STILL ALIVE 37

815 53 0
                                    

Ryana berjalan dengan wajah yang menyiratkan kebahagiaan ketika ia menyusuri hutan belantara menuju rumah tante Vina. Sebuah tas kecil di gantungkan di pundaknya. Tas kecil pemberian dari tante Vina kemarin. Beberapa menit setelah menyusuri jalan setapak yang diingat-ingat oleh Ryana saat kembali pulang telah mengantarkannya sampai ke rumah Vina.

TOK TOK TOK

"Selamat pagi tante Vina!" ujar Ryana seraya mengetuk daun pintu rumah berwarna coklat.

"Eeh Ryana! Selamat pagi sayang" sahut Vina membuka pintu selebar-lebarnya dan mempersilahkan Ryana masuk.

"Tante Vina saya sudah siap bekerja hari ini" kata Ryana dengan penuh semangat.

"Baiklah kita mulai dari ini dulu" jelas Vina seraya menyodorkan selembar koran dan mengajak Ryana ke sisi belakang rumah itu.

Sesampainya di belakang rumah Vina yang tampak segar dan nyaman dengan tumbuhan bunga yang berwarna-warni. Ryana dan Vina duduk di sebuah kursi dan saling berhadapan di antara sebuah meja bundar di tengah.

"Tante.. Ryana kan mau kerja. Koran ini untuk apa?" Ryana kebingungan dengan koran yang ada di tangannya.

"Jadi, setiap hari kamu bacain isi koran yang sudah tante beri tanda. Ini adalah tugas kamu yang pertama" ujar Vina sambil tersenyum dan menunjukkan beberapa topik berita yang sudah ia tandai sebelum Ryana tiba di rumahnya.

"Oh gitu ya tante. Baiklah, ini tugas yang sangat gampang!" sahut Ryana semangat

Ryana mulai membaca sebuah judul yang di beri tanda garis bawah berwarna merah oleh Vina. Ia membaca seluruh isi berita itu dengan perlahan-lahan. Sesekali Vina yang sedang menyulam sambil mendengar Ryana membaca isi koran tersebut membantunya saat ia merasa kesulitan membaca kalimat yang terlalu panjang atau berbahasa inggris.

Ryana tertawa dan semangat membaca beberapa topik menarik yang sudah dipilihkan Vina. Setelah itu mereka menuju ke dapur. Vina memasak dan meminta Ryana untuk mencuci piring yang ada di watafel.

"Tante wastafelnya terlalu tinggi" komentar Ryana sambil menjinjitkan kedua kakinya.

"Hahaha.. bukan wastafelnya yang tinggi tapi kamu yang masih pendek" kata Vina tersenyum mendengar komentar anak perempuan itu barusan.

"Heheh iya juga ya tante, Ryana kan masih kecil makanya pendek. Tapi, kalau Ryana makan yang banyak, kata Mama Ryana akan cepat tingginya" jelas Ryana

"Ya sudah kalau gitu, kamu berdiri di atas kursi ini supaya bisa cuci piringnya" ucap Vina seraya menyodorkan sebuah kursi dan menggendong Ryana naik ke atas.

Ryana tersenyum melihat dirinya sudah lebih tinggi dan menyerupai ketinggian dari tante Vina yang sedang asyik menggoreng di sampingnya.

"Sekarang tinggi tante Vina dan Ryana sudah sama, bukan?" ujar Ryana tersenyumm dan menyelesaikan tugas keduanya.

"Kalau tante boleh tau, Mama Ryana kerjanya apa?" tanya Vina

Ryana diam sejenak, piring kotor yang sedang dicuci terhenti saat mendengar Vina menanyakan tentang Mamanya. Beberapa menit kemudian ia menjawab pertanyaan itu.

"Mamaku adalah seorang pengacara yang bertugas membela keadilan tante" jawab Ryana dengan bangga.

"Wah hebat ya! Terus Ryana cita-citanya nanti mau jadi apa?" tanya Vina sambil meneruskan masakannya.

"Ryana punya cita-cita yang banyak tante hehehe" jelas Ryana. "Aku mau jadi pengacara seperti Mama dan Papa, jadi dokter, dan mau jadi polwan juga". Dia tertawa menceritakan impiannya yang banyak itu.

"Waduh banyak sekali ya cita-cita kamu" kata Vina tersenyum melihat semangatnya yang luar biasa.

"Selesai tante!, semua sudah bersih" Ryan bertepuk tangan dan tersenyum karena tugas keduanya telah selesai di kerjakan.

"Bagus Ryana, habis ini tante akan kasi tugas yang berikutnya. Tapi, sebelumnya kamu harus tunggu masakan tante selesai ya" kata Vina meneruskan masakannya yang sudah setengah matang.

Ryana tetap berdiri diatas kursi tersebut supaya bisa melihat semua hal yang di kerjakan Vina dengan jelas. Seperti biasa Ryana si tukang bertanya menghujani Vina dengan berbagai macam pertanyaan tentang makanan yang sedang ia masak. Dengan senang hati Vina menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Kini Vina merasa tidak kesepian lagi melakukan aktivitasnya dengan kehadiran Ryana.

"Tugas ketiga kamu adalah menyiram bunga" kata Vina

"Aku bisa tante melakukannya" tegas Ryana sambil melemparkan jempol kanannya ke depan.

"Baiklah anak yang pintar, sekarang kamu mulai siram bunga yang ada di sebelah sana ya, dari ujung ke ujung" jelas Vina membimbing Ryana

"Siap laksanakan tante Vina" balas Ryana semangat.

Dengan penuh semangat yang membara, Ryana menggulung celana panjangnya ke atas dan mengangkat alat penyiram bunga di tangan. Dengan cekatan ia menyiram setiap bunga dengan berhati-hati agar tidak merusak tanaman itu, Vina mengarahkan Ryana dari belakang. Seluruh bunga yang ada di sekitar rumah Vina telah disiram air.

Ryana bertepuk tangan dan tersenyum ketika tugas ketiganya selesai ia kerjakan. Selanjutnya Vina meminta Ryana untuk membersihkan lantai rumahnya.

"Tante yang sapu lantainya, kemudian Ryana yang mengepel ya" ajak Vina seraya memberikan tangkai pengepel kepada Ryana.

"Baik tante Vina, Ryana siap mengerjakan" balas Ryana.

Vina mulai menyapu setiap sudut rumahnya, sedangkan Ryana mengepel dengan tangannya yang kecil. Namun, ketika ia membersihkan kain pengepel tersebut ke dalam ember yang berisi air, Ryana kesulitan memeras air pada kain pengepel itu. Vina melirik apa yang di lakukan anak perempuan itu. Berkali-kali Ryana mencoba memeras kain pengepel dan berkali-kali juga ia gagal melakukannya.

STILL ALIVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang