Ada saatnya kita tak punya pilihan lain
Selain merenungi setiap hal yang telah terjadi
Mencoba menerima dan menjalaninya dengan lapang dada
Sembari menunggu Allvaro menyeruput susu buatan Ryana. Mereka berdua bersandar di sebuah pohon besar untuk melepas lelah."Kakak pasti haus kan?" tanya Ryana dan memberi sebotol air putih yang sudah dipersiapkannya tadi pagi.
Vyno mengangguk dan meneguk minuman itu lalu memberinya kepada Ryana. Air putih tersebut memberi rasa lega di tenggorokan mereka.
"Susu Allvaro sudah habis sekarang kita lanjut jalan lagi ya Ryana." ajak Vyno kepada Ryana.
Lalu Vyno menyimpan botol susu adiknya dan menggendong kembali tas yang berisi keperluan penting untuk mereka yang saat ini tengah berada di dalam hutan.
Setelah lama berjalan. Vyno melihat sebuah tenda "Ryana coba lihat disana ada tenda," ujar Vyno sambil menunjukkan sebuah tenda usang yang berdiri di bawah sebuah pohon rindang.
"Yuk kak kita kesana!" ajak Ryana dengan senyuman yang kini terbentang di wajahnya.
"Stop!" teriak Vyno menghentikan langkah Ryana.
"Ada apa kak Vyno?" Ryana bingung melihat saudara laki-lakinya itu tidak memberinya izin.
"Kita harus hati-hati! Bagaimana jika ada laki-laki besar itu disana?" jelas Vyno kepada Ryana.
"Tapi kita butuh tempat untuk beristirahat nanti malam, kakak mau kita kedinginan?" teriak Ryana kepada Vyno yang masih berdiri di hadapannya dengan tangan yang dibentangkan.
"Aku takut Ryana," lirih Vyno dengan suara bergetar. Vyno takut jika di dalam tenda itu ada laki-laki besar dengan rambut tebal dimulutnya. Dia takut jika Orang itu akan menangkap mereka dan menculik dirinya dan kedua adiknya.
"Jangan takut kak Vyno!" ujar Ryana dengan polosnya dan tanpa ada sedikit pun ketakutan yang dia rasakan seperti Vyno. "Kita harus lihat kesana pelan-pelan" ajak Ryana sambil menepuk-nepuk bahu saudara laki-lakinya.
Akhirnya dengan tubuh yang bergetar Vyno memberanikan diri untuk mendekati tenda itu. Ia berdiri di balik punggung Ryana dengan tangan memegang baju adiknya. Mereka dengan sangat perlahan-lahan mendekati tenda itu.
"Sekarang buka tendanya" perintah Ryana kepada Vyno yang masih bersembunyi di balik punggungnya.
"Tapi aku takut Ryana" bisik Vyno dengan suara yang hampir tidak kedengaran.
Ryana melepas gendongannya dan menyerahkan Alvaro kedalam pelukan saudara sulungnya itu.
"Biar aku saja yang membukanya" ketus Ryana kepada Vyno yang masih diam terpaku sambil memeluk erat Alvaro.
Ia berlari menjauhi tenda itu dengan perasaan yang dipenuhi rasa ketakutan akan keselamatan adiknya Ryana.
Ryana melangkahkan kakinya dengan pelan menuju tenda hampir tanpa menimbulkan suara. Sesampainya tepat di depan tenda itu kakinya perlahan jongkok.
Sebelum tangannya membuka kancing yang menutup tenda usang tersebut pelan-pelan kepalanya menoleh kebelakang dan melihat kedua saudaranya di sana berdiam diri.
Ryana menganggukkan kepalanya kepada Vyno yang tampak gemetaran dengan wajah yang sangat pucat. Tangan kanan Ryana kini berada di satu kancing penutup tenda itu.
Lalu perlahan-lahan suara kertakan dari kancing tenda itu terdengar saat Ryana mencoba membukanya. Perlahan-lahan kini tenda itu terbuka. Mata Ryana terbelalak dan mulutnya terbuka lalu berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL ALIVE
Teen Fiction[SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA] Kisah 3 anak kecil yang melanjutkan hidup tanpa orangtua di dalam Hutan Belantara. "Vyno anak mama yang kuat, tolong jaga Ryana dan Allvaro sebaik mungkin sebagai lelaki yang bertanggung jawab ya" ucapnya sambil mengelu...