Chapter 29 ( A Hope )

492 54 61
                                    

8 tahun kemudian...


Setengah jam menempuh perjalanan, Zhixin tiba di kediaman mewahnya. Ia baru saja mengunjungi makam Shuai sendirian. Harus diketahui bahwa sudah menjadi kegiatan rutinnya setiap minggu untuk pergi kesana. Pria tampan itu memarkirkan mobilnya di garasi. Dan segera masuk ke pintu utama karena hari sudah mulai sore.

Saat Zhixin membuka pintu, ia disambut dengan teriakan dua anak kecil berusia 3 tahun. Segala rasa lelah yang melanda seketika sirna kala Zhixin melihat tawa ceria mereka sambil merentangkan tangan dan siap melompat pada pelukannya.

“Zhuzhu gege.”

‘Hap’

Dengan sigap ia menangkap tubuh berisi anak kecil itu, lalu menghadiahi beberapa kecupan hangat pada pipi gembilnya. Anak kecil yang lain sudah berjingkrak minta digendong. Zhixin dengan sekuat tenaga mengangkat kedua anak tersebut secara bersamaan. Gelak tawa pun keluar dari bibir kecil mereka. Hal ini selalu membuat Zhixin bahagia kala hatinya masih menyembunyikan luka.

“Zhu kau baru pulang ?” tanya seseorang sambil membawa kembali dua anak kecil di gendongan Zhixin.

Zhixin menoleh, “Iya ge, seperti biasa aku menemui Shuai dulu. Kau jangan pulang . Biarkan Yuhang ge ikut menginap disini.”

Pria manis itu hanya menggelengkan kepala, “Aku sudah menginap dua hari, nanti rumahku tidak ada yang merawat.”

“...Kau makan dulu. Aku memasak banyak hari ini.” lanjutnya.

Zhixin melonggarkan dasi yang mengikat lehernya. Lalu ia merebahkan tubuhnya pada sofa. “Entah kenapa hari ini aku ingin makan pizza. Masakanmu akan kumakan untuk malam saja.”

“Oh iya Chengxin ge. Bagaimana rasanya sudah punya keluarga baru ?”

Ding Chengxin tertawa pelan, lalu ikut duduk di samping Zhixin dengan dua sosok dalam pangkuannya. “Aku sangat bahagia.”

Melihat dua anak kecil yang sedang makan biskuit hingga mulutnya penuh membuat Zhixin merasa sangat gemas. Ia bangkit dan mencubit kedua pipi bocah kembar itu.

“Aku akan merindukan Hangxin dan Qixin jika kau pulang malam ini ge.” Rengek Zhixin bagaikan anak kecil.

Chengxin mendecak kesal, “Makanya kau cari pacar sana. Masih muda, tampan, mapan tapi sayang kau betah sendiri.”

Zhixin merogoh dompet di sakunya, kemudian ia membuka dompet itu dan mengambil satu buah foto. Pandangan Zhixin berubah menjadi sendu. Dia menghela nafas panjang dan menatap Chengxin dengan begitu lemahnya.

“Sudah delapan tahun.” Lirih Zhixin.

Chengxin hanya bisa memberi usapan untuk  menguatkan orang yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri, “Aku paham Zhu.”

‘Tinn..Tinn’

Suara klakson mobil yang sangat keras membuyarkan kesedihan mereka. Chengxin mendengus dan segera mengangkat kedua anak kembarnya. Ia tahu, semakin tua Yuhang semakin tidak sabaran. Namun meski seperti itu, rasa cinta si manis tidak pernah berkurang.

Yuhang muncul di balik pintu dan terlihat gagah dengan setelan jas formalnya. Ia merentangkan tangan lalu siap menyambut si kecil yang sudah berhamburan dari pangkuan Chengxin. Tangan kekar Yuhang terbiasa memangku kedua anaknya jadi sudah tidak mengejutkan lagi jika tubuhnya hampir terjungkal akibat pelukan kuat. Chengxin tersenyum, ia pun menghampiri Yuhang dan memberikan ciuman hangat pada bibirnya.

“Dasar bucin.” Dengus Zhixin.

Chengxin tertawa mendengar celetukan adiknya. Tak lama dia dan Yuhang berpamitan untuk pulang. Sudah dua hari Chengxin menginap di rumah Zhixin karena suaminya pergi ke luar kota dan hal tersebut dimanfaatkan oleh Zhixin karena dia bisa bermain bersama si kembar.

Dia (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang