STILL ALIVE 58

1.6K 101 21
                                    

Mengajar di kelas adalah hal yang yang tak pernah terbayangkan oleh Ryana sebelumnya. Pagi yang cerah menyambut kehadirannya di sebuah sekolah Swasta yang ada di Jakarta tempat dimana Vyno sudah mengurus adik perempuannya agar bisa mengajar di sekolah tersebut.

Meskipun ia sudah terbiasa mengajari kedua saudara kandungnya, namun mengajar di kelas itu ternyata berbeda sekali. Benar-benar perlu kesabaran untuk menghadapi berbagai macam tingkah laku dan pemikiran siswa yang beragam. Apalagi siswa SMP yang sedang mengalami masa-masa peralihan dari anak-anak menuju remaja.

Hal pertama yang Ryana lakukan adalah memperkenalkan diri setelah sampai di kelas pertama, yang akan menjadi tempat pengalaman pertama untuknya berhadapan dengan puluhan siswa. Karena guru baru pastilah harus perkenalan terlebih dahulu.

Perkenalan itu membuat jantung Ryana berdegup kencang, ia gugup dan sedikit takut. Terlihat dari kedua tangan yang berkeringat dan membeku kedinginan meski cahaya matahari begitu menyeruak di langit.

Ryana gugup karena melihat 35 siswa yang entah kenapa tiba-tiba hening sehingga yang terdengar hanya suara Ryana yang sedikit berbunga-bunga karena ada beberapa siswa laki-laki yang mengatakan dirinya cantik.

Kenyataanya memang benar cantik, hanya saja Ryana tidak tahu dan tidak menyadari akan hal itu. Membuat jantungnya semakin berirama dengan cepat dan tidak normal seperti biasanya.

Di kelas tersebut, Ryana merasa lebih seperti seorang kakak dibandingkan seorang guru. Ia memulai materi pertama yang akan ia ajarkan kepada murid di kelas itu setelah perkenalan selesai.

Tetapi, Ryana mengalami kesulitan menghadapi kehidupan yang canggih akan teknologi di kota ini. Sedangkan dia sama sekali tidak mengikuti perkembangan teknologi digital yang membuat masalah di kelas semakin beragam, rumit dan tidak terduga.

Seorang siswa meminta Ryana untuk mengajar dengan menggunakan Proyektor yang tersedia di setiap kelas yang ada di sekolah ini. Ia tidak tahu bagaimana cara menggunakannya,

Ryana hanya bisa mengajarkan materi seperti yang Vina lakukan kepada murid-murid lesnya dan cara Ryana mengajari kedua saudara laki-lakinya.

Ryana kewalahan menghadapi murid yang sibuk dengan gadgetnya dan melupakan tujuan utama di sekolah ini yaitu belajar. Mereka sibuk main game, mencuri-curi waktu untuk sekedar mengecek sosial media, seperti instagram, Facebook dan aplikasi lainnya. Konsentrasi Ryana terpecah melihat siswa yang acuh tak acuh untuk memperhatikannya mengajar di depan kelas.

Ryana merasa dirinya tersisih dan ia tidak lagi menjadi nara sumber utama pembelajaran. Ia bukan lagi menjadi seseorang yang akan mentransfer ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya. Para siswa bisa mencari dan mengintip Google, mesin pencari pengetahuan untuk menanggapi tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

Mereka membuat Ryana yang tidak tahu soal perkembangan teknologi bukan lagi sosok yang penting dalam proses pendidikan dan pembelajaran.

Bahkan ada beberapa siswa yang melecehkan Ryana dengan mengejeknya sebagai guru yang gagap teknologi. Hanya menyampaikan ilmu dan pengetahuan dengan bercuap-cuap di depan kelas tanpa mempergunakan teknologi yang sudah disediakan sebagai media mengajar seperti yang dilakukan oleh guru-guru lainnya.

Zaman milenial seperti saat ini, memang sudah seharusnya semua guru ikut memperbaharui pengetahuannya. Namun, Ryana yang selama ini tinggal di desa dan tidak mengikuti perkembangan zaman membuatnya tidak betah mengajar di sekolah itu. Ia merasa dirinya tidak pantas berada di kota.

Ryana dijadikan guru yang menjadi bulan-bulanan candaan oleh siswa-siswa yang ada disana. Perannya sebagai sumber pengetahuan menyusut karena para siswa bisa dengan mudahnya mendapatkan pengetahuan dari mesin pencari dan aplikasi-aplikasi yang membantu siswa memecahkan persoalan pembelajaran yang tersedia di smarphone yang mereka miliki.

***

"Kak Vyno aku pulang ke desa aja ya kak. Aku gak betah disini." Lirih Ryana menundukkan kepala.

"Kenapa Ryana? Ada apa? Kamu ada masalah di sekolah?" tanya Vyno yang terkejut mendengar Ryana yang baru sebulan tinggal di Jakarta ingin kembali pulang ke desa.

"Aku tidak bisa mengajar di Kota ini, lebih baik aku pulang saja ke desa kak Vyno" pinta Ryana dengan mata berkaca-kaca.

"Kenapa Ryana?"

"Aku tidak tahu dengan perkembangan teknologi yang sangat canggih saat ini" jawab Ryana.

"Aku akan mengajari kamu, aku pasti bantu kamu. Ryana tolong jangan kembali ke desa." Mohon Vyno memegang kedua tangan Ryana.

"Enggak kak Vyno. Aku gak mau merepotkan, kak Vyno pasti capek sudah bekerja seharian. Konser kesana-kemari." tolak Ryana

"Kamu salah Ryana, aku sama sekali tidak merasa kerepotan. Aku akan mengajari kamu"

"Tapi aku tidak betah disini kak Vyno" lirih Ryana.

"Itu karena kamu masih beradaptasi dengan lingkungan di sini" sahut Vyno mencoba membujuk Ryana untuk tidak kembali ke desa.

"Aku sudah mencoba dan berusaha, tetapi tempatku bukan disini kak" kata Ryana dengan suara yang rendah.

"Aku gak akan memaksa kamu kalau kamu tidak betah disini. Tapi aku takut Ryana kalau kamu tinggal sendirian di desa" sahut Vyno yang sudah duduk di hadapan Ryana.

"Kak Vyno tidak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja di desa. Tempatku bukan disini tapi di desa tempat kita tumbuh menjadi dewasa kak" jelas Ryana meneteskan air mata.

"Besok aku akan mengantar kamu pulang ya Ryana, sudah.. jangan menangis" kata Vyno memeluk Ryana.

"Terimakasih kak Vyno" balasnya sambil mengusap air mata.

"Iya Ryana sama-sama. Sebelum kamu kembali ke desa, kita permisi terlebih dahulu ke sekolah dan mengirinkan surat pengunduran diri kamu ya." Kata Vyno mengusap rambut adik perempuannya.

Ryana merasa lega, karena dia akan kembali ke desa. Tempat dimana ia di besarkan dengan kedua saudaranya. Meski harus tinggal sendirian nantinya, tetapi Ryana lebih memilih pulang daripada tinggal di kota Jakarta. Tempat yang sangat asing untuknya.

Vyno merasa sangat berat harus mengantarkan saudara perempuannya kembali ke desa dan hidup sendirian disana.

Meskipun merasa berat tetapi ia tidak mau menolak permintaannya. Vyno hanya berdoa dan berharap saudara perempuannya akan baik-baik saja di desa tanpa dirinya dan juga Allvaro.

to be continue...

Gimana? penasaran gak kelanjutannya?

Lihat simbol Star gak di bawah?
Pencet dong 😄



Yang pencet tambah cantik atau ganteng
Serius.. gak percaya? Coba aja 😊






Kok belum di pencet sih?







VOTE adalah salah satu "Bentuk Cinta" dari kalian untuk mengapresiasi karya ini, apalagi kasi vote itu gratis lho..







Makassi yang udah VOTE
Follow juga ya






Salam Sayang ❤️
FirsaLo

STILL ALIVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang