Jangan biasakan diri dengan hidup senang
Karena kesenangan tidak akan abadi selamanya
Hidup juga bercerita tentang
Duka, kecewa, cemas, rintangan dan masalah
Perjalanan pulang terasa jauh lebih cepat dibanding saat dia bergerak dari tenda. Tentu saja karna tanda pengingat jalan yang sudah di buat oleh Vyno dengan seutas tali itu. Membuat gerak kakinya lebih cepat tanpa mencari-cari lagi. Tidak sampai sejam kini dia berhasil menemukan Ryana dan Allvaro.
Saudara perempuannya tampak sedang membersihkan tumbuhan-tumbuhan liar yang ada di sekeliling tenda dan merapikan tempat perapian mereka dengan sangat rapi.
Setumpuk ranting-ranting kering pun sudah ada disana. Saat saudara sulungnya pergi mencari air dan adik kecilnya tertidur setelah minum susu formula buatannya. Ryana mencari ranting kering yang tak jauh dari tenda itu.
"Ryana aku mendapat singkong ini," tunjuk Vyno sambil berlari menemui saudara perempuannya yang sedang sibuk.
Ryana tersenyum sumringah dan menerima singkong itu dari tangan Vyno.
"Aku juga menemukan sungai," lanjutnya sambil memberikan sebotol air di tangannya kepada Ryana.
"Kita apakan singkong ini?" tanya Ryana memegang singkong yang diberi Vyno kepadanya.
"Kita rebus aja Ryana." balas Vyno. Ia mengingat neneknya yang pernah merebus singkong saat berkunjung ke rumah kakek dan neneknya saat libur tiba.
Ryana dengan sekuat tenaganya menguliti singkong yang sudah bersih itu dengan sebuah pisau lipat. Sedangkan Vyno mencoba menyalakan api dengan ranting yang sudah dikumpulkan Ryana sebelumnya. Saat api sudah menyala Vyno meletakkan mangkuk besi di atasnya yang di topang oleh beberapa batu.
Lalu menuangkan air bersih yang di ambil dari sungai ke dalamnya. Ryana kelihatan kesulitan melepas kulit singkong. Kemudian Vyno menawarkan bantuan kepada gadis kecil itu.
"Tanganmu terlalu kecil untuk mengupasnya Ryana," ucap Vyno sambil tertawa melihat adiknya yang kesulitan.
"Bukan tanganku yang terlalu kecil tapi singkongnya yang terlalu besar untukku" komentar Ryana dan terus mencoba mengulitinya. Meskipun Vyno memintanya untuk dibantu tetap saja gadis kecil ini tidak begitu saja untuk mudah menyerah.
Tangannya berusaha lagi dengan wajah yang sudah memerah akibat menari-narik kulit singkong itu. Akhirnya Ryana berhasil melepas kulit singkong tersebut dan menyerahkannya kepada Vyno untuk dipotong-potong.
"Aku bisa kan kak Vyno," ujarnya dengan nada tinggi atas keberhasilannya itu. Dengan wajah tersenyum dia memamerkan dirinya bisa dan kuat.
"Kamu memang kuat Ryana," balas Vyno sembari mengelus kepala adik perempuannya itu, mencoba mengikuti hal yang sering ayahnya lakukan kepada mereka jika berhasil melakukan sesuatu.
Suara tangisan terdengar dari dalam tenda, membuat mereka spontan menolehkan kepala hampir bersamaan.
"Adik Allvaro menangis Ryana," teriak Vyno memberi isyarat kepada Ryana untuk menghampirinya.
Dengan sedikit berlari Ryana mendekati tenda dan menggendong adiknya yang sudah terbangun dari tidurnya dan menyadari dirinya sendirian berada di dalam tenda itu. Dengan suara tangisan dia memanggil saudaranya.
"Kamu sudah bangun Alvaro," ucap Ryana tersenyum sembari mengangkat tubuh kecil itu dan menaruhnya pelan kedalam pelukannya.
Vyno datang melihat apa yang terjadi kepada Allvaro. "Ryana aku bantu mengikat kain gendongnya ya," ucap Vyno lalu menggulung mereka berdua dengan kain gendong itu.
"Bukan seperti ini kak Vyno!" bentak Ryana melihat dirinya terlilit kain gendong buatan kakaknya itu.
"Ini sudah benar Ryana!" protes Vyno dengan melihat hasil kerjanya itu.
"Tidak kak Vyno! Ini salah!" komentar Ryana menatap tajam saudara sulungnya.
Ia sudah merasa kesakitan akibat lilitan kain yang sangat kuat. Allvaro pun kini bertambah nangis saat seluruh tubuhnya tertutup dengan kain membuatnya susah mendapat oksigen.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL ALIVE
Teen Fiction[SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA] Kisah 3 anak kecil yang melanjutkan hidup tanpa orangtua di dalam Hutan Belantara. "Vyno anak mama yang kuat, tolong jaga Ryana dan Allvaro sebaik mungkin sebagai lelaki yang bertanggung jawab ya" ucapnya sambil mengelu...