Please guys
Jangan jadi silent readers dong yakkk
Hargai karya aku, kasih vote aja udah dari cukup banget
Kalo ceritanya kurang ngefeel coment aja
Gimana cerita ku kali ini? Suka?
Kalo ada yang suka coment ya
Pingin tau aja rata-rata yang baca ini kelas berapa yaa
SD 😏
SMP 😂
SMA 🤪
KERJA 😉
DLL 🥰COMENT-COMENT
BACK TO STORY.......
" Lo menghindar dari gue? Kenapa?"
~ Randi ~
Sehari Lara tidak sekolah jelas membuat Dessy sangat khawatir dengan keadaan gadis itu. Beberapa kali dia menelpon Lara tapi tidak di respon sama sekali, dan pagi ini Lara sekolah dengan wajah pucat, mata yang berisi kantung jelas kurang tidur. Apa Lara sangat frustasi??
" La, lo kenapa kemarin gak sekolah?" tanya Dessy menghampiri Lara dengan raut wajah panik.
" Udahlah Des, mau aja lo temanan sama anak pelacur kayak dia. Paling kemarin disuruh layanin Om-om sama ibunya " kata Sandra teman sekelas mereka, Dessy yang geram langsung menjambak rambut Sandra.
" Ngomong lo lagi tentang Lara, gue bunuh lo " kata Dessy mengancam membuat mereka takut jika membully Lara.
" Udah Des, gue gak apa-apa " kata Lara menarik tangan Dessy dan mengajak gadis itu untuk duduk.
Dia tidak mau ada keributan di kelas apalagi keributan itu karena dirinya. Tidak etis. Lara hanya diam selama jam pelajaran, pertama kali Lara tidak mendengarkan ucapan guru saat mengajar. Dia tidak punya tujuan lagi, percuma dia belajar.
" La, gue yakin sakit lo bakal sembuh " kata Dessy menepuk pundak Lara, gadis itu tersenyum kecut.
" Jelas lo tau Des, penyakit kayak gue gak ada obatnya. Ujung-ujungnya gue bakal mati juga " kata Lara tersenyum ketir, dia tidak tahu harus bagaimana merespon Lara lagi.
" La, jangan nyerah dulu. Setidaknya lo jangan kayak mayat hidup gini, nikmati masa hidup lo. Bukan doain lo koid ya, cuma gak ada bagusnya lo meratapi nasib kayak gini " kata Dessy memberi nasihat, walau jelas dia tau sangat sulit untuk di jalankan.
" Gue gak tau Des, gue pusing " kata Lara menggeleng lemah.
" Pokoknya semangat, ayok ke kantin. Jangan meratapi nasib dengan buku-buku gak jelas kek gitu " kata Dessy menyeret Lara ke kantin, setidaknya Lara harus sehat dengan makan.
Randi yang melihat kedatangan Lara di kantin langsung melangkah mendekat ke arah gadis itu. Lara hanya diam tanpa merespon kedatangan Randi, karena pikirannya sudah jauh melayang meninggalkan raganya.
" La, lo kenapa?" tanya Randi memegang bahu Lara, gadis itu tetap diam tidak merespon.
" Kenapa lo kemarin gak sekolah? Chat gue juga gak lo balas, kenapa?" tanya Randi lagi, Lara menatap Randi tanpa ekspresi, entahlah semangatnya pudar.
" Maaf " cuma itu yang bisa Lara ucapkan dari bibirnya, setelahnya dia diam lagi.
" Lo menghindar dari gue? Kenapa?" tanya Randi yang sudah hampir mirip orang gila di tinggal oleh Lara, biasanya meskipun mereka tidak ketemu setidaknya Lara selalu mengabarinya dan menelpon.
Tapi sekarang gadis itu hilang seperti di telan bumi, tidak ada kabar bahkan menampakan batang hidungnya. Randi menatap Lara tajam, dia sungguh tidak habis pikir dengan rasa cuek yang Lara miliki.
" Gua gak ada ngindarin lo, Ran " kata Lara pada akhirnya, dia sedikit merasa bersalah kepada Randi karena lebih mementingkan dirinya sendiri.
" Lo bosen sama gue? Bilang aja La, jangan ngindarin gue kayak gini " kata Randi dengan sinis, Lara menatap Randi dengan mata berkaca-kaca.
" Gak Ran, gu... gue gak bosen " kata Lara memegang tangan Randi meminta pengertian dari cowok itu.
" Besok malam lo jangan lupa datang, gue pergi dulu. Sehari ini aja jangan hubungin gue dulu " kata Randi dengan nada datar meninggalkan Lara yang semakin merosotkan badannya merasa kacau.
Dia sangat kacau sekarang, sepertinya cepat atau lambat Randi akan meninggalkannya. Dia tidak yakin jika Randi menerima dia dengan penyakit seperti ini, dia harus mulai belajar mengiklaskan mulai sekarang walau sangat sulit baginya.
*
*
*Lara membongkar isi tasnya dan menemukan sebutir permen yang Dessy berikan kemarin. Setidaknya rasa laparnya mengurang walau hanya sedikit saja. Dia hanya bisa duduk di rumah pohon dengan wajahnya yang mulai pucat. Rasa lapar dan mual terus bergejolak di dadanya.
" Mau gak?" kata Arga yang tiba-tiba datang membawa sekotak besar ayam goreng dan minuman di tangannya.
" Gak, lo makan aja sendiri " kata Lara memalingkan wajahnya, sebenarnya perutnya sangat lapar sekarang. Tapi biarlah, dia sudah terbiasa dengan hal ini.
" Beneran gak mau?" tanya Arga meyakinkan dengan alis terangkat menggodanya.
" Iya " balas Lara.
" Udah ayok makan, gue tau lo lapar. Ini juga banyak banget, gue gak habis makannya sendiri. Nih juga es teh gue beliin buat lo " kata Arga tersenyum mengembang, Lara pasrah dan menerima uluran minumannya itu.
" Ayok makan, udah lapar banget gue " kata Arga tersenyum cerah, cowok itu duduk di sebelah Lara dan membuka kotak yang berisikan banyak ayam goreng itu.
Lara mengambilnya dan memakannya dengan lahap, karena saking laparnya dia sampai tidak sadar jika Arga memperhatikan dirinya dengan senyum mengembang.
" Btw lo dapat ayam sebanyak ini dari mana?" tanya Lara sambil tetap fokus memakan ayamnya.
" Nyolong di depan " kata Arga membuat Lara tersedak ayamnya sendiri, dengan cepat Arga memberi Lara minum.
" Lo beneran cowok sinting " kata Lara menatap Arga kesal.
" Gue bercanda, La. Gue beli lah " kata Arga tertawa melihat raut wajah Lara.
Entah sejak kapan mereka menjadi sedekat itu, tapi Lara sangat menikmati waktunya bersama Arga. Entahlah Arga memberikan segala keperluan Lara tanpa menunggu persetujuan gadis itu, setidaknya selama ada Arga perutnya selalu terisi.
*
*
*Voment guys :)
KAMU SEDANG MEMBACA
LARA [COMPLETE] ✔
Teen FictionFollow dulu guys :) Jika dia bisa memilih, lebih baik dia tidak dilahirkan kembali. jika dia bisa memilih, dia akan mengakhiri hidupnya sendiri. hidup kadang selucu itu, jika roda berputar. Kenapa hidupnya tidak berputar juga? Kenapa dia selalu yan...