Keluar dari ruang pemeriksaan, Jiaqi melangkahkan kakinya mencari keberadaan Chengxin. Sorot matanya tak sengaja menangkap sosok yang ia cari. Tak jauh dari sana, si manis berjalan cukup pelan membuat Jiaqi tak sabar untuk segera menghampirinya.
“Kau dari mana Ding’er ?”
Chengxin menatap wajah Jiaqi yang semakin hari semakin bertambah pucat, “Jiaqi bolehkah aku memelukmu ?”
“Apa Yuhang tidak akan marah-..”
Belum sempat menyelesaikan pertanyaan, Jiaqi merasakan pelukan hangat pada tubuhnya. Tak peduli dengan tatapan orang-orang di sekitar, pria tampan itu membalas pelukan Chengxin. Namun ada yang janggal, Jiaqi merasakan dadanya basah. Ia segera melepaskan pelukan tersebut, lalu menangkup kedua pipi pria manis bermarga Huang.
“Apa janinmu menyakiti ibunya ?”
Hati Chengxin semakin sesak, ia tak peduli jika pada akhirnya isakan mulai keluar saat itu juga, “D-dia masih terlalu kecil untuk menyakitiku.”
“Baiklah.. kalau begitu jangan menangis. Sekarang temani aku makan siang ya. Sepertinya calon bayi kecilmu butuh asupan nutrisi.”
Jiaqi memasang senyuman indah. Ia menarik pelan tangan Chengxin hingga akhirnya mereka sampai di dalam mobil. Hari ini Jiaqi berencana mengajak si manis ke restaurant baru favoritnya. Sedangkan Chengxin masih saja menunduk. Prasangka demi prasangka masih berkeliaran di kepalanya. Hal tersebut membuat Jiaqi merasa terganggu. Terpaksa dia menyentuh punggung tangan Chengxin guna menenangkannya meski hanya sedikit.
“Kalau tidak enak badan, aku akan mengantarmu pulang. Yuhang pasti khawatir-..”
“Berhentilah membicarakan Yuhang. Khawatirkan dirimu sendiri Ma Jiaqi.” Potong Chengxin.
“Apakah orang yang hamil muda mudah sekali emosi hm ?”
Mau tak mau Chengxin akhirnya luluh. Lengkungan tipis di bibirnya terukir tanpa sengaja. Dia berbalik mengenggam tangan Jiaqi. Berusaha menyalurkan keyakinan bahwa ia baik baik saja.
“Saat aku mengandung Hangxin dan Qixin, Yuhang selalu kena imbas dari amarahku setiap pagi.”
Jiaqi mulai bernafas lega ketika Chengxin mulai terpancing ke dalam obrolan. Si tampan memasang telinganya dengan baik sambil mengendarai mobilnya perlahan. Kepalanya sering terasa sakit mendadak. Dan ia sangat takut terjadi sesuatu jika tidak hati-hati sama sekali apalagi sekarang ia sedang membawa bidadari cantik di sampingnya.
“Kau tau kenapa aku menamai salah satu dari mereka dengan nama Qixin ?” lanjut Chengxin.
Sekuat tenaga Jiaqi menahan segala keterkejutannya. Ia masih berusaha menenangkan diri dan masih terdiam mendengar apa yang akan dikatakan oleh istri sah Yuhang itu.
“...Yuhang yang menamainya. Dia mengizinkan anaknya bernama Qixin sebagai tanda terimakasih kau telah menjagaku dulu.”
Bola mata Jiaqi membulat sempurna, “Y-yuhang ?”
“Jiaqi Chengxin. Dua kata yang suamiku ucapkan saat dia melihat anak kembar pertama kami. Dia mengucapkan nama ‘Qixin’ sambil menangis.”
“Mengapa suamimu menangis ?”
“Entah kesalahan apa yang ia buat. A-aku tidak tahu.”
Jiaqi mengusap kembali punggung tangan Chengxin tanpa melepas fokusnya ke depan, “Dia tidak berbuat salah. Jangan pikirkan apapun....”
“....Dan sampaikan ucapan terimakasihku pada Yuhang. Setidaknya dia mengizinkan namaku tetap hidup dalam keluarga kecil kalian.” Lanjutnya.
Chengxin mengangguk pelan sampai Jiaqi menarik tangannya lagi untuk lebih fokus memyetir. Tidak terasa menghabiskan waktu selama setengah jam, mereka berdua sampai di tempat yang Jiaqi inginkan. Mobil terparkir rapih dan mereka segera masuk ke dalam kemudian melangkah menuju sebuah meja kosong di sudut ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia (Completed)
Fanfic"Aku tidak mengenalmu, tapi mengapa setiap kali kita bertemu aku selalu merasakan bahwa kita pernah saling kenal" -Su Xinhao/Xiaohao/Shuai- "Maafkan aku Shuai, aku mohon..." -Zhu Zhixin- Genre : friendship, bromance Cast : Su Xinhao Zhu Zixin Ding...