26. Jalur, Jarak dan Rasa

2.4K 105 3
                                    


     Vote and coment dulu,
   Sebelum Baca!!!!!

        ~Happy Reading~

          ~~~~~~~~~~~~~~~

    
       " Jalan punya jalur. Hubungan punya jarak. Cinta punya rasa. Ketiganya selalu punya tikungan."

      Dengan jalan, tikungannya harus dilewati dengan pembelokan.

    Hubungan, tikungannya dilewati dengan pendam kerinduan.

    Cinta, tikungannya dilewati dengan rasa saling memiliki.

               -TANTANGAN?-

            -BAGASYARA-

    

     Sepasang mata itu terus mengawasi setiap pergerakan yang dilakukan oleh cewek berambut sebahu dijalan sepi itu. Hari sebentar lagi akan menjelang malam, dan rintik hujan menambah keheningan jalan yang kurang dilewati oleh banyak orang itu.

        Cewek berambut sebahu itu, selalu menoleh kebelakang. Memastikan siapa tau ada orang yang mengikutinya, karna sejak tadi perasaannya mulai tidak enak.

     Dibelakang sana tidak ada siapa-siapa.

     Syara menenteng erat kantong plastik ditangannya. Kresek putih itu berisi perlengkapan tugas sekolahnya. Mempercepat langkah kakinya, Syara sedikit berlari kecil.

    Namun, suara langkah kaki dari arah belakang juga semakin terdengar dan semakin jelas mengikuti dirinya. Syara menundukkan kepalanya, menarik napasnya dalam sebelum membalikkan kepalanya, meskipun rasa takut memenuhi dirinya.

   Dibelakang sana berdiri jelas sosok cowok....

           ........................

      Hembusan napas dilakukan oleh seorang Bagas Angkasa sehabis melatih fisiknya lagi. Air Botol mineral diatas meja itu habis tak tersisa. Aliran keringat terus mengucur, walau ia sudah menyelesaikan latihannya.

    Tak memperdulikan, cewek yang setia menunggunya didepan pintu ruangan. Bagas melangkah melewati cewek itu sambil mengelap keringatnya dengan handuk kecil.

      " Gas,Gue..."

     Bagas memutar tubuhnya dan memandang cewek itu dengan tajam. " Pulang, gak ada yang nerima tamu dirumah ini."

      Rahel diam untuk beberapa saat. " Gue minta maaf."

     Bagas berdesak kesal. " Gue suruh lo pulang. Bukan minta maaf. Lagian maaf lo, gak berarti apa-apa bagi gue." tegas Bagas lalu berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Rahel yang menatapnya penuh sendu dan penyesalan.

      Penyesalan selalu ada dibelakang!

             ........................

      Tendangan keras pada kursi di rooftopp, membuat bunyi menggema di kesunyian itu. " Gue bilang, dia gak penting lagi buat gue."

      Gio menghela napas." Ya seenggaknya, lo maafin dia."

     Marco menatap tajam Gio." Maafin dia? Buat apa? Gue pikir dia udah gak penting bagi gua."

       " Kalau dia kagak penting buat lo, kenapa dulu lo beriin harapan ama dia? "

     " Harapan? Harapan yang telah disia-siakan? Percuma. Dan lo, gak usah basa-basi yang gak mutu. Bilang aja lo cinta ama dia."

     Gio maju selangkah. " Jaga ucapan lo, bangsat!"

BAGASYARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang