Rintik hujan belum reda, begitu juga dengan petir yang masih menggelegar di malam itu membuat Jiaqi enggan meninggalkan kekasihnya. Ia merasa sesak ketika menyaksikan tubuh Chengxin yang bergetar ketakutan. Entah karena phobianya terhadap petir atau karena pertengkaran yang terjadi di antara mereka bertiga.
Jiaqi setia mengusapkan tangannya pada surai Chengxin guna menenangkan. Sesekali ia mengecup sayang puncak kepala sang kekasih yang terbaring di pahanya.
“Apakah adikmu tidak akan pulang ?”
“M-mungkin sebentar lagi.”
“Jika Shuai menginap di rumah temannya, bolehkah aku menemanimu malam ini ?”
Chengxin mencoba mendudukkan tubuhnya yang terbalut selimut, “A-apa aku tidak merepotkanmu ?”
Jiaqi terkekeh mendengar penuturan kekasihnya, “Suatu anugerah tidak bisa dibilang merepotkan sayang.”
Dipanggil dengan kata sayang, Chengxin tersadar. Sekelebat bayangan Yuhang terlintas di pikirannya. Lantas ia mengingat kejadian satu jam yang lalu dimana Jiaqi mengizinkan ia dan Yuhang bertemu besok hari.
“Jiaqi. Kau yakin mengizinkanku besok ?”
Tangan Jiaqi tergerak untuk mengelus punggung tangan Chengxin. Ia tersenyum hangat kala melihat kekasihnya yang merasa gelisah. Jiaqi tahu. Pertemuan Yuhang dan Chengxin bisa berdampak besar bagi hubungannya. Tapi di sisi lain, ia juga harus yakin bahwa Chengxin tidak akan pernah mengkhianati hubungan yang baru saja mereka bangun.
Tak lama Jiaqi menganggukan kepalanya yakin, “Aku percaya padamu. Meskipun kau belum seutuhnya mencintaiku Ding’er.”
Chengxin menggeleng cepat disertai raut wajah yang cukup kecewa, “Tidak, jangan bicara begitu aku tidak suka.”
“Lalu apa yang kau sukai ?” goda Jiaqi.
Diam diam raut wajah Chengxin berubah tersenyum jahil.
‘Cup’Sebuah kecupan ringan, Jiaqi rasakan di bibirnya. Ia terperanjat melihat perilaku Chengxin yang sontak membuat detak jantungnya bekerja lebih cepat.
“Kau ingin membuatku mati muda ?” tanya Jiaqi sambil memegang dadanya sebelah kiri.
Chengxin mendekatkan tubuhnya beberapa centi, lalu ia melepaskan tangan sang kekasih yang bertengger di dadanya sendiri. Si cantik meletakkan telinganya tepat di dada Jiaqi mencoba mendengar sesuatu dari dalam sana.
“Wah apakah aku seorang malaikat maut yang bisa membuat jantungmu keluar Ma Jiaqi ?” canda Chengxin.
Jiaqi mencubit gemas pipi Chengxin kemudian menangkupnya, “Kau bidadariku. Mana mungkin malaikat maut bisa secantik ini ?”
Perkataan Jiaqi berhasil menciptakan semburat merah di pipi Chengxin.
“Rona merah di pipimu membuat kau berkali-kali lipat lebih cantik.” Sambung Jiaqi.
Kesal dengan segala gombalan sang kekasih, Chengxin menjauhkan tubuhnya. Bukan kesal sih, yang pasti kata-kata manis itu sangat tidak baik untuk kesehatan jantungnya.
“Senang menggodaku hah ?” ketus Chengxin.
Beberapa detik setelahnya pandangan Jiaqi berubah lebih tenang. Ia menatap seksama sosok indah dihadapannya. Jarak duduk mereka masih terbilang dekat. Bahkan Jiaqi dari tadi tidak melepaskan tautan tangan si manis.
Chengxin yang merasa ditatap begitu intens menjadi sedikit gugup. Apalagi suasana di rumah sangat hening ditambah rintik hujan yang seakan jadi irama pengiring bagi mereka berdua. Elusan pada tangan Chengxin semakin lembut. Mau tak mau Chengxin akhirnya membalas tatapan itu. Mereka beradu pandang. Sampai salah satu diantara mereka ada yang berani mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia (Completed)
Fanfiction"Aku tidak mengenalmu, tapi mengapa setiap kali kita bertemu aku selalu merasakan bahwa kita pernah saling kenal" -Su Xinhao/Xiaohao/Shuai- "Maafkan aku Shuai, aku mohon..." -Zhu Zhixin- Genre : friendship, bromance Cast : Su Xinhao Zhu Zixin Ding...