10. Perlawanan

179 16 1
                                    

" Stop, kalian bego? Gak punya otak?"

~ ARGA ~


Dessy menghentikan langkahnya saat melihat Arga yang berjalan bersama Lara di koridor. Gadis itu menyunggingkan senyumnya, sepertinya ada bahan ghibahan baru baginya. Dia berjalan ke kelasnya dan menemukan Sandra yang asik mencoret-coret bangku Lara dengan kalimat-kalimat menjijikan.

" Woy kutu kumpret, hapus gak tuh " kata Dessy menatap tajam Sandra yang juga menatapnya.

" Ogah, gue mau ngasih pelajaran sama si pelacur kecil itu " kata Sandra dengan wajah kesalnya, Dessy mengepalkan tangannya kuat.

" Sebelum lo ngasih dia pelajaran, gue bakal buat tuh wajah lo gak kebentuk " kata Dessy mengancam, Sandra tidak menghiraukannya dan berlalu pergi.

Tapi sebelum itu, Dessy menarik rambut Sandra dan membenturkan kepala gadis itu ke meja. Seluruh kelas terkejut dengan aksi Dessy yang selalu Bar-bar. Sandra menatap kesakitan ke arah Dessy, bahkan kening gadis itu terlihat memerah memar.

" Gue bilang bersihin gak " kata Dessy mengulang perintahnya, Sandra mendesis dan pasrah saja membersihkan meja Lara kembali.

Sedangkan di tempat lain, Lara tidak bisa menolak ajakan Arga untuk makan pagi di kantin. Sebenarnya tadi Pagi Arga menjemputnya di rumah, entah darimana cowok itu mengetahui alamat rumahnya. Padahal mereka tidak terlalu dekat.

" Lo mau makan apa?" tanya Arga menatap Lara yang terduduk diam.

" Hmm.... batagor aja deh " kata Lara tersenyum kecil, Arga langsung pergi begitu saja memesan makanan yang dia mau.

" Dasar cewek ganjen, habis lo gebet Randi sekarang Arga " kata Kisma yang tiba-tiba datang bersama Randi di pelukannya.

Lara terdiam menatap Randi, sungguh sakit rasanya melihat Randi bersama cewek lain. Tapi mau bagaimana lagi, cowok itu sudah membencinya sangat sangat membencinya.

" Biasalah gonta-ganti cowok, biar bisa muasin nafsu bejat dia " kata salah satu teman Kisma pedas, Lara menundukan kepalanya tidak berani menatap Randi yang menatap dirinya penuh benci.

" Stop!! Kalian gila? Gak punya otak?" kata Arga yang datang membawa dua piring batagor, jangan lupakan wajah Arga sangat datar sekali.

" Ar, lo gak salah milih cewek kan? Mau-mau aja lo sama cewek ganjen kayak dia, udah murahan penyakitan pula " kata Kisma menatap sinis ke arah Lara.

" Cihh..... gue malah ogah deket sama cewek kayak lo. Najis " kata Arga menatap Kisma dingin, sedangkan Kisma menatap Arga melongo tidak percaya.

" Lo jangan bela Lara karena lo salah satu simpanannya ya " kata Randi yang sedikit tidak suka dengan kedekatan Arga dan Lara.

" Bangs*t lo " kata Arga melayangkan pukulan di wajah Randi membuat Randi tersungkur karena pukulan keras dari Arga.

" Ar, udah " kata Lara menarik tangan Arga agar tidak semakin jauh bertengkar dengan Randi, dia juga tidak tega melihat Randi yang dipukuli oleh Arga.

" Cihh, lo lebih belain tuh pelacur daripada kita-kita teman lo. Gue tau, lo kayaknya udah di guna-guna sama cewek ganjen ini " kata Kisma menatap Arga tidak percaya, sebenarnya dia takut melawan Arga. Tapi mau bagaimana lagi, dia yang sudah mengibarkan bendera perang dengan Lara.

" Untung lo cewek, kalo enggak nasib lo udah sama kayak si bajingan, bangsat itu " kata Arga mendecih sinia, Randi maju dan memukul sudut bibir Arga dengan keras.

Sehingga Arga oleng dan bibirnya sobek, Arga menyeka darah yang keluar dari mulutnya.

" Kaparat lo " teriak Arga.

Dan seperti yang kalian duga, mereka bertengkar saling pukul di tengah keramaian kantin. Lara menangis ketar-ketir dengan kedua orang di depannya itu, dia menatap Arga dengan sisi yang berbeda.

Arga yang lembut, perhatian, dan menyayanginya mendadak bringas dan membabi buta memukul Randi. Hingga guru BK datang memisahkan mereka berdua.

" Arga, Randi kalian ikut ke ruangan saya. Lara, kamu juga ikut " kata Pak Ahmad guru BK mereka, Lara hanya pasrah dan mengikuti pak Ahmad.

Banyak pasang mata yang menatap Lara dengan sorot mata benci, seperti biasa hal itu terjadi padanya. Sampai di ruang BK, pak Ahmad menatap mereka bertiga dengan intens.

" Arga, kamu sudah beberapa kali membuat masalah. Bahkan selama hampir dua bulan kamu sekolah disini, kamu tidak pernah absen untuk melakukan keributan " kata Pak Ahmad menatap Arga tajam.

" Kamu juga Randi, bapak kecewa sama kamu. Kamu adalah ketua OSIS, dimana kamu itu adalag cerminan bagi siswa-siswa yang lain. Tapi apa? Kamu malah membuat contoh yang tidak baik bagi mereka " kata Pak Ahmad menghela nafasnya.

" Kalian bertiga bapak hukum, silahkan hormat di tiang bendera sampai jam pulang " kata Pak Ahmad membuat mereka membulatkan matanya terkejut. Itu artinya mereka akan hormat tiang bendera sampai 7 jam.

" Pak, Lara gak salah. Biar saya aja yang di hukum " kata Arga membela Lara, biar bagaimana pun gadis itu tetap tidak salah.

" Bapak menghukum dia dengan alasan lain, jadi kalian silahkan cepat keluar " kata Pak Ahmad menatap tajam Arga.

" Alasan apa? Memang Lara ada berbuat salah?" tanya Arga semakin jengkel dengan gurunya satu ini.

" Kamu tidak perlu tau, cepat keluar " bentaknya, Lara menarik tangan Arga agar cowok itu tidak membuat masalah lagi karena dirinya.

Sekarang disinilah mereka bertiga, hormat di lapangan upacara. Arga beberapa kali melindungi Lara dari sinar matahari, gadis itu hanya tersenyum menatap Arga.

" Ar, gak usah kek gitu. Gue kuat kok " kata Lara walau wajahnya sudah sangat pucat. Jelas Arga sangat khawatir.

" Lo mau istirahat aja?" tanya Arga menatap Lara khawatir, Lara menggeleng sebagai jawabannya.

Arga terdiam, memeluk tubuh Lara yang sudah benar-benar lemas sebelum gadis itu menutup matanya. Arga mendecih kesal saat yang lain hanya menatap tanpa ingin membantu, apalagi Randi yang terlihat diam tapi masih menatap Lara dengan wajah yang ketara sangat cemas.

*
*
*

Voment guys :)

Follow ig author ya

Ig : kwgdn_ri


LARA [COMPLETE] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang