48. Kesempatan Kedua

285 18 28
                                    

   
     "Berapa kali mencoba adalah cara terbaik untuk membuktikan keseriusan. Namun, disakiti berkali-kali bukanlah hal yang mudah untuk dilupakan begitu saja. Maka, hadirlah sebuah komitmen untuk meluruskan semuanya. Kita perlu saling percaya agar kedepannya selalu baik-baik saja."

(Ditulis saat pikiran entah dimana)

Happy Readiing besty

  Senja di langit barat yang cantik kian menurun. Banyak orang menatap kagum. Keindahan yang tak bisa dilewatkan saat berada di pantai seperti ini. Ya, disana disebuah pantai banyak para pengunjung entah itu remaja ataupun orang tua beserta keluarga kecilnya datang menghabiskan waktu dan menunggu datangnya senja.

    Ditepi pantai paling ujung, seorang cowok baru saja muncul dari permukaan air. Ia berjalan kecil ke tepi pantai dengan bertelanjang dada. Mengabaikan beberapa tatapan kaum hawa yang menatapnya. Berbagai bisikan dan teriakan kecil ia dengar dari kumpulan cewek yang tadinya asik berfoto ria dan sekarang sedang menatapnya dengan tatapan kagum.

   Bagas mendengus kesal. Lalu tatapannya beralih menatap ke sekitarnya mencari seseorang yang tadinya izin membeli minuman di warung sini. Namun, gadisnya belum kembali dari beberapa menit lalu. Bergerak menyusul gadisnya, namun dari arah berlawanan muncul sosok gadisnya seraya membawa handuk kecil dan sebotol mineral. Gadisnya berlari kecil seraya tersenyum lebar.

      "Jangan lari, Ra!"perintah Bagas. Namun, tak diindahkan oleh Syara.

     Syara tersenyum kecil seraya menetralisirkan degup jantungnya saat sudah tiba didepan Bagas yang menatapnya tajam.

     "Gue bilang jangan lari."

    Syara terkekeh."Gak papa kok. Lagian gak jauh juga, takutnya kamu kedinginan. Nih, bersihin dulu, habis itu gantian."suruh Syara menyerahkan handuk yang ia bawa dari rumah.

   Bagas menerima dan membersihkan tubuh bagian atasnya lalu kembali menyerahkan handuk pada Syara yang menatap selikitar. Bagas mengernyit melihat tatapan kesal yang terkadang di wajah gadisnya. Syara terus menatap ke sekumpulan cewek yang terus menatap mereka. Bagas tersenyum simpul.

  "Ra, nih udah."ujar Bagas namun tak didengar oleh Syara.Bagas menggeleng pelan, lalu memegang bahu gadisnya yang membuat Syara menoleh dan menatapnya."Udah."ulang Bagas kembali menyerahkan handuk tadi.

    "Rambutnya bel_"

    "Keringin."potong Bagas dan menundukkan sedikit kepalanya agar Syara bisa membersihkan rambutnya yang sengaja ia tidak keringkan.

    Syara menurut lalu mulai membersihkan rambut Bagas yang basah. Wajah keduanya saling berhadapan hingga deru napas masing-masing menerpa wajah. Syara tetap fokus walau detak jantungnya terasa begitu cepat. Sedangkan, Bagas tersenyum menyadari gadis didepannya menahan gugup. Bagas memajukan wajahnya membuat jarak semakin sedikit. Bagas mengabaikan teriakan yang terdengar, ia tersenyum miring saat Syara menutup matanya.

      "Kenapa nutup mata hm?"tanya Bagas dan masih memasang senyum miringnya. Syara yang mendengar itu langsung membuka matanya dan pipi yang sudah merah bagai udang rebus. Syara berbalik badan dengan cepat sambil menutupi wajahnya dengan handuk ditangnnya.

    Bagas berjalan mendekat dan mendekap gadisnya dari belakang. Ia memeluk erat dan membawa gadisnya menghadap kearah senja. Hingga posisi keduanya sama-sama menatap senja. Syara hanya diam, ia tak berontak dipeluk oleh Bagas. Syara tenggelam dengan pesona senja diufuk barat. Tersenyum kecil lalu menoleh pada Bagas dengan sedikit mengangkat kepalanya menatap Bagas yang datar menatap ke depan.Merasa diperhatikan,  Bagas menunduk menatap Syara dengan kening yang ia naikkan satu seolah bertanya.

BAGASYARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang