[1]1: Pertemuan Pertama

2.1K 167 3
                                    

Kami,

Kami bertiga.

Tidak tahu harus berbuat apa ketika makhluk itu mendekat.

'Aku adalah malaikat', itu yang diucapkannya pertama kali.

'Panggil saja aku anak', dia lanjut memperkenalkan dirinya.

Si 'anak' ini memberi tugas(lebih tepatnya mewakili 'Bos') kepada kami yang tidak punya tujuan jelas di bumi.

Tugas menemani anak perempuan. 'Anak' juga memberi kami bertiga alat komunikasi canggih jaman sekarang.

Entah takdir apa yang membuat kami juga melibatkan kedelapan orang lainnya.

Atau mungkin cuma kebetulan.






























Ada dua orang yang sudah menyadari sedikit tentang hal ini.

























.
.
.

Jang Wonyoung. Seorang gadis berusia lima belas tahun yang memiliki tubuh jangkung. Ia adalah anak tunggal. Keluarganya termasuk keluarga yang normal-normal saja.

Wonyoung termasuk anak yang cukup pintar di sekolah. Mulai awal masuk sekolah menengah pertama kehidupannya baik-baik saja. Namun setelah dua tahun sampai ia menginjak kelas sembilan, hidupnya menderita akibat bullyan salah satu geng abal-abalan di kelasnya.

Seperti yang terjadi saat ini ketika Wonyoung hendak mengambil pulpennya yang terjatuh ke samping bawah meja.

.

Saat meraih pulpen, seketika ada kaki yang menginjak keras tangannya.

"Aakh!" Wonyoung memekik kesakitan.

Salah satu teman kelasnya langsung menepis kaki tersebut. Ia mengambil sapu tangan dari kantongnya lalu mengelap tangan Wonyoung.

"Makasih," balas Wonyoung sambil menunduk. Selama ini dia kurang berani menatap wajah orang.

"Ya," Yujin menjawab singkat.

"Huh, serius sekali!" ujar keras gadis yang tadi menginjak kaki Wonyoung. Sengaja untuk menyindir.

Yujin sendiri sebenarnya bukan tipe orang yang suka ikut campur. Tapi dia sudah tidak bisa menahan lagi walaupun dia sendiri tidak terlalu akrab dengan Wonyoung.

Wonyoung menunduk sedih. Wajahnya yang sudah nunduk makin menunduk lagi. Setiap hari ingin sekali rasanya menangis namun selalu ditahannya.

Wonyoung tidak menyukai jam istirahat, karena jam itu adalah waktu bagi teman-temannya untuk membullynya. Ia sangat suka jam pelajaran. Semenjak ia sering dibully Wonyoung hanya membaca buku dan membuat tugas. Wonyoung merasa nilainya meningkat. Oleh karena itu ia masih bisa bertahan.

.
.

Bel pulang sudah berbunyi. Akhirnya Wonyoung bisa menghembuskan napasnya dengan lega. Cepat-cepat ia merapikan bukunya lalu pulang.

Wonyoung berjalan di gang menuju rumahnya. Otaknya saat ini sedang memikirkan film yang akan ia nonton nanti.

"Eh eh, liat tuh cewe."

Wonyoung menoleh. Tiga anak laki-laki dengan dua anak perempuan. Seragamnya tampak lain. Seperti seragam SMA. Wonyoung tak mengenalnya. Ketiga lelaki itu pun menghampirinya. Dengan cepat menahan badan Wonyoung.

"Hei kalian mau apa?!" Wonyoung meronta-ronta karena mulutnya ditutup dengan tangan salah satu lelaki tadi.

"Sstt, diem aja!"

Wonyoung baru menyadari lingkungan gangnya, sepi.

Wonyoung dipaksa pergi ke sebuah gudang di belakang kuil kosong. Setelah sampai, badannya dihempaskan ke lantai. Wonyoung hendak melawan tapi gagal sebab lawannya tiga laki-laki berbadan besar dibantu dengan dua perempuan.

Kancing seragam Wonyoung pun dibuka paksa. Terbuka sampai memperlihatkan bagian dalamnya.

"Le-lepas!" jerit Wonyoung bersikeras.

"Njer mantep!" seru salah satu anak.

"Foto cepetan!"

Salah satu gadis mendekati tubuh Wonyoung, hendak memotretnya. Ketika jarinya hendak mengeklik tombol tiba-tiba saja...

Ckrek

Wonyoung yang sudah sangat panik langsung terdiam, begitu juga dengan anak-anak SMA itu. Mereka menoleh kebelakang. Ada sesosok wanita yang tengah memotret mereka.

"Siapa lo? Gimana caranya lo masuk!?" tanya salah satu anak.

Wonyoung mengangkat kepalanya, ingin melihat siapa itu.

Wanita itu meletakkan hpnya di meja. Wajahnya terlihat dingin. Ia mendekati para lelaki dan perempuan SMA itu.

Srash

Dengan ringan dan cekatan, tangan wanita yang rupanya menggenggam 'sesuatu yang tajam' menggores mata mereka. Wonyoung yang melihat kejadian secara langsung tak bisa berpikir apa-apa.

"Aakhhh!!!" mereka menjerit dengan keras namun wanita itu melukai leher mereka satu-satu dengan cepat sehingga mereka tidak dapat berteriak lagi.

Wonyoung benar-benar tercengang. Semburan darah dari leher adalah pemandangan baru baginya. Badannya langsung kaku diam.

Kawanan remaja yang menyergap Wonyoung telah terbaring lantai dengan darah yang berceceran di sana. Entah masih hidup atau sudah tewas.

Wonyoung masih terdiam. Sementara si wanita itu membersihkan tangannya yang penuh dengan darah lalu mendekati Wonyoung. Perlahan ia mengancingkan seragam Wonyoung.

"Kamu bisa berdiri?" tanya wanita itu dengan wajahnya yang sudah tidak dingin. Tangannya meraih lengan Wonyoung, membantunya berdiri.

"Biar kuantar kamu pulang."

Wonyoung hanya menggangguk. Wanita itu meraih hp miliknya dan memasukkannya ke dalam tas Wonyoung, lalu menuntun Wonyoung pulang.

.
.
.

Bersambung

3+1+8=12

Pelindungku - IZONE

4 karakter utama, dengan delapan karakter lain

IZONE fanfiction

My Protector \\ IZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang