STILL ALIVE 39

814 50 3
                                    

"Kenapa tante tidak mengajar di sekolah?" tanya Ryana sambil berpikir dan melihat perut Vina yang membesar. "Apa karena tante sedang hamil?"

Ryana mengingat saat di sekolahnya dulu, ia memiliki seorang guru cantik yang tetap mengajar meskipun perutnya membesar. Ia bingung kenapa tante Vina tidak mengajar di sekolah.

"Bukan karena tante hamil" balas Vina sambil tersenyum.

"Jadi kenapa tante?" tanya Ryana semakin penasaran.

"Dulu tante pernah mengajar di sekolah, tetapi tante di pecat" ucap Vina dengan raut wajah yang sedih mengingat kejadian yang belum lama menimpa hidupnya.

"Tante di pecat? Apa yang terjadi tante?" mata Ryana terbelalak mendengar kata pecat dari mulut Vina.

"Tante menghukum seorang anak laki-laki, orangtuanya tidak suka. Lalu, melaporkan tante ke polisi" jelas Vina dengan suara yang datar dan kedua matanya tampak berkaca-kaca.

"Kenapa tante menghukum dia?" tanya Ryana.

"Karena dia kedapatan merokok di belakang sekolah. Oleh sebab itu, tante menghukumnya" jawab Vina.

"Itu kan jelas salah murid itu tante, dia kan pantas di hukum" komentar Ryana.

"Kamu benar Ryana, tetapi orangtuanya yang memiliki kekuasaan memenangkan kasus itu. Karena, tante gak bisa berbuat apa-apa setelah mendapat kabar pengacara tante meninggal dunia" jelas Vina seraya menumpahkan air matanya.

"Terus tante di pecat dari sekolah tempat tante mengajar?" tanya Ryana sambil memeluk Vina dan mengusap air matanya dengan telapak tangannya yang kecil.

"Iya Ryana tante di pecat dan orangtuanya menyebar kabar buruk tentang tante ke seluruh sekolah yang ada di kota" jelas Vina

"Kabar buruk apa tante?" tanya Ryana.

"Tante di cap sebagai guru yang kejam dan suka melakukan kekerasan terhadap murid. Oleh sebab itu, saya tidak lagi di terima untuk mengajar di kota, bahkan di desa ini tidak mau menerima tante untuk mengajar di sekolah setelah mendengar berita yang menyebar luas itu" jelas Vina dengan hati yang hancur ketika mengingat kejadian itu lagi. Peristiwa yang masih membekas di dadanya, tetapi ia kalah karena pengacaranya meninggal dunia.

"Tante jangan menangis ya, harus bersabar. Kalau tante Vina menangis nanti dedek bayi juga ikut menangis" kata Ryana seraya mengelus perut Vina yang besar seperti bola.

Vina mengusap air matanya dan tersenyum melihat anak perempuan kecil itu berusaha menghiburnya.

"Ini sudah sore Ryana, kamu harus pulang. Tante terlalu banyak bercerita" ujar Vina.

"Tidak apa-apa tante, sekarang tugas Ryana juga akan mendengar semua cerita tentang tante" jelas Ryana tersenyum sumringah.

"Anak yang baik" kata Vina sambil mengusap-usap rambut Ryana.

"Rambut kamu kasar Ryana, sampai di rumah kamu mandi ya" suruh Vina.

Vina bergegas masuk ke kamarnya mengambil beberapa lembar uang di dalam dompetnya yang disimpan di dalam lemari. Kemudian ia mengambil beberapa buku bacaan dan alat tulis yang baru. Vina memasukkan buku-buku tersebut ke dalam tas kecil yang dibawa Ryana tadi.

"Ini uang kamu simpan baik-baik ya" kata Vina menyodorkan beberapa lembar uang kepada Ryana.

"Makasi banyak ya tante Vina" ucap Ryana sambil menggulung dan menyimpan uang tersebut di kantongnya.

"Ini juga kamu bawa pulang ya, kamu bisa baca-baca di rumah suapay makin pintar" jelas Vina mengusap pipi Ryana.

"Tante makasi!" teriak Ryana lalu memeluk wanita itu dengan erat, namun ia merasa kesulitan karena bola besar di perut Vina yang menghalanginya.

"Iya sama-sama, yaudah sekarang kamu pulang ya. Hati-hati di jalan, besok tante tunggu kamu datang ya" kata Vina.

Sebelum beranjak pergi tak lupa Ryana menyalami tangan Vina dan mencium punggung tangannya. Lalu, dengan langkah yang cepat ia segera menyusuri jalan pulang ke rumah yang berada di tengah hutan.

Di persimpangan jalan, Ryana melihat sebuah warung kecil. Ia memegang uang yang baru saja di berikan tante Vina. Kakinya berhenti melangkah kemudian tangannya menyentuh rambutnya dan membenarkan ucapan tante Vina. Rambutnya memang benar-benar kasar, karena setiap mandi dia tidak memakai sampo dan sabun.

Ryana berlari ke warung tersebut. "Saya mau beli sampo, sabut, odol dan 2 sikat gigi" jelas Ryana sambil berjinjit dan menyodorkan uang pemberian Vina kepada pemilik warung.

"Apakah uang saya cukup membeli semuanya?" tanya Ryana dan berharap uang tersebut bisa membelikan keperluannya.

Pemilik toko itu menghitung uang yang disodorkan Ryana kepadanya. "Sebentar ya Nak, biar saya ambil hitung dulu" pemilik warung tersebut menghitung harga dari barang yang di sebutkan Ryana barusan.

"Bagaimana tante, uang saya cukup tidak?" tanya Ryana tidak sabar.

"Uang kamu cukup kok, dan masih ada kembaliannya. Sebentar ya biar tante ambil dulu barangnya" kata pemilik warung itu seraya mencari barang yang hendak di beli pembelinya itu.

"Ini barang yang kamu mau, dan ini kembaliannya" katanya sambil menyodorkan uang kembalian dari barang belanjaan Ryana.

"Makassi banyak tante" ujar Ryana tersenyum sumringah dan berlari pulang. Ia tidak sabar bertemu kedua saudaranya dan menunjukkan apa yang ia bawa pulang ke rumah.

to be continue...


Gimana? penasaran gak kelanjutannya?

Aku sih yes atau Aku penasaran pake banget (Choose one Every1)

Lihat simbol Star gak di bawah?
Pencet dong 😄

Yang pencet tambah cantik atau ganteng
Serius.. gak percaya? Coba aja 😊








Kok belum di pencet sih?






VOTE adalah salah satu "Bentuk Cinta" dari kalian untuk mengapresiasi karya ini, apalagi kasi vote itu gratis lho..




Makassi yang udah VOTE
Follow juga ya




Salam Sayang ❤️
FirsaLo

STILL ALIVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang