" Hiduplah dengan rasa bebas, jangan terikat dengan aturan yang membuat mu tertekan "
Lara memperhatikan ibunya yang sedari tadi berkutat di dapur, entah kenapa Vei tumben-tumbenan memasak di pagi hari. Tapi Lara senang, setidaknya Vei lebih lembut kepadanya dan menyanginya." Makanlah, sepulang sekolah langsung pulang jangan main kemana lagi " kata Vei memberikan sepiring nasi goreng kepada Lara.
" Kenapa? Biasanya Lara akan pulang jam 6 sore seperti biasa " kata Lara dengan senyum yang tidak mampu dia sembunyikan.
" Tidak boleh, maafkan Mama karena memperlakukan mu seperti itu. Mulai sekarang Mama akan mencari pekerjaan yang mampu membuat mu aman " kata Vei membelai surat hitam anaknya itu.
" Ma, Lara sayang Mama " kata Lara memeluk Vei, wanita itu menangis dalam diam. Sebelum Lara melihatnya dia segera menghapus air matanya itu.
" Ya sudah, Lara pergi ke sekolah dulu " kata Lara mengecup pipi Mamanya dan berlalu pergi.
Senyum Vei yang awalnya lebar berubah menjadi senyum getir. Dia menatap surat yang diberikan oleh kepala sekolah Lara, isak tangisnya mulai pecah. Dia tidak menyangka.
" Maafin Mama Lara, karena Mama kamu menjadi seperti ini " katanya lirih. Dia harus mengumpulkan uang lebih banyak untuk pengobatan Lara, dia berjanji akan membuat Lara sembuh bagaimana pun caranya.
Disisi lain, Lara ingin rasanya balik lagi dan tidak mau memasuki area sekolah. Dia ingin pulang saja, tapi langkahnya terhenti oleh kedatangan Arga dan teman-temannya.
" Ayo masuk, jangan bengong aja " kata Arga menarik tangan kecil gadis itu.
" Ar, gue gak pingin sekolah " kata Lara lirih, Arga mengerti jika gadis itu masih trauma dengan pembullyan yang terjadi kepadanya kemarin.
" Mau bolos?" tanya Arga lembut, Lara mengangguk ragu. Biar bagaimana pun dia masih enggan memasuki area sekolah.
" Gue ikut dong, malas gue belajar " kata Eden merangkul pundak Dimas yang masih asik memainkan gamenya itu. Kebiasaan.
" Gue punya teman uwaoo banget buat bolos " kata Surya bersemangat, sedangan disisi lain Kisma mengepalkan tangannya kuat-kuat.
" Lo boleh bersenang-senang dulu La, gue harap rasa senang lo akan berakhir tragis. Lihat aja, jika bukan gue yang lenyapin lo, lo sendiri yang akan lenyap "
*
*
*Lara tidak berhenti tertawa saat melihat Eden dan Dimas yang selalu bertengkar dengan tingkah lucu mereka. Kadang Surya dan Arga juga ikut menimpali, Arga senang setidaknya untuk hari ini dia bisa melihat wajah bahagia gadis di sampingnya itu.
" Ya udah ulang " kata Eden kembali memutar botol yang ada di atas meja.
Dan Yap, botol itu berhenti di hadapan Arga. " Dare or Dare " kata Dimas dengan mengebu-gebu.
" Truth or Dare goblok " kata Surya memukul kepala Dimas dengan keras sehingga terdengar jelas suara pukulan.
" Lo bisa gak sih, gak main geplak pala gue anying " kata Dimas dengan wajah kesalnya.
" Gak!! Kalo lo di lembutin makin ngelunjak " kata Surya menjulurkan lidaknya mengejek.
" Kalo lo berdua beranten terus kapan selesainya Darenya si Arga " kata Eden menengahi, kadang-kadang harus ada yang waras di antara mereka.
" Kapan gue milih Dare?" tanya Arga menatap Eden tidak suka. " Milih gak milih, lo harus dapat Dare " kata Eden menimpali.
" Ogah gue, gak adil lo jadi orang. Kapan Indonesia menjadi sejahtera kalo punya rakyat gak punya rasa keadilan kayak lo " kata Arga menunjuk-nunjuk wajah Eden dengan jari tengahnya.
" Biasain dong bos, gak nyantuy banget jadi orang. Kapan kaum adam akan maju kalo kaumnya aja masih takut sama yang namanya tantangan " kata Eden menimpali, Arga menghela nafasnya kasar.
" YA UDAH IYA, APA DARENYA?" tanya Arga gak nyantai sama sekali, bahkan Lara saja terkejut mendengar teriakan Arga.
" Eh lo kaget ya " kata Arga menatap Lara yang memegang dadanya. " Eh gak apa-apa " balas Lara tersenyum ringan.
" Giliran sama cewek aga, soft banget kek kapas " kata Dimas menyindir yang disindir hanya menulikan telinganya seakan-akan tidak mendengar apa-apa.
" La, gue harap lo gak menderita kenal Arga. Dia tuh playboy, banyak cewek udah di pacarin. Tapi sekalinya jatuh cinta, bucinnya level dewa " kata Surya berbisik di telinga Lara, gadis itu hanya mengangguk mengerti.
" Tapi Arga itu baik sama gue, dia pelindung dan penolong gue. Seandainya gue udah gak ada, jaga Arga buat gue ya Sur " kata Lara menatap Surya memohon, sedangkan cowok itu hanya mengangguk mematung.
Apa itu kata-kata terakhir gadis itu sebelum ke rumah tuhan? Surya menggelengkan kepalanya kuat-kuat, Gak!! Pasti Lara akan berumur panjang, gadis itu hanya perlu berusaha.
*
*" LA, LO KEMANA AJA?" teriak suara di seberang sana, Lara segera menjauhkan ponselnya takut tuli mendadak.
" Gue tadi bolos, emang kenapa?" tanya Lara penasaran.
" Ya tuhan, sejak kapan sahabat gue bisa bolos. Apalagi bolosnya gak ngajak-ngajak gue " kata Dessy menyeroscos panjang lebar.
" Udah deh Des, lo mau ngomong apa?" tanya Lara penasaran.
" Tadi Randi nyariin lo, gak tau sih dia mau apa. Tapi dia kayak khawatir gitu tau lo gak sekolah habis di bully kemarin. Tapi lo gak apa-apa kan?" tanya Dessy, sejenak Lara terdiam memikirkan Randi. Perkataan Randi waktu itu masih terngiang jelas di pikirannya.
" Gak apa-apa, malah gue bahagia banget tau Des. Mama gue udah mulai lembut banget sama gue " kata Lara tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya.
" Bagus dong, gue harap lo bahagia terus ya La. Jangan nyerah terus " kata Dessy ikut tersenyum mendengarnya.
" Gak bisa Des, gue gak tau sampai kapan gue bakal menikmati rasa bahagia ini. Karena nyokap gue belum tau masalah penyakit gue ini " kata Lara menghela nafasnya.
Dan mereka hanya bisa berdiam diri dan menghela nafas. Kadang Dessy juga memberi masukan agar Lara lebih semangat lagi.
*
*
*Voment guys :)
Maaf di park ini agak garing 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
LARA [COMPLETE] ✔
Teen FictionFollow dulu guys :) Jika dia bisa memilih, lebih baik dia tidak dilahirkan kembali. jika dia bisa memilih, dia akan mengakhiri hidupnya sendiri. hidup kadang selucu itu, jika roda berputar. Kenapa hidupnya tidak berputar juga? Kenapa dia selalu yan...