Chapter 12

720 63 115
                                    

**

Chengxin kembali menaruh ponsel Yuhang. Ia berusaha untuk selalu berpikir positif. Setengah jam kemudian, pintu kamarnya terbuka menampakkan Yuhang dan beberapa kantong makanan.

“Aku sudah membeli makanan kesukaanmu.” Ujar Yuhang sambil menaruh kantong makanan di pangkuan pria manisnya.

“Siapa Om Fei ?”

‘Deg’

Yuhang lupa. Ia tak membawa ponsel selama pergi keluar. Yuhang sama sekali tak ada niat berbohong. Hanya saja ia benar-benar belum siap untuk kehilangan.

“O-oh itu. Itu kolega perusahaan ayahku.”

“Lalu siapa anaknya ? tadi aku membaca pesan masuk. Kau bisa memeriksa ponselmu.” Ujar Chengxin dengan santai.

Yuhang patuh. Ia cepat membuka ponselnya. Matanya membulat. Pemuda itu semakin gugup. Perlahan dirinya melihat Chengxin yang asik mengunyah makanan. Seperti tidak ada tanda bahwa Chengxin mulai curiga.

“Aku dan anaknya sama sama sedang mempelajari perusahaan. Jadi besok, mungkin aku tidak bisa pulang bersamamu. Bolehkah ?”

Chengxin menoleh, “Itu urusanmu. Kau memang calon penerus perusahaan.”

Yuhang tersenyum ketir. Mana mungkin ia tega menyakiti malaikat di depannya. Jika suatu saat nanti hal buruk terjadi. Yuhang belum siap menghadapi semua itu.

“Kau tak boleh banyak melamun. Akhir-akhir ini kau sering diam. Aku khawatir kau lelah  dan sakit.” Chengxin menatap Yuhang dengan lembut. Tangannya ia gunakan mengusap pipi Yuhang.

Dengan sigap Yuhang menggenggam tangan itu. Mengecupnya penuh sayang.

“Cepat habiskan makananmu. Kita harus segera tidur.” Ajak Yuhang.

“Tapi harus benar benar tidur ya. Tubuhku masih lelah.”

Mendengarnya Yuhang tak kuasa menahan tawa. Ia mengusak rambut Chengxin gemas. Setelah menghabiskan beberapa makanan, Chengxin mematuhi perkataan Yuhang. Si manis mulai merebahkan diri dan menarik selimut. Tak lupa sepasang tangan kekar yang selalu memeluk tubuhnya sampai pagi.

Semoga kebersamaan ini bertahan lama. Iya kan Chengxin ?

***

Jiaxin tak henti menatap Shuai dan Zhixin secara bergantian di dalam tenda. Tak lama setelah Guanyu berhasil membawa Jiaxin meski dengan paksaan, ternyata Shuai dan Zhixin sudah mengekor di belakangnya.

“Kalian dari mana saja ?” ketus Jiaxin.

Zhixin menatap kembali sepupunya dengan malas, “Kita hanya mengobrol di tepi danau.”

Jiaxin mendengus kesal, “HANYA mengobrol ?”

“T-tentu saja.” Jawab Shuai dengan gugup.

“Kenapa kau gugup Shuai ?” jiaxin tak berhenti bertanya.

“Dan kenapa kau menggertaknya Deng Jiaxin ?” timpal Zhixin.

Guanyu yang melihat pemandangan itu hanya menghela nafas, “Kenapa nada bicara kalian semakin meninggi ? ini sudah malam. Cepat tidur. Besok kita harus membereskan tenda dan bersiap untuk pulang.”

Sedangkan Yukun, Yuhan, Zuohang, Zeyu, Zhangji, Tianrun, dan Junhao bingung dengan pembicaraan orang-orang di depannya. Daripada kena semprot Jiaxin, akhirnya mereka semua memilih tidur cepat.

“Guanyu benar. Kalian harus tidur. Aku akan beristirahat di tenda panitia. Selamat malam.”

Zhixin bangkit dan meninggalkan tenda kelompoknya. Arah mata Shuai mengikuti kepergian Zhixin. Ia takut kalau yang dilakukannya bersama Zhixin memang sudah diketahui oleh orang lain. Mencoba mengenyahkan pikiran itu, Shuai mulai berbaring dan memejamkan mata. Tapi sayang, bayangan di tepi danau membuat ia tak bisa tidur. Sama halnya dengan yang Zhixin rasakan.

Dia (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang