkap, seorang cowok menatap diam cowok disampingnya saat cewek dibarisan kelas XI itu jatuh  dilapangan itu. Lima detik, cowok itu hanya diam membuat cowok disampingnya menatapnya penuh emosi. Namun, ia berusaha untuk menghilangkan emosinya. Selanjutnya, cowok itu Farik menepuk bahu cowok disampingnya sebelum berlari kebarisan kelas XI.

       Lantas Farik membelah kerumunan para siswa-siswi yang tak ada niatan menolong Syara yang sudah ambruk tak sadarkan diri. Farik kemudian membopong tubuh cewek itu menuju ruang uks disusul Sandra dan beberapa anak PMR. Kejadian itu menjadi tontonan seluruh siswa-siswi dengan menatap jelas Farik yang membawa pergi Syara dan Bagas yang hanya diam menatap semuanya.

      Diujung sana, Bagas mengepalkan kedua tangannya seraya menggertakkan gigi gerahamnya. Cowok itu menahan emosi dan rasa cemburunya. Muka cowok itu jelas-jelas memerah dan untungnya terik matahari berhasil menutupi api cemburunya.

BAGASYARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang