Sekembalinya dari rumah pak Guntur. Vyno mengajak Ryana dan Allvaro menuju air pancuran yang ada di dekat sawah tempatnya bekerja. Vyno menenteng sekantong plastik pakaian kotor mereka, sedangkan Ryana menggendong Allvaro di dalam pelukannya. Mereka berjalan menyusuri pepohonan dan tumbuhan liar yang ada di sekitar hutan tersebut. Tidak ada lagi perasaan takut-takut yang menyelimuti pikiran mereka. Hutan belantara ini sudah tidak asing lagi buat mereka.
"Kak Vyno kita tidak salah jalan kan?" tanya Ryana memastikan saudara laki-lakinya itu.
"Iya Ryana, ini sudah berada di jalan yang benar" ujar Vyno tanpa menoleh dan terus berjalan memandu perjalanan mereka menuju pancuran.
"Kak Vyno yakin?" tanya Ryana lagi.
"Suuutttt.. kamu diam aja ya Ryana, kita tidak akan salah jalan!" sahut Vyno kesal dengan adik perempuannya yang selalu bertanya itu.
"Tapi kan Ryana Cuma ma___" sebelum Ryana menyelesaikan penjelasannya Vyno membalikkan tubuhnya dan menutup mulut Ryana dengan jari telunjuknya.
"Kamu bisa diam gak sih Ryana? Kita akan segera sampai disana. Jadi, berhenti nanya terus" tegas Vyno dengan wajah yang sedikit marah.
Ryana tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata, kemudian kakinya melangkah kembali mengikuti saudara laki-lakinya itu.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, mereka sudah tiba di pancuran tersebut. Vyno meletakkan kantongan plastik yang berada di genggamannya. Kemudian, menarik tubuh Allvaro dari dekapan Ryana.
"Waahhh.. kak Vyno! ini airnya datang dari mana?" ujar Ryana tersenyum sambil menyodorkan kedua tangan di bawah air yang mengalir dari bambu yang sudah di runcingkan.
"Mana aku tau Ryana, kamu cuci pakaian kita ya aku akan jaga Allvaro" balas Vyno seraya beranjak menuju sebuah gundukan tanah dan mendaratkan tubuhnya di sana sambil mengajak adik kecilnya berbicara.
"Kak Vyno! Apa bambu bisa mengeluarkan air?" teriak Ryana sambil mengucek-ngucek pakaian kotor.
"Bambu itu digunakan sebagai pengganti pipa air Ryana" jawab Vyno tanpa menolehkan kepalanya ke Ryana yang selalu banyak bertanya.
"Trus siapa yang buat bambu ini kak"
"Masyarakat yang tinggal di desa ini dong Ryana. Udah ya kamu nyuci aja nanti cucian kamu gak selesai-selesai kalau bertanya terus" ujar Vyno
"Ryana kan Cuma mau tau aja kak Vyno, coba aja kalau Papa masih ada. Ryana bakal ngelaporin kak Vyno gak mau ngajarin Ryana" ketusnya dengan suara yang galak.
"Kecil-kecil banyak nanya!" kata Vyno
"Besar-besar tapi cengeng, Huu.." sahut Ryana seraya tertawa terbahak-bahak.
Dengan telapak tangannya yang kecil, Ryana mencuci semua pakaian kotor mereka di bawah air mengalir dari lubang bambu. Lengan baju dan celana Ryana kebasahan akibat percikan air yang mengalir. Tempat ini jauh lebih baik menurutnya di bandingkan sungai yang berada di hutan. Sungai yang pernah ia kunjungi dan hampir saja membuatnya hanyut akibat bebatuan yang teraca licin. Tempat ini lebih aman bagi Ryana.
"Kak Vyno, aku udah selesai" teriak Ryana kepada Vyno yang tengah berdiri sambil menggoyang-goyangkan bahunya menidurkan si kecil Allvaro.
"Iyaa.. sebentar! Aku datang" ujar Vyno seraya berjalan mendekati saudara perempuannya.
"Kak Vyno, pakaian ini kita keringkan dimana?" tanya Ryana memperhatikan sekelilingnya.
Vyno mengikuti apa yang di lakukan oleh Ryana, dia tampak berputar di tempat mencari- cari sambil berpikir untuk menemukan ide. Namun, dia gagal dan tidak berhasil menemukan tempat yang bisa digunakan untuk mengeringkan pakaian itu. Sekeliling mereka di penuhi tanaman padi, tidak ada bebatuan yang bisa di gunakan seperti di sungai yang kemarin pernah mereka kunjungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL ALIVE
Teen Fiction[SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA] Kisah 3 anak kecil yang melanjutkan hidup tanpa orangtua di dalam Hutan Belantara. "Vyno anak mama yang kuat, tolong jaga Ryana dan Allvaro sebaik mungkin sebagai lelaki yang bertanggung jawab ya" ucapnya sambil mengelu...