Chapter 7

755 71 46
                                    

Flashblack on

Hari itu Shuai benar-benar terpuruk, melihat Zhixin bisa berteman dengan orang lain selain dirinya membuat Shuai takut kehilangan. Entah apa yang terjadi dengan pemikiran bocah tampan seusia kelas 5 sekolah dasar itu. Keadaan emosinya yang belum stabil membuat hatinya marah tanpa sebab. Padahal ia juga sempat berpikir, mana mungkin Zhixin melupakan teman kecilnya.

Mendengar klakson yang berbunyi membuat Shuai tersadar dari lamunan itu. Ia segera menghampiri dan memasuki mobil seseorang yaitu Yuhang. Melihat keadaan Shuai yang semrawut membuat Yuhang heran.

“Harimu begitu buruk ?” tanya Yuhang.

Shuai mencoba menghela nafas, “Sangat buruk.”

“Mau bercerita ?” Yuhang menawarkan diri.

“Ge, jika teman kita bertemu dengan teman baru, apakah dia akan melupakan teman kecilnya ?”
Yuhang tersenyum mendengar penuturan orang yang sudah ia anggap sebagai adik, “Zhu bertemu orang baru ?”

Tanpa menjawab Shuai hanya mengganggukan kepalanya. Melihat respon itu Yuhang kembali tersenyum. Ia langsung teringat kenangan dengan Chengxin dulu. Dimana jika ia berbicara dengan orang lain apalagi jika orang itu adalah perempuan, Chengxin pasti tidak mengajaknya ngobrol seharian penuh.

“Kau sangat mirip dengan gege-mu.” Ujar Yuhang sambil menghidupkan mobilnya.

“Chengxin ge juga begitu ? apa gege marah besar ?”

Yuhang melirik Shuai, “Dia hanya mendiamiku seharian, tapi esoknya ia akan kembali seperti biasanya.”
Sebelum Shuai menimpal, Yuhang melanjutkan kata-katanya, “Lihat, apakah aku melupakan gege-mu setelah berbicara dengan orang lain ?”

Shuai hanya menggelengkan kepalanya. Hatinya mulai sedikit tenang setelah mendapatkan kesimpulan dari obrolannya dengan Yuhang. Dia tahu kalau Yuhang itu sangat dewasa melebihi gege-nya, itulah alasan kenapa Chengxin selalu bergantung kepada Yuhang. Shuai berpikir mungkin saja Chengxin sudah menganggap Yuhang sebagai mataharinya.

Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, Shuai turun dari mobil dan segera memasuki rumah mewahnya. Tak lupa ia berterima kasih kepada Yuhang yang rela menyempatkan waktu hanya untuk mengantarnya pulang. Di rumah mewah itu, Shuai disambut hangat oleh wanita cantik yang bernama Alice.

“Sudah pulang sayang ?” tanya Alice.
Tanpa menjawab pertanyaan, Shuai langsung memeluk wanita itu.

“Aku merindukan ibu. Apa ibu akan terus di rumah ?” Ujar Shuai sambil mendongakan kepala mengingat tubuhnya yang masih kecil.

“Dua hari lagi ibu akan berangkat kesana.” Jawab Alice dengan mengusap lembut pipi anak bungsunya.

Shuai menghela nafas panjang, “Lagi ? ibu tidak merindukan aku ?”

Mendengar ucapan anaknya, Alice tersenyum simpul. “Tentu saja ibu sangat merindukan pangeran kecil hm. Tumben sekali kau tidak menceritakan hari di sekolah bersama Zhuzhu ? biasanya jika bertemu ibu kau akan selalu berceloteh tentang dia.”

Melihat respon anaknya yang terdiam, Alice pun mengerti situasi. Meski ia jarang pulang karena harus menemani suaminya mengurus perusahaan di luar negeri, tentu saja seorang ibu pasti punya kontak batin dengan buah hatinya.

“Apa Zhuzhu membuatmu kesal ?”

Shuai menggelengkan kepalanya. “Mungkin aku yang berlebihan bu, kata Yuhang ge aku sama persis seperti gege.”

Alice terkekeh. Ia tidak menyangka bahwa anak bungsunya sudah berpikir dewasa padahal usianya masih belia.  Mendengar anaknya yang membawa nama Yuhang, Alice sangat ingin berterimakasih pada Yuhang karena sudah mengerti anak-anaknya dengan baik.

Dia (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang