STILL ALIVE 13

1.4K 87 0
                                    

"Bukan seperti ini kak Vyno!" bentak Ryana melihat dirinya terlilit kain gendong buatan kakaknya itu.

"Ini sudah benar Ryana!" protes Vyno dengan melihat hasil kerjanya itu.

"Tidak kak Vyno! Ini salah!" komentar Ryana menatap tajam saudara sulungnya.

Ia sudah merasa kesakitan akibat lilitan kain yang sangat kuat. Allvaro pun kini bertambah nangis saat seluruh tubuhnya tertutup dengan kain membuatnya susah mendapat oksigen.

"Lihat! Allvaro menangis, buka lagi kak Vyno!" perintah Ryana melototi kakaknya yang berdiri di hadapannya dengan melipat kedua tangannya dan merasa tidak ada yang salah dengan lilitan kain gendong tersebut.

Tentu saja Ryana menyuruh membukanya kembali, Vyno melilitkan kain gendong itu berulang kali dan menutup seluruh tubuh Allvaro di dalam dekapan Ryana.

"Jadi harus bagaimana Ryana?" tanya Vyno sembari melepas kembali lilitannya.

"Berikan padaku kain gendongnya," teriak Ryana menyodorkan tangannya memberi tanda kepada Vyno untuk menaruh kain itu ketangannya.

Lalu Ryana menaruh ujung Kain gendong yang sudah digulung itu di salah satu bahunya yaitu di bahu kanan. "Berikan padaku ujung lainnya." perintah Ryana kepada kakaknya dengan suara yang datar.

Vyno menuju punggung belakang Ryana kemudian mengangkat kain yang jatuh ke tanah lalu berputar ke hadapan Ryana. Tangan kecil Ryana berusaha membungkus tubuh kecil adiknya sambil berjongkok agar bisa menahan bayi itu agar tetap berada di pelukannya. Setelah merasa kain gendong sudah tepat menutup tubuh Allvaro kakinya mulai berdiri kembali.

"Ikatkan pada ujung kain ini ke bahu kananku" suruh Ryana sambil mengarahkan kakak sulungnya itu dan memberi petunjuk bagaimana cara mengikat yang benar.

Setelah melalui proses yang hampir saja membuat Allvaro menangis begitu lama, akhirnya Ryana bisa mendekap adiknya dengan kain gendong tersebut.

"Airnya sudah mendidih kak Vyno," teriak Ryana saat gelembung-gelembung air keluar dari mulut mangkuk besi itu. Dengan cepat Vyno mengangkatnya dengan sangat berhati-hati. Dan meletakkannya diatas tanah.

Vyno berlari ke tenda dan mengambil mangkuk besi lainnya yang akan digunakan untuk merebus singkong yang sudah dipotong dan bersih dari gumpalan tanah.

Tangannya menuangkan kembali air yang ada di botol. Kemudian memasukkan singkong ke dalamnya dengan perlahan-lahan agar tidak mengenai tangannya dari kobaran api kecil tersebut.

Ryana masih berjalan kesana kemari di dekat tenda itu. Sesekali berdiam diri dengan menggoyangkan badannya agar si kecil Allvaro bisa diam dan tidak menangis lagi. Namun, tetap saja menangis dan menggeliat di dekapan Ryana. Vyno yang melihat Ryana kewalahan mendiamkan adiknya bergerak mendekat dan menghampirinya.

"Kenapa Allvaro terus menangis Ryana?" tanyanya sembari mengusap-usap kepala adik kecilnya yang terus mengeluarkan jeritannya.

"Allvaro pasti kangen Mama" ucap Vyno melirik saudara perempuannya.

"Bukan!" protes Ryana sambil menepuk-nepuk bokong si kecil Allvaro.

"Apa dia pipis celana Ryana?" tanya Vyno lagi kepada Ryana.

"Dia haus kak Vyno!" jawab Ryana ke telinga saudara sulungnya itu.

"Oh haus? aku buatkan susu ya Ryana," sahut Vyno lalu berlari ke dalam tenda dan keluar dengan tangan yang berisi sekotak susu formula beserta dengan dodotnya.

"Bagaimana caranya?" tanya Vyno mendekati Ryana.

Dengan arahan dari mulut Ryana, Vyno mencoba mengikuti setiap langkah yang di ucapkan adik perempuannya itu.

"Masukkan air panas itu ke dalam dodot dan jangan sampai terisi penuh." perintah Ryana sembari dilaksanakan Vyno dengan mengambil air yang tadi sudah dipanaskan itu.

Akibat proses panjang mereka memakai kain gendong tadi, membuat air panas tersebut berangsur menghangat oleh tiupan angin deras di dalam hutan tersebut.

"Sebanyak ini Ryana?" tanya Vyno memalingkan wajahnya kepada Ryana sembari mengangkat tangan dan menunjukkan botol susu milik Allvaro.

"Sekarang tuangkan susunya sebanyak 3 sendok," suruh Ryana lagi memberitahukan langkah selanjutnya kepada Vyno.

Dengan cepat Vyno menakar bubuk susu itu kedalam dodot yang sudah berisi air panas. "Satu.. Dua.. Tiga.." lirih Vyno menghitung banyaknya bubuk susu itu yang masuk ke dalam botol dodot.

"Sudah Ryana," teriak Vyno tersenyum kepada Ryana.

"Tutup dodotnya ya kak Vyno," balas Ryana dengan memberi senyuman kepada saudaranya itu sebagai tanda keberhasilannya telah membuatkan susu untuk si kecil Alvaro.

"Ini dodotnya," ujar Vyno sambil berdiri dan menyodorkan dodot itu kepada Ryana.

"Jangan nangis lagi ya Allvaro, kakak udah buat Susu buat kamu," Kata Vyno memamerkan hasil kerjanya kepada si kecil Allvaro yang masih merengek kehausan. 

STILL ALIVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang