Chapter 9

710 62 26
                                    

Flashback On

Hujan lebat turun dengan sangat deras. Tak hanya itu, petir pun menggelegar seolah sedang murka. Pemuda manis yang tadinya menikmati tayangan tv langsung mematikan benda itu. Ia merasa gelisah, adiknya belum juga pulang. Berulang kali Chengxin menghubungi nomor Shuai, yang terdengar hanya suara wanita si operator.

Shuai mungkin belum tahu, kalau Alice ibu mereka sudah berangkat ke London tadi pagi setelah anak-anaknya berangkat ke sekolah. Alice tidak bisa membiarkan suaminya sibuk sendirian ketika di beberapa perusahaannya terdapat masalah serius. Dan yang wanita itu hubungi hanya Chengxin saja, mengingat ponsel Shuai yang tidak aktif semenjak pagi. Mungkin Shuai lupa kalau ponselnya belum dinyalakan.

Chengxin berpikir jika Shuai akan menginap di rumah Zhixin karena waktu sudah menunjukan hampir pukul enam sore. Ia segera mengalihkan kontaknya dengan nama “ Zhixin Mama”. Belum sempat ia menekan tombol panggilan, Chengxin terkejut ketika pintu utama rumah dibuka dengan keras.

‘Brak’

Chengxin semakin kaget ketika melihat seluruh pakaian Shuai basah kuyup, jangan lupakan mata cantiknya yang sembab memerah. Dengan segera Chengxin membawa handuk kering yang langsung ia lilitkan ke tubuh adiknya.

“S-shuai, apa yang terjadi ?”

Tak ada respon apapun dari Shuai, bocah malang itu hanya diam.

“Lihat gege ! kenapa ponselmu tidak aktif ? Kau hujan-hujanan ditengah petir seperti ini ? Kau gila Shuai !” Cerca Chengxin dengan cepat.
Shuai menatap sang kakak, jari tangannya mengepal keras. “YA, AKU MEMANG GILA !”

Chengxin tersentak, baru kali ini adiknya bisa semarah itu. Bermaksud mendekap Shuai, tangan Chengxin malah dihempas keras. Shuai langsung berlari ke kamar. Menutup pintu dengan keras. Ia sama sekali tak ingin siapapun menganggunya sekarang.

Sang kakak yang melihat adiknya berlari, tak mampu untuk menahan. Ia paham, Shuai butuh waktu sendiri. Yang jadi pertanyaan, mengapa Shuai seperti ini ? entah kenapa hatinya merasa hancur. Berpikir bahwa dia bukanlah kakak yang baik.

‘ddrtt..ddrtt..’

Ponsel Chengxin bergetar, ia melihat nama “Zhixin Mama” memanggilnya. Tak lama panggilan itu diangkat.

“Hallo ?”

“Xiaoxin, apa adikmu sudah pulang ? dia tiba-tiba keluar dari rumah mama padahal Zhixin masih di kamar. Mama khawatir, diluar petir sangat keras.” Nada bicara Dilraba terlihat sangat khawatir.

“A-aku tidak tahu ma.. sepertinya dia menangis.”

“Iya. Mama yakin kamu pasti tidak paham. Biar mama yang bicara pada Zhixin. Mama tutup telponnya ya, tenangkan dirimu sayang.”

Panggilan pun terputus. Memikirkan adiknya membuat kepala Chengxin menjadi pusing. Tanpa disadari ia juga ikut menangis. Padahal Alice ibu mereka sudah berpesan untuk menjaga Shuai dengan baik. Ia lalai. Sama sekali tak pantas menjadi seorang kakak.

Chengxin terduduk lesu. Ia memeluk kedua kakinya yang ditekuk, menenggelamkan kepalanya disana. Terdengar suara pintu yang terbuka kembali, ia melihat wajah Yuhang meski dengan keadaan buram. Chengxin berlari menerjang Yuhang dengan pelukan, hampir saja badan pemuda itu terhuyung ke belakang. Tak lama Yuhang mendengar isakan kecil dari Chengxin. Pria manisnya menangis.

Yuhang membawa badan Chengxin ke atas sofa, tapi apa daya Chengxin tetap duduk di pangkuan Yuhang.

“Hiks.. kau datang tepat waktu.”

“Cuaca diluar sangat buruk, aku tahu kalian tidak bersahabat dengan suara petir yang keras seperti itu.”

Chengxin semakin erat memeluk prianya. Bisakah ia mengklaim seperti itu ? kapanpun dirinya butuh, pria yang sedang mengelus rambutnya itu selalu ada. Tak peduli siang atau malam.

Dia (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang