Berkat kejadian yang terjadi di pesta sepupunya Yuhang, Yaowen sangat amat bersyukur karena sudah dipertemukan dengan seorang bidadari cantik yang pernah ia temui saat ini. Yaowen begitu senang ketika ia ikut menemani Yaxuan ke dapur untuk membereskan kekacauan. Matanya tak pernah lepas dari penampilan anggun Song Yaxuan. Raut wajah gembira Yaowen membuat Yaxuan terheran.
“Tuan, apa anda sakit ?” tanya Yaxuan dengan lembut.
“E-eh memangnya aku kenapa ?” jawab Yaowen dengan kaget.
“Wajah tuan memerah. Kalau tuan sakit aku akan mengambilkan obat.” Yaxuan akan beranjak untuk keluar dari dapur tapi tangannya segera dicekal oleh Yaowen.
“Aku tidak sakit sama sekali cantik.” Ujar Yaowen dengan senyum tampannya.
“Benarkah ? tapi wajah tuan tidak meyakinkan.”
“Hmm.. aku baik-baik saja. Tubuhku mungkin hanya bereaksi karena baru kali ini aku bertemu dengan orang secantik dirimu.”
Mendengar itu, Yaxuan malah terkekeh. Baru kali ini ada orang yang memujinya secara terang-terangan, apalagi orang yang mengatakan itu bukan orang sekelas dirinya. Entah harus senang atau sedih, ia hanya merasa tidak layak dipuji berlebihan.
“Kau tersipu hmm ? cantik sekali.” Yaowen kembali menggoda Yaxuan.
“Berhenti memujiku berlebihan tuan, aku tidak cantik sama sekali.”
Melihat pipi Yaxuan yang merona, membuat Yaowen diam terkesiap. Apakah sekarang ia benar-benar sedang jatuh cinta ? baru saja ingin bicara tiba-tiba...
Ddrrt..ddrrt
Tersadar ponselnya berbunyi, Yaxuan segera mengangkat panggilan dari seseorang.
“Hallo ?”
“Yaya, cepatlah pulang paman Song pingsan di kamar mandi !”
Yaxuan tak sempat menjawab teriakan dari suara di seberang sana, ia menutup telpon dan segera berlari, namun sayang untuk kedua kalinya tangan kurus itu dicekal oleh Yaowen.
“Kau mau kemana ?” tanya Yaowen khawatir
“M-maaf tuan, aku harus segera pulang ke rumah. Ayahku pingsan.” Lirih Yaxuan.
“Biar kuantar, agar kau cepat sampai ke rumah.”
“T-tap-..”
“Tidak ada penolakan, ayo cepat.” Tanpa menunggu jawaban dari lawan bicara, Yaowen dengan cepat menarik tangan Yaxuan.
**
Waktu sudah menunjukkan tengah malam, artinya pesta ulang tahun Zhixin pun sudah selesai. Semua orang pulang ke rumah masing-masing. Didalam rumah mewah itu hanya tersisa kedua orang tua Zhixin, Zhixin, Yuhang dan Chengxin. Jangan tanyakan Shuai, karena bocah manis itu sudah diantarkan pulang oleh Jiaxin bersama kedua orang tuanya.
“Ayah, aku ke kamar duluan.” Ujar Zhixin.
“Tidak ingin membuka kado dari kita sayang ?” Tanya ibu Zhixin.
Zhixin menggelengkan kepalanya. Ia segera pergi untuk memasuki kamar meninggalkan empat orang yang masih menatapnya dengan tatapan sendu. Yuhang dan Chengxin pun melihat satu sama lain seolah mereka paham dengan situasi yang terjadi.
“Xiaoxin, apakah Shuai baik baik saja ?” ayah Zhixin memulai pembicaraan.
“Dia baik baik saja ayah. Tapi Shuai belum mengingat semuanya.” Lirih Chengxin.
“Ayah benar-benar mengkhawatirkan Zhixin. Dia ingin Shuai mengingat semuanya, tapi dia juga takut menyakitinya lagi.”
“Paman, semuanya akan membaik.” Timpal Yuhang menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia (Completed)
Fanfiction"Aku tidak mengenalmu, tapi mengapa setiap kali kita bertemu aku selalu merasakan bahwa kita pernah saling kenal" -Su Xinhao/Xiaohao/Shuai- "Maafkan aku Shuai, aku mohon..." -Zhu Zhixin- Genre : friendship, bromance Cast : Su Xinhao Zhu Zixin Ding...