Lara menangis di dalam kamar mandi, dia tidak mungkin keluar dengan kondisinya yang memalukan ini. Tapi secara paksa Kisma menarik tubuhnya yang ringkih ini dan menyeretnya ke lapangan upacara.
Jika kalian bertanya kemana para guru-guru? Mereka hanya bisa menyaksikan apa yang dilakukan Kisma, karena mereka takut melawan Kisma yang ujung-ujungnya akan membuat jabatan mereka terancam.
" PERHATIAN, PELACUR SEKOLAH KITA SIAP UNTUK DI TAWAR. ADA YANG MAU NAWAR MURAH GUE KASIH " kata Ajeng salah satu teman Kisma, mereka hanya menertawakan Lara dan mengujat gadis itu.
Lara tidak berhenti menangis, dia malu, dia emosi, sedih, hancur, perasaannya campur aduk. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menarik tubuhnya dan menyelimuti tubuhnya dengan kain.
" Brengsek lo "
Plakk ......
Satu tamparan melayang ke arah Kisma, itu adalah Arga. Lara menangis dalam pelukan Arga, dia sungguh tidak kuat saat ini.
" Arga, lo!! Lo udah nyari keributan sama gue, jangan harap Lara akan baik-baik aja setelah ini. Dia akan mati di tangan gue " kata Kisma dengan nada mengancam.
" Gak akan gue biarin lo nyentuh Lara seinci pun mulai sekarang " kata Arga mendorong kepala Kisma dengan jari telunjuknya.
" LO JANGAN IKUT CAMPUR MASALAH GUE " kata Kisma dengan emosinya yang sudah di ubun-ubun.
" Masalah Lara adalah masalah gue juga " kata Arga sungguh ingin menonjok wajah Kisma.
" DIA ITU CEWEK MURAHAN, PELACUR, ANAK HARAM. IBU DAN ANAK SAMA AJA, SAMA-SAMA MURAHAN, NYOKAP DIA YANG UDAH REBUT BOKAP GUE. MEREKA UDAH HANCURIN RUMAH TANGGA ORANG TUA GUE. BANGSAT LO LARA " teriak Kisma dengan nada tinggi.
Gadis itu tampak frustasi layaknya orang gila. Teman-teman Kisma segera membawa gadis itu pergi sebelum hal buruk lainnya terjadi lagi.
" Ishh menjijikan banget, udah kena HIV tetap aja kelakuannya mines "
" Mau gimana lagi, didikan dari ibunya "
" Udah di ajarin murahan sejak dini "
" panutan "
" kenapa gak di usir aja sih dari sekolah? Pembawa sial "
" Suruh mati aja sono "
" Bentar aja dia mati "
" Iya dong, usia udah di ambang kematian "
Begitulah hinaan dan cacian yang dia dapat dari semua orang. Lara hanya bisa terisak.
" Apa mereka akan bahagia ya kalo gue mati?"
*
*
*Lara merebahkan dirinya di kasur seharian, semenjak kejadian itu dia tidak berani ke sekolah lagi. Bahkan ibunya was-was jika Lara di bully lagi, tapi Lara terus meyakinkan Vei jika dia akan baik-baik saja setelah Arga selalu ada disisinya.
Tok....
Tok.....
Lara mengernyitkan keningnya heran, perasaan Vei tadi sudah pergi kerja. Dia segera membukakan pintu.
" Randi?" kata Lara terkejut, cowok itu langsung memeluk Lara erat.
" Maafin gue La, Maafin gue. Gue nyesel senyesel nyeselnya, gue gak bisa lupain lo. Gue sayang sama lo, gue salah karena ngomong kasar sama lo " kata Randi yang masih memeluknya erat.
" Penyesalan selalu datang terlambat Ran " kata Lara melepas pelukan Randi.
" Gue tahu La, tapi pliss maafin gue. Kasih gue kesempatan buat perbaikin semuanya " kata Randi menatap Lara dengan memelas.
" Gue udah maafin lo kok, tapi kesempatan itu gak akan datang dua kali " kata Lara menatap lantai rumahnya, dia benci dengan tatapan mata Randi.
" Makasih lo udah maafin gue, tapi pliss La. Gue pingin ada disisi lo, selalu dukung lo. Gue harap lo bisa nerima gue lagi La " kata Randi memegang tangan Lara memelas.
Rasanya dia hampir gila karena sudah menjauhi Lara dan mengucapkan kata-kata kasar kepada gadis itu. Egonya lebih tinggi dibandingkan perasaannya, beberapa kali dia menepis rasa bersalahnya.
Tapi tetap saja, dia merasa benar-benar bersalah dan merasa kehilangan sekali.
" Maaf Ran, tapi gue udah gak mau nerima lo lagi di hidup gue " kata Lara menepis tangan Randi kasar, cowok itu menatap Lara dengan memohon.
" Perkataan lo waktu itu masih membekas di hati gue Ran. Gue kira lo bakal bela gue dan mendengar semua penjelasan gue, tapi udahlah. Semuanya udah terlambat, hati gue udah terlanjur sakit hati sama lo " kata Lara menundukan kepalanya.
Sebenarnya dia ingin menerima Randi kembali, tapi dia tidak ingin Randi sakit hati setelah kepergiannya. Lebih baik cowok itu sakit hati sekarang dan melupakannya daripada nanti Randi tidak bisa melupakannya.
" La, gue tau lo cewek yang pemaaf dan nerima orang itu kembali dengan beribu kesempatan. Tapi kenapa gak buat gue? Kenapa La?" kata Randi sedikit tidak terima dengan jawaban gadis di depannya itu.
" Lo jangan maksa seseorang buat nerima lo lagi, Ran " kata Lara menatap dingin ke arah Randi, seakan-akan menunjukan jika memang benar-benar membenci cowok di depannya itu.
" Plis kasih gue kesempatan kali ini aja, gue janji akan selalu lindungin lo dan ada disisi lo " kata Randi memelas sekali, Lara ingin rasanya mengatakan iya dan memeluk cowok itu.
Tapi dia tidak boleh egois, dia harus melakukan ini. Agar Randi cepat-cepat melupakannya.
" Gak, gue mohon lo pergi sekarang " kata Lara menutup pintunya tapi kaki Randi menghalangi.
" La, plis kasih gue kesempatan " kata Randi yang meneteskan air matanya.
Lara terpaku melihatnya, dia ingin memeluk Randi. Tapi dia tidak bisa, setulus apa cowok di depannya ini sampai menangisinya.
" Oke gue gak akan maksa lo, tapi ingat La. Gue akan terus jagain lu dan selalu ada disisi lo. La gus harap lo gak bakal benci terus-menerus sama gue. Kalo gitu gue pergi, jaga kesehatan lo. Gue harap lo cepat sembuh " kata Randi lemah, cowok itu berjalan pergi dengan gontai meninggalkan area rumah Lara.
Sembuh?
Lara tertawa sumbang, dia tidak akan bisa sembuh. Tidak akan.
*
*
*Voment guys :)
KAMU SEDANG MEMBACA
LARA [COMPLETE] ✔
Teen FictionFollow dulu guys :) Jika dia bisa memilih, lebih baik dia tidak dilahirkan kembali. jika dia bisa memilih, dia akan mengakhiri hidupnya sendiri. hidup kadang selucu itu, jika roda berputar. Kenapa hidupnya tidak berputar juga? Kenapa dia selalu yan...