Esok harinya, matahari sudah bangkit dari ufuk timur. Langit sudah menyuguhkan cahaya mentari yang menyinari dunia. Suara kicauan burung yang mulai beterbangan memulai harinya membangunkan ketiga makhluk kecil dari tidur lelapnya. Hari minggu, Ryana akan mengajak saudara laki-lakinya untuk pergi ke pancuran. Ia tidak sabar untuk membersihkan tubuhnya dengan peralatan mandi yang ia beli kemarin sore.
"Kak Vyno, kita ke pancuran ya habis makan," ajak Ryana bersemangat seraya menyuapi adik kecilnya bubur buatan Vyno.
"Iya Ryana," sahut Vyno tersenyum.
"Kita bisa mandi pakai sampo, sabun, sikat gigi juga biar wangi," balas Ryana.
"Hari ini kamu pergi ke rumah tante Vina juga ya?" tanya Vyno.
"Iya kak, nanti siang Ryana harus bekerja," jawabnya sambil menganggukkan kepala.
"Kamu gak libur ya seperti aku?"
"Tidak kak Vyno, kata tante Vina dia akan menunggu kedatanganku hari ini,"
Sekarang giliran Vyno yang menganggukkan kepalanya atas jawaban yang baru saja di lontarkan saudara perempuannya itu.
"Sini aku gendong Allvaro, kamu siapin pakaian kotor yang harus di cuci ya" suruh Vyno kepada Ryana untuk mempersiapkan yang mereka perlu bawa untuk ke pancuran.
"Siap kak Vyno" cengir Ryana mengacungkan kedua jempol ke depan.
Perempuan kecil itu bergegas masuk ke dalam ruangan itu dan mengambil kantongan plastik dan menyusun pakaian kotor mereka ke dalam. Tak lupa Ryana juga membawa botol minum kosong mereka.
"Kak Vyno udah siap nih," teriak Ryana sambil berlari mendekati saudara laki-lakinya.
"Yakin semuanya udah?" tanya Vyno seraya melirik kantong plastik yang ada di gengaman Ryana.
"Mhmmm" gumamnya sambil menganggukkan kepala.
"Sabun sama sampo yang semalam kamu beli mana Ryana?" tanya Vyno saat melihat kantongan itu hanya berisi pakaian dan botol kosong.
"Ohh iya! Ryana hampir lupa, untung kak Vyno ingatkan," ujar Ryana sontak berlari kembali dan mengambil barang yang ketinggalan.
Kemudian, Ryana menggendong Allvaro dipelukannya dengan kain gendong yang dililitkan ketubuh mereka. Sedangkan, Vyno membawa pakaian kotor dan keperluan mandi mereka. Vyno berjalan di depan memandu perjalanan mereka menuju pancuran menyusuri pepohonan dan tumbuhan liar.
"Tante Vina, aku boleh nanya gak?" ujar Ryana saat semua pekerjaannya selesai hari ini. begitu juga, murid-murid les Vina yang baru saja kembali pulang ke rumah mereka masing-masing.
"Boleh dong, kamu mau nanya apa sayang?" sahut Vina lalu duduk di samping Ryana.
"Hmm, itu foto suami tante ya?" tunjuk Ryana pada sebuah foto yang menempel di dinding. Sebuah foto yang berpakaian loreng-loreng.
"Oh itu ya, itu suami tante. Namanya adalah Frans," jelas Vina dengan bangga dan tersenyum mengenalkan suaminya itu.
"Saya tau suami tante pasti seorang tentara kan, pakainnya saja sudah menjelaskan bahwa dia itu seorang tentara" ucap Ryana dengan tatapan tertuju lurus pada sosok yang ada pada foto tersebut.
"Kamu memang anak yang pintar, suami tante adalah seorang TNI AU," kata Vina mengusap rambut Ryana dengan pelan.
"TNI AU? Itu apa tante?" tanya Ryana.
"Tentara nasional indonesia angkatan udara Ryana" jelasnya sambil tersenyum melihat wajah lucu Ryana saat kebingungan.
"Oh gitu ya tante heheh," sahut Ryana.
"Iya sayang, tapi sudah lebih sebulan ini Frans belum juga kembali dari tugasnya," lirih Vina mengusap perutnya dengan raut wajah yang sedih.
"Tante kangen ya sama Om Frans? Kata Mama kalau Ryana kangen sama kakek, nenek di kampung di doain aja sama Tuhan. Tante juga harus gitu" ajak Ryana dengan kepolosannya membuat raut wajah sedih Vina berubah tersenyum.
"Kamu benar Ryana," balas Vina seraya mencubit gemes hidung Ryana yang mancung.
"Tante aku boleh nanya satu pertanyaan lagi gak?" tanya Ryana dengan wajah yang serius.
"Kamu mau nanya apalagi, tanya aja sayang?"
"Ryana mau nanya tentang pengacara tante yang sudah meninggal itu," balas Ryana menolehkan kepalanya kepada Vina.
"Pengacara tante itu ada dua orang, mereka adalah pasangan suami istri. Memangnya kenapa Ryana?" tanya Vina.
"Gapapa tante, Cuma pengen tau kisah mereka aja," kata Ryana.
"Nama mereka adalah Samuel dan Sinta, kalau saya tidak salah mereka mempunyai 3 orang anak. Namun, kebakaran itu menghabisi nyawa mereka. Oleh sebab itu, tante tidak mendapat keadilan karena tanpa mereka tante tidak bisa berbuat banyak" jelas Vina.
Ia menarik sebuah laci yang berada di bawah lemari TV. Kemudian, menarik selembar foto dan menunjukkannya kepada Ryana.
"Ini adalah pengacara tante," tunjuk Vina tersenyum dengan mata berkaca-kaca.
Ryana mengusap foto Papa dan Mamanya. Air mata di pelupuk mengalir deras ke pipinya. Ada rindu yang teramat besar di hati anak perempuan itu kepada kedua sosok yang berdiri di antara tante Vina.
"Kamu kenapa nangis sayang?" tanya Ryana mengusap air mata di pipinya.
"Ryana sedih mendengar kisah mereka tante" dusta Ryana seraya berdiri dan menyerahkan foto itu kepada Vina lalu pamit pulang dengan terburu-buru.
"Tante udah sore Ryana harus pulang," ucap Ryana dengan suara bergetar.
"Iya sayang kamu hati-hati ya, ini kamu bawa pulang,"
"Terimakasih tante," ujarnya seraya berlari pulang membawa tas kecil berisi buku dan beberapa lembar uang yang di masukkan Vina ke dalam.
Sepanjang perjalanan pulangnya Ryana menangis tersedu-sedu setelahmelihat foto kedua Mama dan Papanya. Foto itu mengingatkannya kenangan-kenangan manis yang pernah ia lalui bersama dengan orangtuanya. Hampir saja tubuhnya tersungkur jatuh ketanah akibat berlari tanpa berhati-hati. Berkali-kali ia mengusap air mata yang tidak henti-henti menghujani pipinya.
HIKS HIKS HIKS
"Ryana kangen Mama kangen sama Papaa.." Ryana menangis tersedu-sedu.
Sesampainya di tempat tinggalnya. Ryana berlari mendekati saudara sulungnya dan memeluk Vyno dengan sangat kencang dan erat.
"Kak Vyno.. aku kangen Mama sama Papa hiks hiks" tangis Ryana semakin menjadi-jadi.
"Iya Ryana aku juga kangen mereka, kamu jangan nangis ya" lirih Vyno ikut menangis dan membalas pelukan Ryana.
"Kak Vyno, ternyata pengacara tante Vina adalah Papa dan Mama kita, tadi Ryana liat sendiri foto tante Vina bersama orangtua kita," jelas Ryana terbata-bata dan air mata yang terus mengalir.
"Jangan nangis lagi ya, ada aku dan Allvaro. Papa, Mama udah di surga bersama Tuhan" sahut Vyno mengusap kepala dan punggung Ryana dengan penuh kasih sayang.
Mereka menangis tersedu-sedu saat langit mulai tampak gelap. Suara tangisan itu membangunkan Allvaro dan sontak membuat kedua saudaranya saling melepas pelukannya, mengusap air mata dan berlari menghampiri Allvaro.
to be continue...
Gimana? penasaran gak kelanjutannya?Aku sih yes atau Aku penasaran pake banget (Choose one Every1)
Lihat simbol Star gak di bawah?
Pencet dong 😄Yang pencet tambah cantik atau ganteng
Serius.. gak percaya? Coba aja 😊Kok belum di pencet sih?
VOTE adalah salah satu "Bentuk Cinta" dari kalian untuk mengapresiasi karya ini, apalagi kasi vote itu gratis lho..
Makassi yang udah VOTE
Follow juga yaSalam Sayang ❤️
FirsaLo
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL ALIVE
Teen Fiction[SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA] Kisah 3 anak kecil yang melanjutkan hidup tanpa orangtua di dalam Hutan Belantara. "Vyno anak mama yang kuat, tolong jaga Ryana dan Allvaro sebaik mungkin sebagai lelaki yang bertanggung jawab ya" ucapnya sambil mengelu...