2. Bully

276 21 1
                                    

Hai guys

Senang bisa updeat lagi

Tapi banyak nih yang masih enggan buat vote

Pliss yaa jangan jadi silent readers

Saya juga butuh dukungan dari kalian, kalo semuanya silent readers jadi malas nih buatnya

Ngetik ini butuh perjuangan

Tolong hargai ya, hanya ngasih vote aja gak lebih kok 👌






" Jika kalian tidak tahu tentang diriku, harap diam jangan mengusik ku "

Lara melangkahkan kakinya menuju toilet sekolah, setelah makan di kantin dia tiba-tiba kebelet dan akhirnya memilih meninggalkan Randi dan Dessy di kantin.

Setelah selesai membuang sisa-sisa metabolisme tubuhnya, dia mencuci tangannya di wastafel. Tiba-tiba pintu di tutup dengan keras, di depannya sudah ada Kisma dan antek-anteknya.

" Kisma, mau apa lo?" tanya Lara sambil menatap mereka takut-takut.

" Masih mau nanya? Gue udah berapa kali bilang, putusin Randi. Dia itu milik gue " kata Kisma dengan nada tinggi, Lara hanya diam tidak berani merespon.

" Ibu lo udah murahan, sekarang giliran anaknya yang murahan. Lama-lama gue eneg lihat lo, La. Bisa gak sih lo itu ngaca, lo itu anak pelacur " kata Kisma menatapnya jijik, Lara terdiam menahan air matanya agar tidak jatuh.

Ada rasa kesal mengingat Kisma yang menghina ibunya, tapi dia tidak berani melawan. Apalagi Kisma adalah anak donatur sekolah, bisa-bisa beasiswanya di cabut dari sekolah.

" Gue kasih lo ampun sekarang, karena gue udah gak tertarik lagi sama Randi. Tapi tetap aja muka lo bikin gue eneg, gak apa-apalah gue sekali-kali ngerjain lo lagi " kata Kisma tersenyum kemenangan. Lara sudah tau apa yang akan dilakukan gadis di depannya ini.

Kisma menarik rambut Lara kuat-kuat, bahkan Lara sudah menangis kencang karena rasa sakit di kepalanya. Kisma menyiraminya air dari wastafel, untungnya itu hanya air biasa. Belum lengkap sampai disana, Kisma membuka bilik toilet dan menceburkan wajah Lara ke closet.

Hal ini sudah biasa, bahkan Lara sangat jijik melihat dirinya sendiri. Tapi tiba-tiba pintu toilet di dobrak dengan kencang, disana berdiri cowok dengan gaya angkuhnya menatap Kisma.

" Ii....ini gak " kata Kisma dengan terbata-bata.

" Jangan banyak bacot, gue udah rekam semuanya " kata cowok itu menunjukan ponselnya dan kembali memasukannya ke dalam saku celana.

" Jangan laporin ke siapa-siapa, gue mohon Ar " kata Kisma memohon-mohon kepada cowom di depannya itu, tapi sama sekali tidak di respon.

" Gue gak akan bilang, tapi kalo lo bully dia lagi. Jangan harap wajah lo gak bentuk lagi " kata cowok itu menatap tajam Kisma membuat nyali gadis itu menciut, dan segera kabur dari sana.

Lara masih terduduk meratapi dirinya yang terlihat sangat menjijikan. Cowok itu melempar seragam ke arah Lara, " Mandi, dan pakai seragam itu " katanya, Lara hanya mengangguk.

Setelah beberapa menit, Lara keluar dengan wajah pucat. Dia benci aroma toilet sekolah, kadang dia trauma jika kesana. Tapi mau bagaimana lagi, tadi sudah kebelet daripada membuangnya di pohon taman belakang sekolah.

" Udah?" tanya cowok tadi, membuat Lara terlonjak kaget. Dia kira orang itu sudah pergi meninggalkannya.

" Hmm... Terima kasih " kata Lara sopan, setidaknya dia tau terima kasih.

" Arga " katanya dingin, Lara memiringkan kepalanya bingung.

" Panggil gue Arga " ulangnya lebih jelas, Lara tersenyum dan mengangguk mengiyakan.

" Nama lo siapa?" tanya Arga karena tidak mendapat jawaban yang dia mau.

" Eh panggil aja Lara " balasnya ramah, " Gue ke kelas ya, kayaknya jam pelajaran udah mulai " kata Lara melambaikan tangannya berlalu pergi, bukannya tidak sopan, tapi jika menyangkut jam pelajaran dia harus segera berangkat.

*
*
*

Arga melangkahkan kakinya ke dalam rumah dengan hati-hati, takut ketahuan Mamanya karena pulang larut lagi. Namanya juga anak cowok wajarlah keluar pagi pulang malam, daripada bang toyib gak pulang-pulang.

" Ngapain Ar?" tanya Mamanya dari lantai atas menatap putranya itu horor.

" Eh Mama ku sayang, sejak kapan disitu? Udah malam loh, kok belum tidur? Gak takut tambah tua, kan jadi tambah cantik " kata Arga nyengir kuda, Mamanya turun dengan jurus seribu bayangan dan menjewer telinga Arga.

" Udah berapa kali dibilangin, pulang jangan malam-malam, untung Papa kamu sedang di luar kota. Kalo gak, kamu udah tidur di luar " kata Mamanya memarahinya panjang kali lebar, kebiasaan Mamanya keluar. Seperti kucing garong.

" Ampun ma, lain kali Arga pulang pagi aja " kata Arga memohon permohonan yang menambah membuat Mamanya jengkel.

" Kan mama nyuruh gak boleh pulang malam ya udah Arga turutin, Arga pergi lagi, ntar pagi Arga pulang " kata Arga tersenyum cengar-cengir.

" ARGA, KAMU ITU " teriak Mamanya kesal setengah mati

Arga tertawa dan berlari menuju kamarnya sebelum Mamanya itu menghukum dirinya kembali. Arga merebahkan dirinya dan mengambil ponselnya, tadi siang dia sudah mendapatkan kontak gadis yanh dia temui di sekolah. Entahlah, dia kepo saja.

" Gue chat gak ya " gumannya.

" Besok aja deh, udah malam. Kayaknya dia juga udah tidur " katanya kembali. Dia memilih mandi dulu sebelum ke alam mimpi.

*
*
*
*

VOMENT GUYS

LARA [COMPLETE] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang