Chapter 31 ( Am I Wrong ?)

607 61 57
                                    



Sesuai janji, Xiaosu benar-benar mengajak Zhixin ke rumahnya. Setelah kejadian tadi di depan makam Shuai, mereka sempat terdiam canggung selama perjalanan bahkan Zhixin merapalkan kutukan untuk dirinya sendiri saat ia baru sadar sudah mencium orang lain di tempat peristirahatan masa lalunya.

Lantas harus bagaimana lagi. Zhixin tak melihat perbedaan sedikitpun. Rasa rindunya terlalu dalam sampai ia tak bisa membedakan mana Xiaosu mana Shuai. Mereka benar-benar orang yang sama hanya saja berbeda nama. Maka dari itu, Zhixin teramat penasaran seperti apa kehidupan orang yang begitu mirip dengan pujaan hatinya. Jika pun Shuai memang sudah meninggal, apakah tuhan sengaja mengirimkan Xiaosu sebagai pengganti ? namun dari celah jiwanya yang paling dalam, Zhixin masih berharap bahwa sosok disampingnya benarlah Shuai. Pria tampan itu tidak akan marah apabila Shuai harus membohonginya untuk kedua kali.

Mereka baru saja tiba di kediaman mewah milik Wang Junkai. Tidak mengherankan bagi Zhixin jika semua ini adalah hasil jerih payah dari seorang pengusaha ulung sepertinya. Saat Xiaosu membuka pintu, Zhixin mendapati sosok yang sedang membaca novel di ruang keluarga. Pria manis yang bernama Wang Yuan itu menyadari kehadiran mereka berdua dan secara langsung novel yang sedang ia baca pun ditutup lebih dulu.

“Bagaimana dokumennya ? sudah sampai ke suamiku ?”

Mendapatkan pertanyaan tersebut membuat Xiaosu otomatis menepuk keningnya. Salahkan Zhu Zhixin yang menculiknya pergi dari kantor sang kakak ipar.

“Sudah. Tadi saya mendapatkan pesan dari CEO Junkai. Dan mohon maaf atas kelancangan saya telah membawa adik anda tanpa izin.” Timpal Zhixin.

Yuan terkekeh mendengar keformalan kata-kata yang dilontarkan oleh si pria tak dikenal, “Kau pasti salah satu rekan kerjanya ya ?”

“Lebih tepatnya saya adalah klien baru dari CEO Junkai.”

“Apakah kau adalah pria si pencuri ciuman pertama adikku ?”

Seketika tubuh Xiaosu dan Zhu Zhixin terasa membeku. Si manis nampak kesal dengan ucapan sang kakak yang begitu mempermalukannya. Ia menoleh ke arah Zhixin yang tersenyum canggung. Jika Xiaosu hanya berdua dengan kakaknya mungkin sekarang ia sudah membekap mulut istri dari Wang Junkai itu.

“G-ge.. kau-.."

“Bahkan ciuman pertamaku juga dicuri oleh suamiku saat kami masih SMA. Mungkin kalian juga akan mengalami hal yang sama.” Sela Yuan.

“Cukup ge-..”

“Namamu siapa tampan ?” lanjut Yuan.

Zhixin tersenyum sambil menunduk sebagai salam hormat, “Perkenalkan nama saya Zhu Zhixin.”

“Panggil saja aku Yuan ge. Oh ya, aku sangat rela jika orang yang sudah mencium adikku tampan seperti ini.” sindir Yuan seraya menepuk bahu kanan Zhixin.

Puas menggoda adiknya, pria berwajah manis itu melenggang pergi ke arah dapur guna menyiapkan makanan dan minuman. Meskipun rumahnya terbilang besar, tapi Yuan menolak tawaran Junkai untuk mempekerjakan pelayan. Ia beralasan bisa mengurus rumah karena cukup bosan jika hanya berdiam diri. Terlebih lagi dia merasa kesepian.

Setelah melihat Yuan pergi, Xiaosu mendekatkan dirinya ke arah Zhixin, “Maaf. Gegeku kalau bercanda suka berlebihan.”

“Meskipun serius, tidak menjadi masalah bagiku.” Jawab Zhixin dengan tenang.

Satu cubitan keras Zhixin rasakan di bagian samping perutnya yang masih terlapis kemeja. Ia terkekeh melihat raut wajah Xiaosu yang nampak salah tingkah. Hati si tampan perlahan menghangat. Senyuman itu, Zhixin dibuat jatuh cinta kembali meskipun kenyataan masih menamparnya keras bahwa yang ia pandang saat ini bukanlah Shuai.

Dia (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang