Teriakannya semakin histeris dan membuat Ryana kebingungan, takut, cemas dan jantungnya berdetak cepat di dalam tubuhnya. Tak kuasa melihat Vina kesakitan, meraung-raung dan menangis seperti ini. Ryana berlari pergi dan meninggalkan Vina di rumah itu sendirian.
Ryana berlari secepat mungkin. Ia pergi menuju warung kecil yang pernah ia datangi sebelumnya untuk membeli keperluan mandi.
"Tante, tolong! Tante Vina kesakitan, ia memegang perutnya dan berteriak-teriak" kata Ryana dengan suara terengah-engah.
"Vina pasti ingin melahirkan" sahut pemilik warung itu.
"Iya tante, cepat tante tolong tante Ryana" teriak Vina.
Mereka berlari menuju rumah Vina. ketika sampai disana, wanita yang lebih tua dari Vina itu langsung menghampiri Vina ke dalam kamarnya.
"Kamu akan segera melahirkan Vin" ucapnya.
Tanpa mengucapkan sepatah kata, Vina hanya berteriak keras seraya memegang perutnya dengan kedua tangan.
"Kamu jangan takut ya, aku akan membantu kamu melahirkan" ujar pemilik warung itu.
"Nak, kamu tolong ambilkan air hangat ya, taruh di mangkuk yang besar" perintanya kepada Ryana yang berdiri mematung dengan mata yang terbelalak melihat kondisi Vina.
"Baik tante!" teriak Ryana seraya pergi ke dapur.
Ryana menyalakan api kompor gas dengan sebelah tangan memegang dadanya. Ia takut jikalau putaran yang ia lakukan adalah salah. Tak lupa ia memanjatkan doa agar api itu bisa menyala dengan baik. Akhirnya api itu mulai menyala dan Ryana langsung memasak air. Setelah air tersebut mulai memanas. Ryana mengangkatnya dan mencampurkan air itu dengan air dingin.
"Ini air hangatnya tante" kata Ryana mendekati pemilik warung tersebut.
"Satu lagi nak, tolong kamu bawakan kain-kain kecil ya, kamu gunting saja menjadi beberapa bagian. Ayo cepat!" perintahnya lagi kepada Ryana.
Tanpa menjawab Ryana kembali lagi mengambil apa yang di suruh untuk ia lakukan ke belakang.
"Ayo Vin, kamu pasti bisa. Lakukan seperti perintah saya, ayo pelan-pelan" ujarnya kepada Vina sambil memegang kedua lutut Vina.
Vina hanya berteriak sekuat yang ia mampu. Jeda. Kemudian berteriak kembali dengan kuat. Teriakan itu menggelegar sampai ke halaman rumahnya. Tangan Ryana bergetar saat menggunting kain yang lebar untuk dipotong menjadi beberapa bagian.
Ryana berderap lari menuju kamar tidur dengan kain-kain yang ia genggam. "Ini tante" ujar Ryana menyerahkan kain tersebut.
Lalu ia berdiri di samping Vina dengan wajah yang pucat pasi, tubuhnya bergetar, dan kedua mata terbelalak melingat raungan Vina yang begitu hebat. Ryana takut sekali melihat kejadian itu. Kemudian ia berlari pergi dan meninggalkan kamar tidur Vina. ia berlari menuju ruang tamu yang ada di rumah itu. Duduk. Menutup kedua mata dan menempelkan telapak tangan di kedua telinganya. Berharap suara tangisan dan teriakan Vina tidak bisa memasuki telinganya.
Beberapa saat kemudian, pemilik warung tersebut berhasil membantu Vina melahirkan bayi perempuannya. Tidak ada lagi suara teriakan Vina yang meraung-raung kesakitan. Suara itu digantikan dengan suara tangisan anak bayi yang menangis saat di bersihkan oleh wanita yang telah membantunya keluar dari rahim ibunya.
Setelah membalut tubuh kecil bayi itu. Ia merebahkan tubuhnya kedalam pelukan ibunya yaitu Vina. kemudian ia membersihkan semuanya.
"Kamu kenapa nak?" tanya pemilik warung yang dipanggil oleh Ryana untuk membantu Vina.
"Saya takut tante" jawab Ryana dengan suara bergetar.
"Kamu takut kenapa?" kata wanita yang tengah duduk disamping Ryana.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL ALIVE
Teen Fiction[SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA] Kisah 3 anak kecil yang melanjutkan hidup tanpa orangtua di dalam Hutan Belantara. "Vyno anak mama yang kuat, tolong jaga Ryana dan Allvaro sebaik mungkin sebagai lelaki yang bertanggung jawab ya" ucapnya sambil mengelu...