STILL ALIVE 53

945 65 0
                                    

Allvaro duduk di bangku sang pilot dan memperagakan dirinya seperti seorang pilot seperti hari-hari sebelumnya dimana ia selalu menghampiri tempat ini sebagai tempat ia bermain.

Meski hati nya terasa berat untuk pergi dari tempat ini, tetapi Allvaro harus mengikuti apa yang kakaknya ucapkan dan ia yakin itulah yang terbaik yang harus mereka lakukan. Tak lupa Allvaro mengucapkan kata terimakasih kepada bangkai pesawat tersebut.

Setelah makan pagi selesai mereka santap. Ryana dan Allvaro beranjak menyusuri hutan belantara untuk mencari tempat tinggal yang baru di desa. Sebagian barang yang bisa dibawa sudah berada di kedua tangan mereka.

Tak berselang lama mereka sampai di sebuah warung dimana pemiliknya sudah dikenal betul oleh Ryana.

"Permisi tante, saya mau nanya. Kira-kira ada gak ya tante rumah yang disewa di desa ini?" tanya Ryana dengan sopan.

"Nak Ryana mau pindahan ya?" tanyanya saat melihat Ryana membawa barang-barang.

"Iya tante. Tante tahu gak?" balasnya.

"Kebetulan seminggu yang lalu, kakak tante pindah ke kota karena mendapat pekerjaan baru disana. Rumahnya saat ini sedang kosong. Kamu bisa tinggal disana" ujarnya dengan tersenyum.

"Wah, kalau begitu kami bisa kan tante pindah kesana hari ini juga? Bagaimana dengan biaya sewanya?" tanya Ryana dengan raut wajah yang menyiratkan kesenangan.

"Tentu saja boleh, kunci rumah itu dititip disini supaya tidak repot jika ada yang mau menyewa rumah itu" balasnya seraya keluar dari warungnya dan mengajak mereka berdua menuju rumah tersebut.

Kemudian ia menelpon kakaknya untuk menanyakan soal biaya sewa rumah tersebut setelah mereka tiba disana. Dan untungnya uang dari tabungan Ryana cukup untuk membayar biaya untuk menyewa rumah tersebut.

"Mulai hari ini, kita akan tinggal disini ya" ucap Ryana seraya mengusap kepala Allvaro.

"Iya kak Ryana" balas adik laki-lakinya dengan sedih dan menundukkan kepala.

"Kamu jangan sedih, kita akan memulai cerita yang baru di tempat ini. Sekarang kita ambil lagi ya barang yang masih tersisa di pesawat itu" ajak Ryana menarik pelan tangan Allvaro.

Semua barang yang tersisa mereka bawa dan tidak ada yang tersisa disana. Hanya kenangan yang tetap tinggal di bangkai pesawat itu. Dengan berat hati mereka berdua berdiri lama di dekat bangkai pesawat. Mengenang kembali cerita-cerita yang telah terjadi sebelumnya di dalam ingatan mereka.

Air mata dan ucapan terimakasih terucap dari bibir mereka untuk kali terakhir berteduh dan tinggal di tempat itu.

***

Setelah semua barang-barang mereka yang kebanyakan adalah buku-buku dari tante Vina sudah tersusun rapi di rumah baru. Ryana pamit untuk pergi bekerja ke rumah tante Vina, sedangkan Allvaro tetap tinggal di rumah dan tidak bekerja ke rumah pak Guntur karena hari ini adalah hari munggu.

"Kamu di rumah ya Al. Jangan kemana-mana, aku akan segera pulang jika semua pekerjaan sudah selesai" kata Ryana berpamitan kepada Allvaro.

"Kakak hati-hati ya" balas Allvaro seraya mengucapkan kalimat ritual mereka.

"From me"

"To you"

"With love"

Lalu, Ryana beranjak pergi menuju rumah tante Vina. ia menyelesaikas tugasnya satu persatu dengan baik. Ketika pekerjaan terakhirnya selesai, Ryana meminta izin kepada tante Vina untuk berbicara kepada om Frans.

"Tante, sebelum Ryana pulang. Saya ingi berbicara kepada Om Frans" kata Ryana dengan suara datar.

"Tentu boleh Ryana. Sebentar ya, saya panggil Om Frans dulu" sahut Vina seraya beranjak menuju kamar tidur untuk memanggil suaminya.

"Pa, Ryana mau berbicara sama Papa" ujar Vina menghampiri Frans yang sedang sibuk dengan berkas-berkas yang ada di tangannya.

"Ryana mau berbicara Ma?" tanya Frans menolehkan kepala kepada sang istri yang kini berada di balik punggungnya.

"Iya Pa, sepertinya ia ingin berbicara sesuatu yang penting" sahutnya mengajak suaminya untuk keluar dan menemui Ryana.

Ryana duduk manis di atas sofa yang berada di ruang tamu. Ia deg-degan untuk menceritakan tentang pesawat itu. Ia takut jikalau bangkai pesawat itu, bukan yang sedang dicari oleh pemerintah.

"Nak Ryana, kata tante Vina kamu ingin berbicara ya? Ada apa nak?" tanya Frans seraya mendaratkan tubuhnya ke atas sofa yang juga diikuti oleh istrinya.

"Iya Om, saya mau mengatakan sesuatu kepada Om" balas Ryana seraya menundukkan kepala. Penampilan Frans yang tegap, tegas dan tampak garang membuat siapa saja merasa takut dan segan kepadanya. Terutama Ryana.

"Kamu mau mengatakan apa? Katakan saja" ajak Frans dengan senyuman melintang di pipinya.

"Semalam saya tidak sengaja mendengar obrolan Om dan Tante Vina tentang bangkai pesawat," ucap Ryana dengan perlahan-lahan.

"Oh itu, emang kenapa Ryana?" tanya Frans lagi.

"Saya tahu keberadaan bangkai pesawat itu Om" jawab Ryana terbata-bata. Tangannya bergetar dan membeku mengucapkan kalimat itu.

"Haa!? Kamu serius? Kamu yakin Ryana?" tanya Frans sontak terkejut sambil berdiri.

"Iya Om, aku melihat bangkai pesawat itu di hutan belantara di desa ini, ada sebuah tulisan 'merpati' di badan kepala pesawat itu" jelas Ryana.

"Baiklah Ryana, sepertinya itu adalah bangkai pesawat yang selama ini dicari-cari. Om akan segera melaporkan informasi ini sekarang. Tapi, kamu masih ingat kan jalan menuju tempat keberadaan bangkai pesawat itu?" tanya Frans seraya merogoh sakunya untuk mengeluarkan ponselnya.

"Ingat kok Om, saya masih ingat jalan menuju tempat itu" balas Ryana.

Tentu saja ia mengingat jelas jalan menuju bangkai pesawat itu. 

STILL ALIVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang