Chapter 8

790 68 59
                                    

Hembusan angin malam menusuk ke dalam kulit pemuda bernama Zhu Zhixin. Ia nampak sedang menikmati momen tersebut di balkon kamarnya. Ribuan bintang seolah menemani kesendiriaan si tampan itu. Pikirannya melayang ke masa lalu. Sungguh ia merindukan orang seseorang. Samar-samar terdengar langkah kaki dari belakang, ia sudah menebak bahwa yang datang adalah ibu cantiknya.

“Sayang.. kau lupa minum susu.” Tebakan Zhixin benar. Ia membalikkan badannya dan segera mengambil susu untuk ia minum. Gelas pun sudah kosong. Ia memberikan kembali benda itu pada ibunya.

“Kau sedang memikirkan apa ?” tanya Dilraba sambil mengelus rambut sang anak.

Zhixin hanya menggelengkan kepala. Ia kembali menatap hamparan bintang di langit, merasakan usapan ibunya.

Dilraba menghela nafas, ia sungguh tak ingin anaknya terus seperti ini. “Kalau rindu, mengapa kau tidak menemuinya hm ?”

“Aku takut bu. Ibu ingat kata dokter dulu ? Shuai akan mengingat semuanya, tapi dia harus melewati fase yang sangat menyakitkan. Aku tidak ingin menyakitinya lagi bu.” Lirih Zhixin.

“Apakah ibu menyuruhmu untuk mengembalikan ingatannya ?”

Zhixin menatap ibunya dalam, “A-aku hanya takut.” Ujar Zhixin menunduk.

“Dengar sayang..” Dilraba membalikan tubuh anaknya, tangannya ia letakkan pada kedua bahu Zhixin, “Kau sudah berapa kali bertemu dengan Shuai ? Ibu rasa bukan hanya sekali kalian bertemu. Tidak mungkin ia datang ke pesta ulang tahunmu, jika memang dengan cara kalian bertemu satu sama lain akan menyakiti Shuai. Apakah ketika Shuai bertemu denganmu setelah itu ia akan mengeluh kesakitan ? Tidak kan ? manfaatkan kesempatan itu sayang. Ajak dia berteman kembali. Anggap saja kalian berkenalan dari awal lagi.”

“Ibu yakin ?” tanya Zhixin.

Dilraba menganggukan kepalanya. Badan wanita cantik itu hampir terhuyung saat menerima pelukan hangat dari Zhixin secara tiba-tiba. Tanpa mereka sadari, sang kepala keluarga memperhatikan tingkah mereka dari balik pintu dengan senyuman haru di wajahnya.

***

Matahari terbit dari timur. Sinarnya menyapa seluruh makhluk bumi agar mereka segera menjalankan aktivitas seperti biasanya. Tanpa terkecuali dengan si pemuda manis yang sudah siap dengan seragamnya dan turun untuk sarapan sebelum berangkat sekolah.

Di meja makan, ia sudah melihat dua penampakan manusia yang sedang menunggunya untuk sarapan bersama. Siapa lagi kalau bukan Chengxin dan Yuhang. Ya. Setelah menghabiskan hari Minggu dengan olahraga berdua, Chengxin memaksa Yuhang untuk menginap di rumah mewahnya dengan alasan kesepian. Yuhang tak kuasa menolak, maka ia menyuruh pelayan keluarganya untuk mengantarkan seragam dan perlengkapan sekolah.

“Yuhang ge menginap ?” tanya Shuai.

“Hmm.. kalau gege-mu tidak memaksa mana mungkin aku ada disini.”

Mendengar itu, Shuai terkekeh. Chengxin yang merasa diejek mulai melihat Shuai dengan tatapan tajam.

“Apa Yuhang ge tidak bosan menghadapi gege-ku yang manja ?”

Yuhang menggelengkan kepalanya, “Kalau tidak manja ia tidak manis.”
Pipi Chengxin merah seketika. Kakinya yang berada dibawah meja dengan sengaja menendang keras tulang kering Yuhang.

“A-aw..” Yuhang mengaduh kesakitan. Ia membalas dengan mencubit pipi Chengxin dan mengusak rambut pria manis itu.

Shuai sungguh bahagia melihat persahabatan kakaknya. Meskipun ia tahu, bahwa kata sahabat tidak cukup untuk mendefinisikan hubungan mereka. Karena baginya, seorang sahabat tidak mencium dengan penuh gairah satu sama lain. Shuai mengenyahkan pikiran jail tentang kakaknya. Disaat ia memperhatikan tingkah Chengxin dan Yuhang di meja makan. Pikirannya seolah mencoba untuk mengingat sesuatu. Tapi jelas ia tidak mengingat apapun.

Dia (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang