Dalam hidup kita harus melatih hati dan pikiran
Untuk menerima setiap cobaan
Karena mustahil jika tidak ada rintangan
Selama hidup di dunia
Sebuah tenda usang tampak bercahaya dari luar dan terdengar sayup-sayup tangisan seorang bayi. Malam ini tidur Vyno dan Ryana terganggu dengan tangisan Allvaro yang tidak henti-hentinya berteriak menangis.
"Allvaro pasti haus Ryana," kata Vyno melirik adik perempuanya yang menggoyang-goyangkan tubuhnya berharap bisa mendiamkan si kecil ini.
"Aku sudah memberinya susu kak Vyno," tegas Ryana yang bingung mencari cara mendiamkannya.
"Mungkin perutnya lapar," ujar Vyno sembari menuangkan satu sachet promina ke dalam sebuah mangkuk kecil dan mengadonnya dengan air hangat yang di masak tadi sore.
Vyno mencoba menyuapi Allvaro dengan menyodorkan sesendok bubur ke mulutnya. Namun, Allvaro menolak makanan itu dan menangis terus-menerus tak henti-henti. Vyno dan Ryana bergantian menggendong Allvaro dan mengajaknya bermain. Namun, tetap saja suara tangisan itu tetap menggema.
Vyno membentangkan kain gendong dan meletakkan Allvaro di atas lalu mereka berdua berdiri dan menggoyang-goyangkan kain panjang tersebut dengan kedua tangan mereka. Vyno dan Ryana berdiri berhadapan membuat sebuah ayunan. Tapi, tetap tak juga memberi hasil yang baik, Si baby Allvaro tetap mengeluarkan suara tangisannya.
Ryana menepuk-nepuk perut kecil Allvaro. Setelah itu, dia memerintahkan Vyno untuk menyalakan api.
"Kak Vyno nyalakan api sekarang," suruh Ryana kepada Vyno yang takut kegelapan itu.
Mendengar suara jerit tangis Allvaro. Vyno melupakan ketakutannya dan sama sekali tidak bertanya atau pun menolak perintah Ryana. Dia membuka tenda dan keluar bersama dengan Ryana dan Allvaro.
"Apinya sudah menyala Ryana," kata Vyno dengan suara ketakutan. Tangan kirinya masih meremas baju adiknya.
"Panaskan air ya kak." perintah Ryana lagi.
Setelah air yang ada di mangkuk besi itu panas. Ryana memberikan Allvaro ke pelukan Vyno. Lalu mengisi botol dengan air panas.
"Sudah kak, matikan lagi apinya," ucap Ryana.
Mereka kembali masuk ke dalam tenda saat api sudah padam. Ryana membalut botol tersebut dengan pakaian adik kecilnya. "Baringkan Allvaro ya kak," suruhnya lagi kepada kakak sulungnya. kemudian botol yang sudah dibalut dengan kain di letakkannya diatas perut Allvaro.
Dia pernah melihat ibunya yang membalut sebotol air panas. Kemudian, di letakkan di atas perutnya yang kembung. Tak berselang lama suara tangisan Allvaro berhenti perlahan di gantikan dengan suara kentutnya yang membuat Vyno dan Ryana tertawa melihat tingkah laku adik kecilnya itu.
"Hahahhaa... ternyata kamu mau kentut ya?" kata Vyno kepada Allvaro seraya menutup hidungnya.
"Kentut lagi Al.. yang banyak ya ganteng," sahut Ryana tersenyum melihat adiknya yang sudah tidak mengeluarkan jeritannya.
"Ganteng-ganteng tukang kentut," lirih Vyno di ikuti suara tertawanya.
Akhirnya setelah proses panjang yang mereka lalui malam ini, ketiga makhluk kecil ini bisa tertidur pulas dan menikmati mimpi-mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL ALIVE
Teen Fiction[SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA] Kisah 3 anak kecil yang melanjutkan hidup tanpa orangtua di dalam Hutan Belantara. "Vyno anak mama yang kuat, tolong jaga Ryana dan Allvaro sebaik mungkin sebagai lelaki yang bertanggung jawab ya" ucapnya sambil mengelu...