Chapter 24

545 65 54
                                    

Sudah seharian Jiaqi kalut karena sang kekasih sama sekali tidak menghubunginya. Jangankan untuk menghubungi, nomor ponsel pun tidak aktif sampai sekarang. Ia menyalahkan dirinya sendiri yang terlalu sibuk belajar dan mengurus dokumen perusahaan. Tak memikirkan apapun lagi, Jiaqi berniat pergi untuk mengunjungi rumah Chengxin.

Ponselnya bergetar saat ia sedang fokus mencari kunci mobil di nakas meja. Jiaqi meraih benda yang bergetar itu, kemudian mendapati nomor bertuliskan "Paman Fei" dengan notifikasi memanggil.

"Hallo paman."

'Xiaoma, apakah Eunxi bersamamu ?'

Jiaqi terdiam. Tadi siang baru saja mereka memperdebatkan kekasih masing-masing. Bahkan jiaqi tahu, kalau Eunxi menangis hanya karena perkataannya yang cukup menyakitkan.

"Aku sudah bertemu dengannya hari ini. Mungkin saja Eunxi sedang jalan-jalan paman."

'Bisakah kau menemuinya ? Paman sangat khawatir, dia tidak mengangkat telpon paman sejak pagi.'

"Baiklah akan aku usahakan."

'Terimakasih nak. Selamat sore.'

Jiaqi memijit keningnya perlahan. Hari ini sungguh melelahkan. Niat awal ingin mengunjungi Chengxin, ia harus banting setir agar menemukan Eunxi terlebih dahulu. Diraihnya jaket beserta topi karena udara diluar berubah menjadi dingin.

Selama perjalanan, Jiaqi memperlambat laju mobilnya. Siapa tahu ia menemukan Eunxi di seberang jalan atau caffe saat ia tak menemukan gadis itu di apartemennya. Sudah puluhan kali dihubungi, tidak ada respon apapun dari sang sepupu meski nomornya aktif.

Setelah berjibaku dengan pemikirannya, Jiaqi memutuskan untuk pergi ke rumah Chengxin. Rasa rindunya sudah tak tertahankan guna memastikan bahwa Chengxin baik-baik saja. Tak sampai setengah jam, Jiaqi sudah sampai di rumah mewah kekasihnya.

Dua kali menekan tombol bel, pelayan mulai membuka pintu utama. Suasana rumah tampak sepi. Jiaqi menatap seorang wanita cantik duduk di ruang keluarga. Nampak raut wajahnya yang terlihat cemas. Kemudian, ia segera menghampirinya karena tak lain wanita itu adalah ibu kandung Chengxin. Dilihat dari postur wajahnya yang cukup mirip.

Alice menyadari kehadiran seorang tamu. Ia bangkit dan memberikan sambutan hangat pada kekasih si sulung. Jangan salah, Alice memang seorang ibu yang tahu apapun tentang kisah asmara anak-anaknya karena mereka sangat terbuka.

"Ma Jiaqi ?" tebak Alice.

Jiaqi tersenyum canggung. Bahkan ia belum sempat memperkenalkan diri, namun wanita di depannya sangat paham betul.

"Selamat malam tante. Perkenalkan saya Ma Jiaqi."

"Ya. Aku tahu. Kau kekasih anak sulungku. Tapi Chengxin belum pulang semenjak pergi ke sekolah. Kau tahu dia dimana ?" tanya Alice khawatir.

Sontak tubuh Jiaqi menegang. Mengapa Eunxi dan Chengxin hilang secara bersamaan ? apakah mereka dicelakai seseorang ? pikiran-pikiran tersebut membuat Jiaqi semakin tidak tenang.

Suara derap langkah kaki terdengar turun dari lantai atas. Shuai lari dengan tergesa dan jatuh di pelukan sang ibu.

"Ibu.. kita harus menghubungi polisi. Memang belum satu hari penuh tapi aku takut hal buruk terjadi pada gege." Lirih Shuai

Alice sangat cemas. Ia menangkup kedua pipi si bungsu lalu mengusap jejak air mata di pipinya. Walaupun sering bertengkar, anak-anaknya begitu saling menyayangi.

Wanita cantik itu mencium kening Shuai, "Ayo kita ke kantor polisi sekarang."

"Tante. Izinkan aku mencari Chengxin ke berbagai tempat. Jadi nanti kita akan berpencar." Timpal Jiaqi.

Dia (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang