Chapter 20

666 60 36
                                    




Bocah manis sedang asyik menunggu di kursi taman sekolah. Bocah dengan nama panggilan Shuai itu bisa pulang lebih awal dikarenakan sang guru sibuk mempersiapkan olimpiade bagi para peserta yang siap mengikuti lomba. Tapi, meskipun kelas Shuai diberi kesempatan pulang lebih dulu ia harus tetap menunggu Zhixin. Mungkin sudah menjadi jadwal rutin kalau mereka harus berangkat dan pulang bersama.

“Menunggu Zhixin ?”

Suara yang terdengar tiba-tiba membuat Shuai terperanjat. Hampir saja ponsel yang sedang ia mainkan jatuh dari tangannya. Kemudian si manis menoleh dan menghela nafas ketika tahu siapa pelakunya.

“Kau sudah pulang ? bukankah kalian sekelas ?”

Guanyu, ikut mendudukan dirinya di samping Shuai. “Aku memang sering izin di jam terakhir. Olimpiade sebentar lagi.”

“Oh pantas saja guru matematiku tidak masuk.”

“Shuai ?”

Mendengar suara Guanyu yang berubah menjadi lebih serius, Shuai menyimpan ponselnya ke dalam tas.

“Ya.”

“Kau sudah mengingat semuanya ?”

Pertanyaan yang dilontarkan Guanyu mengubah suasana obrolan mereka. Shuai meresponnya dengan gelengan kepala karena begitulah keadaan sebenarnya. Tak ada satu pun kepingan memori yang melintas di kepalanya saat ini bahkan semenjak Zhixin bercerita bahwa ia pernah mengalami kecelakaan hebat 2 tahun lalu.

“Apakah dulu kita dekat ?” tanya Shuai perlahan.

Satu hal yang tidak diketahui oleh bocah bernama asli Su Xinhao itu. Sebuah pertanyaan yang keluar dari mulutnya membuat sang lawan bicara terdiam dengan hatiyang cukup sesak.

‘Dekat ? bisakah dibilang dekat jika hanya aku yang mendekatimu ?’ batin Guanyu.

Tarikan nafas perlahan berhembus dari mulut Guanyu “Ya. Kita kenal karena memang aku teman sekelasnya Zhixin.”

“Jika hanya sebatas itu, mana mungkin kau paham masalahku ?”

“Apakah kau bahagia kali ini Shuai ?” bukannya menjawab, Guanyu malah menimpal Shuai dengan hal lain.

“Secara tidak langsung kau ingin menyampaikan bahwa dulu aku tidak bahagia. Benar kan ?”

Guanyu terkekeh mendengar penuturan orang di depannya, “Kau tidak pernah berubah.”

Shuai masih diam karena ia tahu Guanyu akan melanjutkan kata-katanya.

“Terkadang kita harus tetap hidup tanpa menoleh ke belakang. Ditengah rasa penasaran yang tinggi, bisa saja masa lalu terdengar begitu buruk sampai kita tidak mau bahkan untuk mengingatnya sekecil apapun. Aku yakin kau bahagia sekarang. Maka dari itu, jangan pernah kau mencoba mengorek ingatanmu. Dan jangan sampai rasa ingin tahumu menghancurkan segalanya.”

Shuai mendongakan kepalanya ke atas, menatap hamparan langit biru tanpa awan di sekitarnya. Hembusan angin yang menggoyangkan dedaunan menciptakan suasana tenang dalam obrolan sensitif mereka.

“Aku juga berpikir begitu. Bahkan aku tidak membahas masalah ini kepada ayah dan ibu. Aku sangat bahagia sekarang.”

Guanyu menolehkan kepalanya ke arah samping dimana pemandangan yang ia dapat sangat indah melebihi kekuatan langit diatasnya.

‘Tetaplah bahagia Shuai, karena kau adalah bahagiaku.’

***

Yuhang menatap gemas tingkah kekanakan orang tercintanya. Bagaimana bisa Chengxin sudah menghabiskan beberapa cup jumbo eskrim sedangkan Yuhang masih menikmati satu eksrim yang sama sekali belum habis.

Dia (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang