Barangsiapa berhasil mengalahkan ketakutannya
Akan berhasil melewati satu rintangan
Kadangkala kita dilahirkan dengan kekurangan
Karena Tuhan menghendaki kita
Belajar bersemangat untuk tidak mundur
Untuk melatih keberanian
"Kak Vyno apa kita akan menemukan tempat yang baru?" tanya Ryana.
"Kita berdoa saja ya, semoga akan ada tenda lagi di hutan ini," jawab Vyno seraya mengikatkan seutas tali ke setiap pohon yang mereka lewati.
"Apa kita kembali aja kak ke tenda usang itu?" kata Ryana sambil menggendong Allvaro.
"Tenda itu sudah tidak layak di \pakai, kamu mau kita kehujanan lagi seperti semalam?" tanya Vyno.
"Aku lapar kak Vyno." kata Ryana dan berhenti berjalan.
Sudah sangat jauh mereka berjalan meninggalkan tenda usang untuk mencari tempat yang baru. Tenaga mereka habis menyusuri hutan belantara itu. Apalagi semalam mereka tidak bisa tidur dengan nyenyak. Vyno ikut berhenti, tas yang sedari tadi menggantung di bahunya diletakkan di atas rumput. Kemudian, dia mengambil susu sapi pemberian pak Guntur kepada Ryana.
"Kamu minum dulu ya Ryana, kita beristirahat saja dulu." ujar Vyno.
Ryana menyeruput susu tersebut untuk melepas dahaganya. Lalu menyodorkannya lagi kepada Vyno. Mata Ryana tampak sembab mungkin karna harus berjaga tadi malam. Tidak biasanya dia tidak bersemangat. Di perjalanan pun dia tidak banyak bertanya seperti biasa. Vyno tahu bahwa adiknya itu kelelahan menggendong Allvaro.
"Ryana.. biar aku saja yang menggendong Allvaro," kata Vyno dan meminta Ryana memakaikan kain gendong itu dibahunya agar Allvaro aman didekapannya.
Vyno juga tidak membiarkan Ryana menggendong tas mereka. Tubuhnya tampak lemas. Mereka mulai berjalan lagi menyusuri hutan mencari tempat tinggal yang baru. Di tengah jalan tiba-tiba Ryana terjatuh ke atas tanah.
"Ryanaaaaa!" teriak Vyno saat membalikkan badannya dan melihat Ryana terkulai lemah. Allvaro terbangun dan menangis dipelukannya.
Vyno menekuk kedua kakinya dan berjongkok. Tangannya menarik tubuh Ryana. "Ryana.. kamu kenapa? Kamu capek ya? Kenapa gak ngomong sama kakak?" tanya Vyno ketakutan melihat tubuh adik perempuannya itu terkulai lemah.
"A-akuu cap-pek kak," sahut Ryana terbata-bata.
Vyno mengelus kepala Ryana. Kepalanya sangat panas, "Ryana badan kamu panas sekali. Kamu demam!" ujar Vyno panik merasakan suhu tubuh yang begitu panas saat menyentuh keningnya. Vyno melebarkan kain gendong milik Allvaro dan meletakkan si kecil di atas tanah berlapis kain gendong tersebut.
Kemudian, Vyno mencari ranting kering di sekitar hutan. Kemudian dia mencoba dan berusaha menyalakan api. Berulang kali dia menyentikkan jarinya untuk menyalakan korek api yang tinggal tersisa sedikit.
Allvaro menangis dan menggeliat di atas kain gendong. Ryana mencoba menepuk paha Allvaro dengan sangat pelan. Tenaganya hilang dan tidak mampu mendiamkan tangisan adiknya. Tubuhnya terasa lemah, kepalanya pun terasa sakit bukan main. Vyno berlari mendekati Allvaro, menggendong si kecil dan menggoyang-goyangkan tubuh kecil itu di pelukannya.
Setelah Allvaro tampak diam kembali. Vyno meletakkannya di dekat Ryana yang terbaring dan mencoba menyalakan api lagi. Akhirnya setelah proses yang lama api itu berhasil menyala. Vyno mengambil mangkuk besi di dalam tas dan menuangkan air dari botol minum dan memasaknya di atas api yang sudah menyala.
Air itu membutuhkan waktu yang lama untuk mendidih karena ranting kayu yang tidak kering membuat api sulit menyala. Setelah terasa panas Vyno mengangkatnya kemudian mencelupkan sebuah kain ke dalam air tersebut. Vyno memerasnya kemudian berlari mendekati Ryana dan meletakkan kain tersebut di atas kening adik perempuannya.
Vyno pernah demam ketika dia bermain hujan-hujanan saat bermain bola dengan teman-temannya. Mamanya Sinta mengompres keningnya dengan kain yang di celupkan ke dalam air yang panas atau hangat. Oleh sebab itu, melihat tubuh Ryana demam, Vyno meniru hal yang sama yang dilakukan oleh Mamanya dulu.
Berulang kali Vyno mengompres kening Ryana. Dia tampak sangat panik dan ketakutan melihat Ryana sakit. Allvaro pun tampak menangis tiada henti. Vyno mencoba menenangkannya dengan memberi susu. Namun, tidak menghentikan tangisannya.
"Kak Vyno.." lirih Ryana dengan suara yang pelan.
"Ada apa Ryana?" tanya Vyno sambil memegang lengannya.
"Perut Allvaro pasti kembung." Jawab Ryana.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL ALIVE
Teen Fiction[SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA] Kisah 3 anak kecil yang melanjutkan hidup tanpa orangtua di dalam Hutan Belantara. "Vyno anak mama yang kuat, tolong jaga Ryana dan Allvaro sebaik mungkin sebagai lelaki yang bertanggung jawab ya" ucapnya sambil mengelu...