Chapter 26

507 56 41
                                    




Setiap hari Shuai selalu melihat kakaknya yang masih terkulai lemah di ranjang rumah sakit. Sudah berapa buket bunga yang ia simpan di nakas meja, dirinya begitu mengharapkan agar sang kakak secepatnya sadar.

"Ge. Kapan kau akan bangun ?" ucap Shuai diiringi lirihan.

Perlahan tangan lentik Chengxin ia angkat, mengusapnya pelan berharap hal tersebut bisa memancing sedikit demi sedikit kesadaran Chengxin.

"Ge kau tahu ? aku bertemu orang yang mirip dengan Zhuzhu."

"Ge, apakah Zhuzhu tidak akan kembali ?"

"Mana mungkin Zhuzhu mau melihatku. Dia sudah menganggapku seperti monster." Lanjut Shuai sambil terisak.

Sementara di balik pintu, ada seseorang yang tanpa sadar mengusap air matanya. Pemandangan mengharukan di dalam ruangan itu mampu membuat hatinya tertohok. Tak lama, ia memberanikan membuka pintu, menghampiri sepasang adik kakak tersebut.

Mendengar suara deritan pintu, Shuai membalikkan badan dan mendapati Zhixin dengan satu keranjang buah-buahan di tangannya. Si manis tersenyum, bangkit menghampiri Zhixin.

"Kau kesini lagi ?" tanya Shuai
Zhixin menaruh keranjang itu tepat di atas meja tidak jauh dari ranjang Chengxin, kemudian ia menggenggam kedua jemari Shuai.

"Suhu tubuhmu membaik. Kau tidak pusing lagi ?"

Shuai mendecak kesal, "Ya, aku baik baik saja."

"Ibumu dan Yuhang ge sebentar lagi akan kesini. Kau harus istirahat di rumah."

"A-aku ingin menunggu Chengxin ge."

Zhixin mengusap puncak kepala Shuai dengan lembut, "Gegemu pasti tidak senang melihatmu seperti ini."

"T-tapi-..."

"Zhixin benar, jika kau ingin cepat sekolah maka harus banyak istirahat sayang." Timpal Alice yang baru saja sampai.

"Kenapa namamu Zhixin sih ? selain wajah, nama kalian juga sama." Ketus Shuai keluar ruangan.

Sontak perkataan tersebut membuat Zhixin menunduk, lalu mengepalkan kedua tangannya erat. Alice yang paham kondisi, langsung mengusap kedua bahu Zhixin. Sementara itu, Zhixin mencoba menetralkan jantungnya kembali. Ia memberikan senyuman manis kepada Alice seolah berkata bahwa dirinya akan baik-baik saja.

"Aku akan mengantarnya."

***

Sebulan berlalu, Jiaqi mulai sadar dari tidur panjangnya. Ia mencoba melihat ke sekeliling, dan mendapati sang ibu tersenyum di samping ranjangnya. Jiaqi memaksakan tubuhnya untuk bangkit, namun ditahan lebih awal oleh ibunya.

"Jangan banyak bergerak. Tubuhmu masih lemah sayang."

"A-aku hanya merindukanmu bu." Lirih Jiaqi.

Wanita yang tersenyum itu mendadak meneteskan air matanya. Ia cukup sadar bahwa dirinya bukanlah ibu yang baik mengingat selama ini ia selalu disibukkan dengan segudang pekerjaan diluar negeri.

"M-maafkan ibu."

Jiaqi menggeleng cepat, "Kau wanita kuat bu, kau bekerja keras demi masa depanku. Harusnya aku yang banyak berterimakasih padamu."

Ma Yi Li, wanita yang diketahui ibu dari Jiaqi semakin menangis terisak. "Kau kehilangan masa remajamu dan itu semua karena ibu."

Perlahan tangan Jiaqi tergerak untuk mengusap air mata ibunya, "Aku bilang aku sudah siap bu."

"Apakah semua ini ulah Eunxi ?"

"Hampir saja Eunxi membunuh kekasih-.."

Jiaqi terdiam sejenak saat mulutnya hampir saja mengucapkan kata kekasih. Entah dorongan dari mana, pria itu bangkit dari ranjang membuat ibunya nampak khawatir.

Dia (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang