STILL ALIVE 36

867 53 0
                                    

"Dasar anak cengeng! Anak cengeng... anak cengeng... anak cengeng.." Ryana bertepuk tangan sambil mengejek saudara laki-lakinya dengans ebutan anak cengeng.

Vyno mengusap air matanya, berlari dan meninggalkan Ryana. Ia pergi jauh dari tempat tinggal mereka. Suara tangisan Allvaro sontak membuat Ryana berlari sambil membawa upah yang ia terima dari tante Vina.

"Hai adikku sayang, kamu rindu kakak ya? Tadi kak Ryana pergi sebentar ke pancuran buat cuci baju kotor kamu. Allvaro! kamu tau gak, hari ini kak Ryana mendapat pekerjaan. Mulai besok kak Ryana kerja ya" ujar Ryana sambil menggendong Allvaro ke dalam pelukannya.

Langit sore tampak mulai berubah warna menjadi gelap. Ryana mondar-mandir di dekat tempat tinggalnya. Ia menunggu kepulangan Vyno yang sampai sekarang belum kelihatan kehadirannya. Perut Ryana sudah keroncongan, makanan yang sudah Vyno masak tidak ia sentuh sama sekali. Ryana ingin menunggu Vyno pulang dan makan bersama. Orangtuanya selalu mengajarkan mereka supaya sebisa mungkin harus makan bersama-sama di meja makan.

"Aduhh.. Kak Vyno kemana ya? Aku udah lapar sekali ini.." lirih Ryana sambil terduduk diatas rumput dan menyenderkan punggungnya di pesawat itu.

"Kak Vynoo! Kak Vynoooo!" Ryana berteriak sekuat yang ia bisa sambil memegang perutnya yang sudah sangat mendesak untuk diisi.

"Ada apa?" kata Vyno

Ryana mendongakkan kepalanya ke atas dan melihat saudara laki-lakinya tengah duduk di atas bangkai kepala pesawat itu dengan raut wajah yang sedih.

Saat ia menangis ketika Ryana mengejeknya anak cengeng, Vyno berlari menyusuri hutan belantara. Berlari sambil menangis menjauhi tempat tempat tinggal mereka. Ia mendaratkan tubuhnya di bawah pohon yang menjulang tinggi dan menyenderkan punggungya di badan pohon tersebut.

Saat-saat suara jangkring mulai bersuara, deru angin semakin kencang dan langit mulai menampakkan cahaya gelapnya. Vyno berlari secepat yang ia mampu untuk kembali ke rumah. Ia takut jikalau malam menghampirinya di tengah hutan seorang diri. Setelah sampai disana Vyno memilih untuk berdiam di atas bangkai pesawat itu dan menunggu saudara perempuannya mencari dirinya.

"Aku lapar kak Vyno! Maafkan Ryana ya. Aku udah jahat sama kakak" sahut Ryana sambil menempelkan kedua telapak tangannya.

"Ayo kita makan" kata Vyno sambil turun dari pesawat itu dengan merosotkan bokongnya seperti bermain perosotan di taman bermain.

Ryana tersenyum dan segera menyiapkan makan malam mereka. Perutnya sudah terasa sangat lapar. Sebelum mereka menyantap makanan itu, Vyno memimpin doa dengan mengulur-ulur waktu untuk membalas perbuatan Ryana yang sudah mengejeknya tadi. Sebelah ata Vyno terbuka sedikit dan melihat Ryana menutup mata sambil memegang perutnya dengan kedua tangan. Ia mengernyitkan keningnya dan berharap Vyno segera mengaminkan doanya. Vyno tersenyum lalu mengucapkan kata Amin. Kata yang sedari tadi di nantikan oleh Ryana.

Dengan segera Ryana menyantap makanan yang sudah Vyno masak untuk mereka malam ini. Setelah perut mereka terisi, Ryana menyuapi Allvaro dengan bubur yang dibuat oleh Vyno dan memberinya susu sapi yang sudah di hangatkan. Kemudian, Ryana dengan lembut memeluk tubuh Allvaro dan menidurkannya.

Setelah Allvaro tidur dengan pulas, malam pun sudah menyuguhkan angin yang dingin, dan langit sudah menyajikan bulan dan bintang-bintang menerangi kegelapan. Ryana membahas tentang pekerjaan mereka. Vyno menjauh saat adik perempuannya kembali membahas tentang itu lagi. Ryana mendekat dan duduk di samping saudara sulungnya.

"Kak Vyno aku punya ide, kita berdua akan bekerja. Kakak bekerja dengan pak Guntur dan aku akan pergi ke rumah tante Vina" bisik Ryana agar tidak mengganggu tidur Allvaro.

"Terus Allvaro siapa yang jaga? Kamu yakin meninggalkan Allvaro sendirian disini?" tanya Vyno tidak setuju dengan pendapat Ryana.

Ryana tampak diam dan sedang memikirkan sesuatu.

"Bagaimana kalau Allvaro menangis, gimana kalau dia haus atau lapar?" tolak Vyno dengan raut wajah yang sedih.

"Ahaa.. aku punya ide" kata Ryana tersenyum sambil menolehkan kepalanya kepada Vyno.

"Kita bagi waktu saja, kak Vyno kerja mulai siang. Pagi kakak jaga Allvaro, setelah itu siangnya Ryana akan pulang dan jaga adik" jelas Ryana.

Vyno berpikir. Kalau aku kerja siang, pulangnya pasti sore dan sudah gelap. Vyno takut jika di perjalanan pulangnya ia bertemu makhluk halus.

"Tidak! Tidak.. aku tidak setuju, aku gak mau pulang sore" tolak Vyno melambai-lambaikan tangan mengisyaratkan tanda tidak setuju.

"Hahahha, kak Vyno takut gelap ya, sudah aku duga" sahut Ryana sambil senyum-senyum. "Dasar anak cengeng" gumam Ryana dalam hati.

"Pokoknya aku gak setuju!" tegas Vyno dengan lantang.

"Ya sudah kalau gitu, kak Vyno tetap bekerja dari pagi sampai siang. Saat kakak pergi Ryana akan mengenyangkan perut Allvaro dengan susu dan buburnya" jelas Ryana sambil melihat jam tangannya. Pukul 12.00 aku akan pergi bekerja dan meninggalkan Allvaro ketika dia sedang tidur. Kak Vyno biasanya sampai di sini pukul 1 siang jadi adik Allvaro hanya satu jam berada di rumah sendirian. Bagaimana kak Vyno?" tanya Ryana semangat dan berharap idenya di terima saudara laki-lakinya itu.

Beberapa menit Vyno diam tanpa mengucapkan kata-kata, ia berpikir dengan ucapan adik perempuannya barusan. "Aku setuju!" teriak Vyno dengan raut wajah yang menyiratkan kegembiraaan.

"Yes! Berarti kita berdua bisa bekerja yeaaayy" sahut Ryana semangat sambil melompat-lompat dan berputar-putar.

"Suitttt.. jangan berisik Allvaro nanti bangun" bisik Vyno sambil menarik lengan Ryana untuk menghentikan kesenangannya itu saat melihat Allvaro menggeliat di atas alas tempat tidurnya.

Ryana menutup mulutnya dan berjalan pelan mendekati Vyno sambil mengangkat tangan kanannya mengisyaratkan saudara laki-lakinya untuk tepuk tangan. Mereka berdua tersenyum dan menepukkan kedua telapak tangan kanan mereka masing-masing.

"Ya sudah, sekarang kita tidur ya Ryana" ajak Vyno sambil berjalan pelan dan membaringkan tubuhnya di samping Allvaro.

Ryana mengikuti saudara laki-lakinya dan menuruti perintah dari Vyno untuk beristirahat. Ia mendaratkan tubuhnya di samping Allvaro dan menarik selimut, menutup tubuh Allvaro dan tubuhnya.

STILL ALIVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang