Chapter 18

622 62 17
                                    

Sesuai janjinya, Yaowen mengajak Yaxuan ke suatu tempat. Entah kemana Yaowen mengajaknya, Yaxuan benar-benar tidak tahu. Si cantik sedang asyik menikmati lelehan eskrim yang sempat ia beli bersama Yaowen di kedai pinggir jalan. Sesekali Yaowen menengok ke arah samping, menikmati pemandangan indah Yaxuan bersama eskrimnya.

“Makan pelan-pelan.” Ujar Yaowen.

“Terimakasih untuk eskrimnya.” Yaxuan tersenyum manis.

“Sebentar lagi kita sampai.”

“Loh, ini kan daerah pantai.”

Yaowen segera memarkirkan mobilnya dibawah pohon rindang. Kebetulan sekarang bukan hari libur. Suasana pantai tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa orang berlalu lalang disana dan juga para nelayan bersama perahunya yang telah siap mencari ikan.

Mata Yaxuan tak hentinya memandang takjub. Ia mengedarkan seluruh netranya ke segala penjuru pantai. Cahaya senja belum terlihat, karena memang hari belum terlalu sore.

“Kau suka ?” tanya Yaowen sambi melirik ke arah Yaxuan.

Bibir Yaxuan tak menjawab, tapi terlihat dari binar di matanya membuat Yaowen yakin bahwa si cantik cukup senang.

Yaxuan menarik nafas, lalu membuangnya pelan, “Sudah lama aku tidak menikmati suasana pantai.”

Yaowen terpana, Yaxuannya sungguh cantik. Ia mencoba meraih tangan kurus itu membuat sang empu mengalihkan atensinya pada Yaowen.

“Kau sedang banyak pikiran sampai mengajakku kesini ?”

“Aku memang ingin mengatakan sesuatu padamu. Yaxuan bi-...”

Ucapan Yaowen tak selesai, ketika Yaxuan menghempaskan tangannya dan berlari menuju bibir pantai.

“NANTI SAJA BICARANYA, AKU TIDAK AKAN MELEWATI SORE YANG BEGITU INDAH DISINI TUAN LIU YAOWEN !”

Yaowen tak kuasa menahan senyumnya. Chengxin benar, ada beberapa hal dalam diri Yaxuan yang belum ia ketahui. Tak lama, ia pun mengejar pemuda cantik itu. Yaowen tak mungkin membiarkan Yaxuan menikmati momen ini sendirian.

“TUNGGU AKU CANTIK !”Yaowen berbalas teriak.

Mereka berdua tertawa lepas. Seolah tak punya beban sedikitpun. Yaxuan tak hentinya mencipratkan air laut ke tubuh Yaowen hingga seragam sekolah mereka terlihat basah kuyup. Pancaran bahagia nampak di wajah Liu Yaowen dan Song Yaxuan. Sesekali mereka lari ke darat, saat ombak mulai terlihat dengan gulungan besarnya.

Yaowen menarik tangan Yaxuan untuk beristirahat. Mereka merebahkan tubuhnya di atas pasir pantai menikmati hembusan angin di sore hari.

“Hah. Tubuh kita lengket.” Keluh Yaxuan.

Mendengar itu malah membuat Yaowen tersenyum miring, ia mendekatkan bibirnya ke telinga si cantik, “Mau mandi bersama ?”

“Memangnya disini ada kamar mandi ?”

“Kita akan menyewa penginapan.”

Mata Yaxuan terbelalak, “Jangan bilang kalau kita akan menginap disini Liu Yaowen.”

“Aku sudah mendapat izin dari bibi Dilraba.”

“Tapi kau tak meminta izin padaku.” Ketus Yaxuan.

Yaowen tak berhenti memasang senyum jahil. Ia membangunkan dirinya lalu merangkak diatas tubuh Yaxuan.

“Ya-yaowen a-apa yang k-kau lakukan ?”

“Tanpa meminta izinmu, aku tahu kau akan selalu mengikuti kemauanku.”

‘Cup’

Sebuah kecupan ringan mendarat di bibir tipis Song Yaxuan. Semburat merah di pipinya tak bisa ditahan. Apalagi matahari belum tenggelam, yang tentunya bisa membuat Yaowen menikmati pemandangan menggemaskan tersebut.

Dia (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang