Setelah menjaga Ma Jiaqi hampir seharian penuh, Chengxin menyempatkan untuk menjenguk makam adiknya. Disaat masalah sedang menimpa, memang paling nyaman dia mencurahkan segala isi hatinya di tempat itu. Tak ditemani siapapun Chengxin mengendarai mobilnya sendiri. Si kembar tidak ingin diajak pergi karena mereka ikut Yaxuan ke rumah ayahnya. Kadang Chengxin tertawa geli, sebenarnya siapa ibu si kembar ? mereka terkadang lebih nyaman bersama Yaxuan daripada ibu kandungnya sendiri.
Tak menghabiskan waktu lama, si pria manis sudah sampai di pekarangan pemakaman yang tertata rapih. Hawa sejuk langsung menyelimuti tubuh kurusnya membuat Chengxin merasa benar-benar tenang. Tak lupa ia mengambil buket bunga mawar dari bagasi.
Menapaki langkah kakinya perlahan, Chengxin hampir sampai di makam Shuai. Namun dahinya tiba-tiba mengernyit saat ia menangkap satu sosok yang sedang menaruh bunga di atas makam. Chengxin berjalan tanpa suara hingga jaraknya dan orang yang cukup ia kenal itu menjadi lebih dekat.
"Xiaosu ? Kau kah itu ?" Tanya Chengxin seraya memeluk orang yang masih memunggunginya.
Pelukan itu semakin erat, dan tangisan mereka berdua semakin menjadi. Chengxin sangat bahagia, meskipun pikirannya belum memahami mengapa Xiaosu terlihat menangis di makam adiknya. Ia hanya menikmati momen ini, memeluk seseorang yang sangat mirip dengan Shuai adalah obat tersendiri baginya.
***
Liu Yaowen baru saja memarkirkan mobil di suatu tempat setelah mengantar Yaxuan ke rumah ayahnya bersama si kembar. Ia berjalan keluar dan mulai memasuki tempat yang cukup ramai. Langkah kaki membawanya pada sebuah ruangan privat paling ujung di tempat tersebut.
Sampai di depan pintu, Yaowen membukanya. Pria tampan itu sedikit menutup hidung saat ia mencium bau alkohol berlebihan dari dalam sana. Ia masuk ke ruangan dan kembali menutup pintu dengan rapat. Helaan nafas terdengar kala ia menyaksikan dua pria yang memasang wajah kosong. Disertai beberapa botol bir yang tergeletak di depannya.
“Tidak perlu menyalahkan Zihong. Dia benar-benar tidak sengaja.” Ucap Yaowen
Ziyi mendecih, “Si tolol itu.”
“Sudahlah.. Jangan menyalahkan siapapun.” Lirih Yuhang.
Jujur saja Yaowen merasa iba saat ia mendengar jika Chengxin sudah tau perihal masalah ini, “BagaimanaXin ge sekarang ?”
Yuhang perlahan terkekeh seraya menatap Yaowen, “Istri mana yang tidak benci jika suaminya pernah menjadi pembunuh-..”
“Seburuk apapun dirimu, dia akan tetap mencintaimu.” Sela Ziyi.
Entah kenapa Yuhang menjadi ragu dengan ucapan sahabatnya itu. Kepercayaan dirinya di mata Chengxin seolah mulai sirna.
“Cinta pun ada batasnya, jika dia sangat kecewa bisa saja-..”
“Hentikan omong kosongmu, aku rela mengikhlaskan Xin ge bukan untuk seperti ini. Perjuangkan dia.” Timpal Yaowen.
Ziyi tertawa pelan kemudian ia kembali mengepulkan asap rokok lewat mulutnya. Apa yang Yuhang hadapi sekarang tidak lepas dari dia yang juga ikut andil di dalamnya. Sejak kejadian pertengkaran kedua sahabatnya itu, Ziyi tak henti memikirkan cara bagaimana agar Chengxin bisa memaafkan Yuhang dengan cepat meskipun ia tahu kalau kekecewaannya cukup dalam.
“Selanjutnya apa yang akan kau lakukan ?” tanya Ziyi.
Yuhang mematikan rokoknya, lalu menyandarkan tubuhnya pada sofa kecil, “Apa lagi ? Aku tidak akan melakukan apapun.”
Baru saja Ziyi akan mengumpat, namun Yuhang sudah lebih dulu berdiri dan meninggalkan mereka berdua di ruangan itu. Melihat kepergian Yuhang membuat Ziyi dan Yaowen saling bertatapan sejenak lalu menghela nafas berat setelahnya. Mereka hanya berharap jika masalah kali ini benar-benar akan selesai tanpa menyakiti hati siapapun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia (Completed)
Fiksi Penggemar"Aku tidak mengenalmu, tapi mengapa setiap kali kita bertemu aku selalu merasakan bahwa kita pernah saling kenal" -Su Xinhao/Xiaohao/Shuai- "Maafkan aku Shuai, aku mohon..." -Zhu Zhixin- Genre : friendship, bromance Cast : Su Xinhao Zhu Zixin Ding...